Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti disebabkan karena harga tanah yang cenderung naik, supply tanah bersifat tetap sedangkan demand nya akan selalu bertambah besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta bertambahnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal, perkantoran, pusat perbelanjaan, taman hiburan dan lain-lain. Sudah selayaknya apabila perusahaan pengembang mendapatkan keuntungan yang besar dari kenaikan harga properti tersebut, dan dengan keuntungan yang diperoleh maka perusahaan pengembang dapat memperbaiki kinerja keuangannya sehingga dapat menaikkan harga saham. Krisis ekonomi tahun 1998 mengakibatkan banyak perusahaan pengembang mengalami kesulitan karena memiliki hutang yang didominasi oleh dolar Amerika dalam jumlah yang besar, yang telah dipinjamnya pada saat sebelum krisis ekonomi guna membangun properti. Krisis ekonomi menyebabkan bunga kredit melonjak hingga 50 sehingga pengembang mengalami kesulitan untuk membayar cicilan kreditnya dalam bentuk dolar Amerika. Tunggakan hutang dalam jumlah yang besar, menurunkan kinerja keuangan perusahaan, yang kemudian berdampak pada respon investor di pasar modal sehingga mempengaruhi harga pasar saham. Bisnis properti mengalami kejayaan pada tahun 1996. Para ahli properti memperkirakan bisnis properti mempunyai siklus perkembangan setiap tujuh Universitas Sumatera Utara tahun sekali., Diperkirakan pada tahun 2003 bisnis properti akan kembali mengalami masa kejayaannya setelah booming pada tahun 1996, akan tetapi terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, maka perkiraan menjadi mundur ke tahun 2005. Tahun 2007 bisnis properti mencapai puncaknya dan menuju titik balik sehingga developer sudah mengantisipasi kemungkinan risiko yang muncul pada periode yang akan datang. Hal ini tidak didukung oleh pertumbuhan properti pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 yang mengalami penurunan, padahal indikator ekonomi makro pada tahun 2006 lebih baik dibandingkan dengan indikator ekonomi makro pada tahun 2005. Bisnis properti pada tahun 2006 seharusnya mengalami perkembangan yang lebih baik dari pada tahun 2005. Kondisi ekonomi makro yang semakin membaik, seharusnya membuat kinerja keuangan sektor properti semakin membaik, karena dengan turunnya tingkat bunga dan inflasi serta naiknya pendapatan bruto dapat menaikkan daya beli masyarakat terhadap properti yang ditawarkan oleh pengembang, sehingga menaikkan jumlah transaksi atas properti yang ditawarkan. Naiknya jumlah transaksi akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan properti yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Membaiknya indikator ekonomi makro tahun 2006 belum menampakkan efeknya terhadap peningkatan volume penjualan properti di tanah air. Pada tahun 2009, Perusahaan mendapat tantangan yang berat dari adanya imbas krisis global yang melanda seluruh dunia. Krisis ekonomi ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, sehingga mereka mengalami tingkat pertumbuhan nol bahkan minus. Dampak krisis pada negara-negara maju Universitas Sumatera Utara tersebut tak terelakkan lagi berimbas ke perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Krisis ini mengakibatkan pula bertumbangannya berbagai institusi keuangan terkemuka dunia, yang pada akhirnya memberikan efek psikologis negatif bagi situasi perbankan Indonesia. Pada akhirnya, krisis global tersebut mengimbas ke dunia bisnis properti, yaitu dalam bentuk menurunnya ekspansi kredit dunia perbankan baik di sektor kredit konstruksi dan di sektor kredit kepemilikan rumahapartemen maupun juga menurunnya daya beli masyarakat. Mengacu pada proyeksi penjualan properti residensial di tahun 2010 yang dilakukan oleh pengamat properti dari Pusat Studi Properti Indonesia PSPI, diyakini bahwa di tahun 2010 penjualan properti residensial, baik itu rumah, ruko, maupun apartemen, akan kembali menggeliat. Pengamat properti Jones Lang LaSalle memproyeksikan peningkatan penjualan pada 2010 sebesar 15 pada sektor perumahan dan penjualan kondominium akan mengalami kenaikan sebesar 25. Peningkatan diperkirakan terjadi akibat dari pertumbuhan penduduk yang ikut menopang pertumbuhan bisnis properti residensial. Sebagai contoh, kebutuhan rumah di wilayah Jabodetabek masih cukup besar yaitu ± 160.000 unittahun. Proyeksi penjualan properti di tahun 2010 yang dinyatakan akan meningkat tentunya akan menarik minat para investor terhadap bisnis properti dan real estat di pasar modal. Pasar modal merupakan satu bentuk pasar dalam pasar keuangan. Pasar ini telah menjadi perhatian banyak pihak khususnya masyarakat bisnis. Hal ini terutama dikarenakan oleh kegiatan pasar modal yang semakin berkembang dan efisien disatu pihak dan dilain pihak meningkatkan keinginan Universitas Sumatera Utara perusahaan untuk mencari alternatif pembiayaan usaha selain bank dan lembaga keuangan bukan bank. