Sekolah Pembauran JENIS SEKOLAH

usia, jenis kelamin, ras, cacat fisik maupun hambatan lainnya menghalangi pendakian mereka Stoltz, 2004.

b. Campers

Campers adalah golongan yang mudah puas atas segala sesuatunya. Tipe ini puas dengan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri. Mereka adalah orang-orang yang tidak terdorong perubahan karena takut dan hanya mencari keamanan dan kenyamanan. Hanya saja, campers setidaknya sudah melangkah dan menanggapi tantangan namun setelah mencapai tahap tertentu mereka akan berhenti Stoltz, 2004.

c. Quitters

Quitters adalah mereka yang berhenti. Mereka adalah sosok yang memilih untuk mundur, menghindari kewajiban dan berhenti apabila menghadapi kesulitan. Quitters akan berhenti di tengah pendakian, mudah putus asa dan mudah menyerah Agustian, 2001. Orang dengan tipe ini cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan dasar dan cenderung pasif.

B. JENIS SEKOLAH

Jenis sekolah pada penelitian ini berdasarkan status sekolah tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Sekolah Pembauran

Sekolah adalah lembaga formal yang menyelengarakan tujuan pendidikan nasioanal. Sedangkan pembauran adalah konsep yang pertama sekali diperkenalkan oleh presiden Soeharto guna mewujudkan integrasi nasional di Indonesia baik di bidang pendidikan maupun budaya yang menekankan pada asimilasi warga negara Indonesia keturunan asing dengan warga negara Indonesia keturunan Indonesia Suryadinata, 2003. Mitchell 1999 menjelaskan mengenai konsep pembauran sebagai konsep metafora yang menetapkan bahwa kaum minoritas microculture harus melebur ke dalam kelompok mayoritas, menyingkirkan bahasa ibu mereka dan tradisi budayanya dan menyesuaikan adat istiadat budaya dengan budaya mayoritas macroculture. Kebijakan asimilasi pada era pemerintahan presiden Soeharto menghasilkan peraturan yaitu, pada tahun 1967 pemerintah mendirikan Sekolah Nasional Proyek Khusus SNPK sebagai sekolah pembauran berdasarkan Intruksi Presiden Kabinet No. 37UInG1967. Maksud dari sekolah nasional proyek khusus ini ialah dimana sekolah yang awalnya berdiri sebagai sekolah khusus etnis Tionghoa, menggunakan bahasa pengantar mandarin dan kurikulum yang berbeda diwajibkan untuk berbaur dengan warga negara Indonesia keturunan asli dan menggunakan bahasa pengantar Indonesia dan kurikulum pendidikan nasional. Sekolah dilihat sebagai wadah pembauran melting pot antara kelompok pribumi dengan kelompok non pribumi, agar generasi muda non pribumi dapat meleburkan diri dan budayanya ke dalam budaya nasional melalui wadah pendidikan. Sekolah pembauran berdasarkan SNPK adalah sekolah yang komposisi muridnya adalah 50 merupakan WNI asli murid pribumi dan WNI keturunan asing murid nonpribumi. Sekolah tersebut juga harus menerapkan kurikulum nasional yang digunakan oleh semua sekolah di Indonesia Pelly, 2003. Namun, lebih lanjut komposisi murid pribumi pada sekolah pembauran tidak sama dengan nonpribumi yang mengakibatkan sekolah pembauran berisikan mayoritas siswa nonpribumi dengan eksklusivitas etnis keturunan Tionghoa Pelly, 2003. Sekolah pembauran di wilayah Sumatera Utara sendiri terlihat dari perubahan nama yayasan yang semula identik dengan nama Tionghoa menjadi nama Indonesiakarena kebijakan pemerintah. Selain itu, lebih lanjut sekolah pembauran yang ada di kota Medan telah menjadi sekolah swasta yang dulunya mengadopsi sistem aturan sekolah pembauran Komunikasi personal, 2015.

2. Sekolah Negeri