26 diharapkan dapat menerapkan danmengungkapkan Corporate Social Responsibility
secara terus menerus.
2.3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu indikator yang digunakan investor dalam menilai aset maupun kinerja suatu perusahaan. Jika perusahaan mempunyai
total aset dan total penjualan yang lebih besar, maka akan menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan dan perusahaan mempunyai prospek
baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Perusahaan yang besar akan menjaga kepercayaan investor agar tetap menginvestasikan dananya. Ukuran suatu perusahaan
merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan keuangannya. Perusahaan besar pada dasarnya memiliki modal finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja,
tetapi disisi lain, perusahaan dihadapkan pada masalah keagenan yang lebih besar Darmawati, 2004.
2.4. Profitabilitas ROA
Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.ROA juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk
mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya. Menurut Warren, dkk 2005 : 63 “aktiva assets adalah sumber
daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha, sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis”. Contoh aset adalah kas, piutang,
27 perlengkapan, beban dibayar dimuka, bangunan, peralatan, tanah, dan hak paten. Aset
disajikan dalam beberapa kelompok, yaitu : a. aset lancar
b. aset tetap c. aset tidak berwujud
d. aset lain-lain Rumus untuk menghitung pengembalian tingkat aset return on
assetROA sebagai berikut :
Semakin tinggi nilai ROA Return On Asset di dalam suatu perusahaan maka perusahaan tersebut semakin baik.
2.5. GoodCorporate Governance
Istilah corporate governance pertamakali diperkenalkan oleh Cadbury Committee, Inggris pada tahun 1922 dalam laporannya yang bertajuk Cadbury Report
dalam sukrisno Agoes, 2006, yang mendefenisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang
saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka; atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan.
Dari defenisi yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Good Corporate Governance merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengawasi dan
28 mengendalikan perusahaan dalam mewujudkan tujuan untuk meningkatkan laba
antara shareholder dan stakeholder dan menjaga hubungan baik diantara pemegang saham serta dapat menjalankan perusahaan sesuai dengan prosedur perusahaan dan
etika perusahaan.
2.5.1 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Dalam undang-undang No 40 Tahun 2007 prinsip-prinsip good corporate governance harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Transparency keterbukaan informasi Keterbukaan yang diwajibkan oleh undang-undang seperti
misalnya mengemukakan pendirian PT dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia ataupun surat kabar. Serta keterbukaan
yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal penerapan manajemen keterbukaan,
informasi kepemilikan perseroan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada shareholders maupun stakeholder.
2. Accountability dapat dipertanggungjawabkan Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem
pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi
monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
3. Responsibility pertanggungjawaban Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian didalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.Peraturan yang berlaku
disini berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatankeselamatan kerja,
standar penggajian, dan persaingan yang sehat.
4. Fairness kewajaran Kewajaran bisa di defenisikan sebagai perlakuan yang adil dan
setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang
berlaku.Fairness diharapkan membuat seluruh asset perusahaan
29 dikelola secara baik dan prudent hati-hati, sehingga muncul
perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair jujur dan adil.
Berdasarkan dari prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Good Corporate Governance adalah sistem yang
dijalankan sesuai pada prinsip-prinsipnya, untuk memaksimalkan kinerja perusahaan dan untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan kerja
sama yang baik antara shareholder dan stakeholder.
2.5.2 Tujuan dan Manfaat Diterapkannya Good Corporate Governance
Menurut Sutojo 2005 : 5 corporate Governance memiliki lima macam tujuan utama, yaitu:
1 Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham 2 Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non-
pemengang saham 3 Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham
4 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan, dan
5 Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.
Selain daripada tujuan-tujuan tersebut, corporate Governance juga memiliki beberapa manfaat seperti yang dirumuskan oleh FCGI Forum for
Corporate Governance in Indonesia 2001 adalah: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik sehingga pencapaian efisiensi operasional perusahaan tercapai dan meningkatkan
pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga meningkatkan Corporate Value.
30 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia sehingga membantu perusahaan untuk mengembangkan dana memperluas usahanya, dan
4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena akan meningkatkan shareholders value dan deviden.