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan bagi investor. Seorang investor harus memiliki perencanaan investasi yang efektif agar memperoleh keuntungan di pasar modal. Perencanan ini meliputi pertimbangan keputusan untuk mengalokasikan dana yang dimiliki dalam aktiva tertentu dengan harapan akan mendapat keuntungan di masa mendatang. Salah satu bentuk investasi yang dilakukan pemilik dana adalah membeli saham dengan harapan memperoleh return yang paling optimal baik berupa dividen ataupun capital gain. Saham sebagai salah satu objek investasi yang paling diminati dalam perdagangan pasar modal merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai tingkat risiko cukup tinggi, yang tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa depan. Pertimbangan investor untuk membuat keputusan berinvestasi dalam saham adalah informasi mengenai kondisi perusahaan. Suatu informasi dikatakan informatif apabila informasi tersebut mampu memberikan kepercayaan dan keyakinan bagi para investor untuk melakukan investasi pada perusahaan. Informasi keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan, meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan oleh para investor karena informasi ini menunjukkan prestasi perusahaan pada periode tersebut. Investor memerlukan informasi akuntansi untuk menilai risiko yang melekat pada investasinya. Penyajian laporan arus kas akan memungkinkan para Universitas Sumatera Utara investor untuk memprediksi jumlah kas yang mungkin didistribusikan sebagai dividen pada masa yang akan datang serta menilai risiko potensial atas investasi yang ditanamkan. Informasi akan menjadi bermanfaat jika dapat membantu investor dalam memprediksi hasil-hasil dimasa mendatang dari berbagai alternatif tindakan. Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut. Komponen-komponen arus kas ini dipisahkan karena masing-masing komponen dianggap mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap harga saham. Analisa laporan keuangan juga dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Analisa laporan keuangan didasarkan pada data keuangan historis yang tujuan utamanya adalah memberi suatu indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Hubungan rasio laporan keuangan dengan harga saham didasarkan pada asumsi bahwa rasio keuangan berguna bagi investor untuk memberikan informasi yang membantu dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Salah satu rasio keuangan yang dapat membantu investor dalam membuat keputusan berinvestasi adalah rasio profitabilitas, yaitu Earning per Share EPS. EPS menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen kepada pemegang saham. Apabila EPS mengalami kenaikan maka kemungkinan akan diikuti oleh kenaikan dari harga saham perusahaan tersebut karena kenaikan EPS menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Kinerja perusahaan yang bagus akan menarik investor untuk menginvestasikan dananya di perusahaan, dan jika Universitas Sumatera Utara banyak investor cenderung ingin membeli saham suatu perusahaan maka harga saham perusahaan tersebut akan mengalami tren yang meningkat. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Silitonga 2009 tentang pengaruh informasi arus kas terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di BEI, dengan objek penelitian perusahaan makanan dan minuman. Penelitian tersebut menyatakan bahwa secara simultan, informasi laporan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Pengujian secara parsial menunjukkan hanya arus kas dari aktivitas operasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Samosir 2010 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu secara parsial laba akuntansi, arus kas dari aktivitas operasi dan arus kas dari aktivitas investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan arus kas dari aktivitas pendanaan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Uraian sebelumnya menunjukkan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada pengaruh informasi laporan arus kas dan rasio profitabilitas terhadap harga saham dengan objek penelitian pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007- 2009. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah objek dan periode penelitian serta variabel independen. Pemilihan kelompok perusahaan real estate dan properti yang go publik di BEI sebagai perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah karena sektor ini telah mengalami Universitas Sumatera Utara perkembangan yang cukup pesat setelah krisis moneter dan mulai menunjukkan kontribusinya pada pertumbuhan perekonomian akhir-akhir ini. Selain itu pertimbangan bahwa perusahaan yang tergabung dalam kelompok ini memerlukan modal yang besar sehingga menggantungkan diri pada investasi saham dari para investor. Hal ini mengakibatkan tingkat persaingan yang tinggi di antara perusahaan dalam kelompok ini dalam menarik investasi sehingga menuntut kinerja perusahaan yang selalu prima untuk dapat bersaing. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan peneliti ingin meneliti kembali pengaruh informasi laporan arus kas dan rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan real estate dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Perumusan Masalah