Aspek-aspek Religiusitas RELIGIUSITAS .1 Definisi Religiusitas

dirasakan dengan apa yang dipercaya sebagai makhluk atau wujud yang lebih tinggi daripada manusia. Religiusitas menurut Fetzer 1999 adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku, social dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Karenanya doktrin yang dimiliki setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya. Abdul Mujib 2006 menjelaskan bahwa religiusitas adalah kemampuan individu untuk menjalankan ajaran agama secara benar dan baik dengan landasan keimanan dan ketakwaan. Dari penjelasan para ahli yang memaparkan tentang religiusitas peneliti menyimpulkan bahwa religiusitas adalah kemampuan individu menyesuaikan diri dengan dunia luar dan menjalankan, mengamalkan atau mengaplikasikan sitem nilai atau keyakinannya secara benar dengan berlandaskan keimanan dan ketakwaan

2.2.2 Aspek-aspek Religiusitas

Dalam sebuah laporan penelitian yang diterbitkan oleh Jhon E. Fetzer 1999 yang berjudul Multidimensional Measuremen Religiusness, Spiritually For Use In Heath Research menjelaskan 12 dimensi religiusitas yaitu: daily spiritual, experienc, meaning, value, belief, forgivness, private religious practices, religiousspiritual coping, religous support, religiousspiritual history, comitmen, ooganizational religiousness dan religious preference .

1. Dailly Spiritual Experience

Merupakan dimensi yang memandang dampak agama dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini daily spiritual experiences merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan transeden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut, sehingga dailly spiritual experiences lebih kepada pengalaman kognitif, Underwood dalam Fetzer, 1999.

2. Meaning

Meaning adalah mencari makna dari kehidupan dan berbicara mengenai pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari rasa koherensi fungsi penting untuk mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan psikologis. Konsep meaning dalam hal religiusitas sebagaiman konsep meaning yang dijelaskan oleh Fiktor Frankl yang biasa disebut dengan istilah kebermaknaan hidup. Adapun meaning yang dimaksud disini adalah yang berkaitan dengan religiusitas atau disebut religion-meaning yaitu sejauh mana agama dapat menjadi tujuan hidupnya. Pragament dalam Fetzer 1999.

3. Value

Konsep value menurut Idler dalam Fetzer Instute, 1999 adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti mengajarkan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi dan sebagainya. Value dimaksudkan untuk mengukur dimensi-dimensi berbeda dari nilai tempat keberadaan seorang individu dalam agamanya “seberapa penting agama dalam hidupmu?” dimana dalam hal tersebut berkaitan dengan komitmen seseorang. Teori-teori lain memandang value sebagai kriteria yang biasa digunakan orang-orang untuk memilih dan menilai tindakan. Dimensi ini mencoba untuk menaksir tingkat dimana suatu perilaku individu mencerminkan suatu ungkapan normative dari keyakinannya atau agamanya sebagai nilai tertinggi ultimate value. Bentuk sederhana dari dimensi ini secara langsung menaksir pengaruh keyakinan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Belief

Konsep belief menurut Idler dalam Fetzer, 1999 merupakan sentral dari religiusitas. Religiusitas merupakan keyakinan akan konsep-konsep yang dibawa oleh suatu agama. Dalam bahasa Indonesia belief disebut keimanan yaitu kebenaran yang diyakini dengan hati dan diamalkan dengan amal perbuatan. Dalam ajaran agama Islam keyakinan itu seperti itu seperti yakin kepada Allah, yakin kepada kitab malaikat, yakin kepada hal Kitab suci Al-Quran, yakin kepada Rasullullah, yakin kepada hari akhir, dan yakin kepada Qadha dan Qadar.