2.5.3 Ukuran Dewan Komisaris
Mizruchi 1983 menjelaskan bahwa dewan merupakan “pusat dari pengendalian dalam perusahaan, dan dewan ini merupakan penanggung jawab
utama dalam tingkat kesehatan dan keberhasilan perusahaan secara jangka panjang”.Dewan komisaris merupakan organ penting dalam
pengimplementasian good corporate governance di suatu perusahaan yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta
memberikan nasihat kepada direksi.Dalam ukuran dewan komisaris ini dapat diketahui melalui komposisi dari seluruh dewan komisaris yang ada dalam
perusahaan tersebut. Ukuran dewan komisaris yang tepat dipengaruhi oleh berbagai hal
antara lain: 1. Ukuran dewan direksi
2. Industri dan jenis keahlian yang dibutuhkan 3. Overall risk yang dihadapi
4. Komite yang ada. Sembiring 2005 menyatakan bahwa “semakin besar jumlah anggota
dewan komisaris, maka semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif”.
31
2.5.4 Dewan Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar
M.Yusrizal, 2011.Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, direksi merupakan organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan anggaran
dasar.Dapat disimpulkan bahwa dewan direksi berperan dan bertanggung jawab dalam memastikan perusahaan telah menjalankan ketentuan dalam
anggaran dasar dan perundang-undangan yang berlaku.
2.5.5 Komite Audit
Komite audit merupakan organ tambahan yang diperlukan dalam melaksanakan Good Corporate Governance, yang dibentuk oleh dewan
komisaris untuk membantu komisaris melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan
suatu perusahaan serta memastikan bahwa operasional perusahaan berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan di dalam perusahaan. Tugas
dan tanggung jawab komite audit juga akan menentukan kinerja dan keberhasilan di dalam suatu perusahaan. Menurut Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance 2002 mengenai komite audit adalah “Suatu komite
32 yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat
meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit.”
Tujuan komite audit sebenarnya sudah ada dalam definisi komite audit itu sendiri yang tujuannya untuk membantu dewan komisaris untuk memenuhi
tanggungjawab dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh. Menurut Jati 2009 Komite audit merupakan
sebuah komite yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor serta anggota
independen. Komite audit ditugaskan untuk memberikan pengawasan pada auditor perusahaan internal dan eksternal, serta memastikan
manajemen tersebut melakukan tindakan korektif yang tepat secara berkala dan dapat mengontrol kelemahan, ketidak sesuaian dengan
kebijakan, hukum dan regulasi.
2.6 Nilai Perusahaan
Menurut Husnan 2000:7 “Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia di bayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual”. Nilai perusahaan
merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakatnterhadap perusahaan setelah melalui suatu
proses kegiatan selama beberapa tahun yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Nilai perusahaan tercermin seiring dengan naik dan turunnya
harga saham perusahaan.Adanya transaksi diantara pembeli dan penjual terhadap harga pasar dari saham perusahaan disebut dengan nilai perusahaan, harga pasar
tersebut sering di deskripsikan nilai asset perusahaan. Nilai perusahaan sangat penting
33 karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran
pemegang saham. Nilai perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa alternatif
perhitungan, salah satu dari alternatif perhitungan tersebut yaitu dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Tobin’s Q dirumuskan oleh Professor James Tobin
1967. Menurut Gordon and Sharpe 2000:12 dalam sriwardany 2006:26 mengenai nilai perusahaan adalah sebagai berikut:
“Tobin’s Q mencerminkan harga atau nilai suatu perusahaan dipasar, harga saham ditunjukkan dengan nilai kapitalisasi pasar.Nilai kapitalisasi pasar
adalah nilai pasar agregat suatu perusahaan yang dihitung dari harga pasar saham hari ini dikalikan jumlah saham yang beredar hari ini. Untuk
perusahaan yang go public, perusahaan dapat dilihat dari nilai pasar saham dipasar modal ditambah dengan nilai pasar hutangnya. Harga saham yang
semakin tinggi pada saat perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi, mengingat hal tersebut berarti dapat meningkatkan pendapatan
pemegang saham”.
Apabila Tobin’s Q diatas 1 diartikan sebagai investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih tinggi dari pengeluaran investasi, jadi
terdapat investasi baru namun, apabila Tobin’s Q dibawah 1 maka hal tersebut dianggap tidaklah menarik. Tobin’s Q yang tinggi mencerminkan bahwa prospek
pertumbuhan terhadap suatu perusahaan tersebut adalah baik. Tobin’s Q dapat dihitung dengan rumus:
� = EMV + D
EBV + D Keterangan:
34 EMV = Nilai pasar ekuitas harga penutupan x Jumlah saham yang beredar
D = Nilai buku dari total hutang EBV = Nilai buku total Ekuitas
Jadi, Tobin’s Q merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber daya – sumber daya ekonomis dalam
kekuasaannya.
2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu