c. Metode – Metode Informal
Tidak sedikit guru menerapkan aktivitas – aktivitas
kooperatif dalam metode pengajaran tradisionalnya. Aktivitas –
aktivitas ini biasanya tidak selalu berkaitan dengan metode – metode
pembelajaran kooperatif seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Ada banyak aktivitas pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
dari metode – metode tersebut dan lebih dikenal dengan metode –
metode informal informal methods Slavin, 1995. Berikut ini adalah beberapa metode informal pembelajaran kooperatif yang
paling banyak digunakan.
1 Spontaneous Group Discussion SGD
Jika siswa diminta untuk duduk berpasangan atau berkelompok, kita akan lebih mudah menginstruksikan mereka
untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu, seperti mencari
makna sesuatu, mencari alasan tentang peristiwa tertentu, atau memecahkan masalah. Dikenal dengan istilah Spontaneous
Group Discussion karena diskusi kelompok ini tidak direncanakan sebelumnya, tetapi dilaksanakan secara spontan.
Teknik pelaksanaannya pun sederhana, yaitu meminta siswa untuk berkelompok dan berdiskusi tentang sesuatu. Setelah itu,
guru memanggil kelompok itu satu per satu untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Diskusi ini
bisa dilaksanakan beberapa menit atau sepanjang jam pelajaran. Akan tetapi meskipun spontan, diskusi kelompok ini tetap
mengharuskan guru untuk memerhatikan lima elemen pembelajaran kooperatif: interpedensi positif, akuntabilitas
individu, interaksi promotif, ketrampilan sosial, dan pemrosesan kelompok.
2 Numbered Heads Together NHT
Dalam metode ini, pertama – tama guru meminta
siswa untuk duduk berkelompok. Masing – masing anggota
diberi nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor baca;anggota untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru
tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil.
Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar
– benar terlibat dalam diskusi tersebut.
3 Team Product TP
Metode ini dinamakan Team Product karena setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu.
Misalnya guru meminta siswa berkelompok untuk menulis sebuah esai, menggambar mural, mengerjakan tugas, membuat
presentasi di depan kelas, mendaftar solusi – solusi alternatif
tentang masalah – masalah tertentu, atau menganalisis puisi.
Semua hal yang dilakukan oleh setiap kelompok haruslah
berbentuk produk, baik itu abstrak maupun konkret. Untuk memastikan adanya tanggungjawab individu, guru dapat
memberikan peran atau tugas yang berbeda – beda pada masing
– masing anggota dalam setiap kelompok untuk menciptakan satu produk kelompok.
4 Cooperative Review CR
Metode ini biasanya dilaksanakan beberapa hari menjelang ujian. Siswa ditempatkan dalam kelompok
– kelompok kecil untuk saling mengajukan pertanyaan
– pertanyaan reviu review options, yakni pertanyaan
– pertanyaan yang mencerminkan poin
– poin utama dari materi pelajaran. Setelah itu, mereka diminta untuk menuliskan
pertanyaan – pertanyaan itu, lalu mengajukannya kembali pada
kelompok yang lain. Baik kelompok yang mengajukan pertanyaan maupun kelompok yang mampu menjawab
pertanyaan tersebut dengan benar akan mendapat poin khusus. Begitu pula, kelompok lain yang mampu menjawab pertanyaan
tersebut dengan tambahan informasi baru jugga akan memperoleh poin istimewa.
5 Think-Pair-Share TPS
Metode yang sederhana, namun sangat bermanfaat ini dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman dari
University of Maryland. Pertama – tama, siswa diminta untuk
duduk berpasangan. Kemudian guru mengajukan satu pertanyaanmasalah kepada mereka. Setiap siswa diminta untuk
berpikir sendiri – sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas
pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan di sebelahnya untuk memperoleh satu
konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka berdua. Setelah itu guru meminta setiap pasagan untuk
menshare, menjelaskan, atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa
– siswa yang lain di ruang kelas.
6 Discussion Group DG
– Group Project GP
Dalam metode DG dan GP, kelompok diskusi dan proyek kelompok dirancang untuk mengerjakan tugas
pembelajaran atau proyek – proyek tertentu. Misalnya saja
mereka ditugaskan untuk membuat sebuah laporan. Untuk tugas seperti ini, guru harus memastikan bahwa setiap anggota
kelompok mendapatkan tugas mengerjakan masing – masing
bagian dari laporan tersebut. Jika tugas tersebut ternyata tidak bisa dibagi
– bagi, setidaknya mereka mendapatkan peran yang berbeda
– beda misalnya ada yang berperan sebagai penulis, presentator, dan pencari bahan. Tidak boleh ada satu atau
beberapa orang anggota yang sendirian memikul beban
tugasproyek tersebut sepenuhnya, sementara anggota – anggota
yang lain hanya hitchhiking ikut – ikutan.
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Robert Slavin 2005:143