5. Forgiveness

Forgivness adalah memafkan, yaitu suatu tindakan memaafkan dan bertujuan untuk memafkan bagi orang yang melakukan kesalalahan dan berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan cinta. Dimensi forgiveness menurut Idler dalam Fetzer, 1999 mencangkup 5 dimensi turunan, yaitu: a. Pengakuan dosa b. Merasa diampuni oleh Tuhan c. Merasa dimaafkan oleh orang lain d. Memafkan orang lain e. Memafkan diri sendiri

6. Private Religious Practice

Private religious practice menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh individu secara pribadi berbeda dengan public religious practice yang dilakukan lebih formal, terorganisir dan berhubungan dengan orang lain yang melibatkan waktu dan tempat tertentu. Pada private religious practice tidak selalu terjadi pada tempat dan waktu yang pasti atau telah ditentukan. Private religious practice dapat dilakukan dirumah baik itu sendiri ataupun bersama keluarga tidak melibatkan pengalaman secara kolektif atau dengan masyarakat umum. Private religious practice menurut Levin dalam Fetzer, 1999 merupakan perilaku beragama dalam praktek agama, meliputi ibadah, mempelajari kitab, dan kegiatan lain-lain untuk meningkatkan religiusitasnya.

7. Religiuos Spiritual Coping

Religious spiritual coping menurut Pragrement dalam Fetzer, 1999 merupakan coping stres dengan menggunakan pola dan metode religious. Seperti dengan berdoa, beribadah untuk menghilangkan stres, dan sebagainya. Menurut Pragement dalam Fetzer, 1999 menjelaskan bahwa ada tiga jenis coping secara religious, yaitu: a. Deffering Style, yaitu meminta penyelesaian masalah kepada Tuhan saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong Hamba-Nya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. b. Collaborative style, yaitu hamba meminta solusi kepada Tuhan dan hambanya senantiasa berusaha melakukan coping c. Self- Directing Style, yaitu inidvidu bertanggung jawab sendiri dalam menjalankan coping

8. Konsep Religious Support

Konsep ini menurut Krause dalam Fetzer, 1999 adalah aspek hubungan sosial antara individu dengan dengan pemeluk agama sesamanya. Dalam Islam hal ini sering disebut dengan Al-Ukhuwah Al-Islamiyah.

9. Religious Spiritual History

Adalah seberapa jauh individu berpartisipasi untuk agamanya selama hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan hidupnya. Pengukuran area ini dimaksudkan untuk mengukur sejarah keberagamaanspiritual seseorang. Terdapat empat aspek yang dapat diukur berkaitan dengan sejarah keberagamaan spitualitas seseorang: a. Biografi keagamaan b. Pertanyaan-pertanyaan mengenai sejarah keagamaanspiritual c. Pengalaman kegamaanspiritual yang mengubah hidup d. Kematangan spiritual

10. Commitment

Konsep comitmen menurut menurut Williams dalam Fetzer, 1999 adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya, komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya.

11. Organizational Religiousness

Konsep organizational religiousness menurut Idler dalam Fetzer, 1999 merupakan konsep yang mengukur seberapa jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaaan yang ada di masyarakat dan beraktifitas didalamnya.

12. Religious Preference

Konsep religious preference menurut Ellisson dalam Fetzer, 1999 yaitu memandang sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan pilihan agamanya. Sedangkan Menurut Glock Stark, dimensi-dimensi relegiusitas terdiri dari lima macam yaitu:

1. Dimensi keyakinan Ideologis.

Dimensi ini berisikan pengarapan-pengharapan dimana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi seringkali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

2. Dimensi praktek agama Ritual

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

3. Dimensi pengalaman Eksperensial

Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman- pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seorang pelaku atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan.

4. Dimensi pengetahuan Agama Intelektual

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi.

5. Dimensi konsekuensi

Dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti memilih untuk menerapkan teori Fetzer 1999 karena teori tersebut lebih komprehensif dan relevan dalam mendukung penelitian yang dilakukan dan juga sesuai dengan kondisi sampel yang digunakan dalam penelitian.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas