interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan pengetahuan, pemahaman maupun ketrampilan baru yang didapat dari pengalaman.
B. Keterlibatan Siswa Edgar Dale dalam Dimyati Mudjiyono 2006:45 dalam
penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang baik adalah belajar
melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dalam Dimyati Mudjiyono 2006:46 dengan
“learning by doing”–nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.
Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah problem solving. Guru
bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Maka dari itu, bagi siswa terlibat aktif dalam setiap proses
pembelajaran sangatlah penting. Karena dengan terlibat secara aktif mereka memperoleh ilmu yang mereka cari. Berdasarkan dua pendapat di
atas, maka yang dimaksud dengan keterlibatan dalam penelitian ini adalah keikutsertaan dalam melakukan atau berbuat sesuatu secara aktif untuk
memperoleh ilmu yang mereka inginkan, terutama dalam proses
kelompok, meliputi: bertanya, memberi alternatif penyelesaian, memberi tanggapan, menarik kesimpulan.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley dalam Nana Sudjana, 1989:22 membagi tiga macam hasil belajar, yakni a
ketrampilan dan kebiasaan, b pengetahuan dan pengertian, c sikap dan cita
– cita. Masing – masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah diterapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne dalam Nana
Sudjana, 1989:22 membagi lima kategori hasil beajar, yakni a informasi verbal, b ketrampilan intelektual, c strategi kognitif, d sikap, dan e
ketrampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana,
1989:22 yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: 1.
Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
2. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, dan
internalisasi. 3.
Ranah psikomotoris Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni a gerakan refleks, b ketrampilan gerakan dasar, c kemampuan
perseptual, d keharmonisan atau ketepatan, e gerakan ketrampilan kompleks, dan f gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
sebagai objek penilaian dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, antara lain ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap
dan cita – cita. Kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi 3 ranah
yaitu ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif yang berkenaan dengan sikap, ranah psikomotoris yang berkenaan
dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
D. Pembelajaran Kooperatif 1.