Gambaran Subjek Penelitian Saran Praktis Saran Metodologis

35

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian secara keseluruhan akan dibahas pada bab ini. Analisa data dilakukan dengan menguraikan gambaran umum subjek penelitian dan hasil penelitian. Selanjutnya akan dibahas hasil analisa data pada sub pembahasan.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah menengah atas SMA yang duduk di bangku kelas XI IPA dan IPS tahun ajaran 20142015. Siswa tersebut terbagi atas jenis asal sekolah mereka yaitu siswa yang berasal dari sekolah pembauran dan sekolah negeri di kota Medan. Sekolah pembauran yang dipilih yakni SMA WR. Supratman 2 Medan yang beralamat di Jalan Zein Hamid No. 2 Medan , sedangkan sekolah negeri yaitu SMA Negeri 4 yang terletak di Jalan Gelas No. 12 Medan. Jumlah subjek penelitian di sekolah pembauran sebanyak 47 orang siswa dan jumlah subjek penelitian di sekolah negeri sebanyak 50 orang siswa. Berikut rincian distribusi jumlah subjek per kelompok : Tabel 4.1. Gambaran Umum Subjek NO Jenis Sekolah Jumlah Siswa Rincian KelasJurusan 1 Pembauran 47 27 XI IPA 20 XI IPS 2 Negeri 50 40 XI IPA 10 XI IPS TOTAL 97 97 XI IPAIPS

2. Hasil Penelitian

a. Hasil Uji Asumsi Data Penelitian

Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians. Pengujian asumsi ini dilakukan untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dihitung menggunakan metode statistik parametrik atau tidak. Pengujian asumsi penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. 1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi dengan normal. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov berdasarkan data pada Liliefors Significance Correction. Data dikatakan terdistribusi normal apabila nilai signifikansinya diatas 0.05. Hasil uji normalitas terhadap kedua kelompok dapar dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Kelompok Signifikansi Status Pembauran 0,021 Terdistribusi tidak normal Negeri 0,200 Terdistribusi normal Data pada tabel hasil uji normalitas menunjukkan tidak normal pada kelompok pembauran dimana syarat asumsi normalitas tidak terpenuhi yaitu 0,021 0,05. Sedangkan pada kelompok negeri data terdistribusi secara normal yaitu 0,200 0,05. 2 Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah kedua kelompok berasal dari populasi yang sama Field, 2009, atau untuk melihat apakah data dalam penelitian ini adalah homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene’s Test. Data dikatakan homogen apabila nilai signifikasinya lebih besar daripada 0,05. Hasil uji homogenitas dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas Levene Statistic df1 df2 Signifikansi Status 8,777 1 95 0,004 Tidak homogen Data tidak memenuhi syarat asumsi homegenitas secara varians dimana signifikansi lebih kecil dari 0,05 0,004 0,05. Maka dari itu, data hasil penelitian ini tidak dapat diolah menggunkan statistik parametrik karena tidak memenuhi syarat yaitu data harus normal dan homogen. Peneliti akhirnya menggunakan statistik non-parametrik dimana tidak menggunakan syarat uji normalitas maupun homogenitas.

b. Hasil Uji Hipotesa Penelitian

Hipotesa nol yang diuji dalam penelitian ini adalah: “Tidak ada perbedaan adversity quotient antara siswa pribumi di sekolah pembauran dengan siswa pribumi di sekolah negeri.” Uji hipotesa tersebut dilakukan dengan menggunakan Mann-Whitney Test, yakni dengan membandingkan nilai skor siswa pada sekolah pembauran dengan nilai skor siswa di sekolah negeri. Berikut adalah gambaran statistik umum pada masing- masing kelompok: Tabel 4.4 Statistik Kelompok Jenis Kelompok N MeanRank Sum of Ranks Pembauran 47 54,68 2570,00 Negeri 50 43,66 2183,00 Hipotesa nol akan ditolak apabila nilai signifikan 2-tailed lebih kecil daripada 0,05. Hasil uji U sampel independen Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95 dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.5. Hasil Uji U- Mann Whitney Mann-Whitney U Z Sig.2-tailed 908,000 -1,930 0,054 Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol penelitian ini diterima dengan p= 0,054 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan tingkat adversity quotient yang signifikan antara kelompok pembauran M = 54,68 dengan kelompok negeri M = 43,66.

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian komparasi pada masing-masing kelompok sekolah dengan jumlah siswa pada masing-masing kelompok 47 orang siswa pembauran dan 50 orang siswa negeri menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai AQ siswa-siswa di sekolah pembauran dengan nilai AQ siswa-siswa di sekolah negeri, dengan p = 0,054 0,05. Hasil penelitian ini menerimahipotesa nol yang berbunyi “tidak terdapat perbedaan adversity quotient antara siswa pribumi di sekolah pembauran dengan siswa pribumi di sekolah negeri di kota Medan .” Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesa awal peneliti yang menyebutkan “terdapat perbedaan adversity quotient antara siswa pribumi di sekolah pembauran dengan siswa pribumi di sekolah negeri di kota Medan .” Sesuai dengan teori yang dipaparkan sebelumnya yaitu adversity quotient dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima oleh individu dari lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan adversity quotient seseorang Stoltz, 2004. Sekolah pembauran memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda dari sekolah negeri. Salah satu perbedaan yang mencolok yaitu pada sekolah pembauran siswa pribumi memiliki teman sebaya yang menjadi etnis mayoritas di sekolah tersebut yaitu etnis Tionghoa. Meskipun dari hasil uji hipotesis statistik menunjukkan terdapat perbedaan pada mean rank pada kedua kelompok yaitu sekolah pembauran dengan M = 54,68 yang lebih tinggi dari sekolah negeri yaitu M = 43,66. Hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa rata-rata skor adversity quotient siswa pada sekolah pembauran lebih tinggi dibanding rata-rata skor adversity quotientsiswa pada sekolah negeri.Secara teoritis, Stoltz 2004 menuturkan bahwa faktor genetika turut andil dalam pembentukan adversity quotient. Hanya saja faktor genetika yang dimaksud oleh Stoltz, tidak diturunkan dari orangtua ke anaknya secara lansung seperti karakter fisiologis namun genetika menjadi kemampuan dasar seorang anak dalam menghadapi lingkungannya ketika tumbuh besar. Peneliti menyadari bahwa ada kemungkinan siswa pribumi di sekolah pembauran memang memiliki kemampuan dasar yang dibawa dari faktor genetika yang baik sehingga orang tua mereka percaya diri menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut meskipun tantangan yang akan dihadapi banyak. Pendidikan yang diterima siswa di sekolah pembauran juga mempengaruhi pembentukan adversity quotient dimana siswa terbiasa menghadapi persaingan di kelas dengan teman sebaya yang mayoritas non-pribumi. Dalam jurnal tulisan Ryan 2001 On Happiness and Human Potentials : A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being dikatakan bahwa siswa yang memiliki teman sebaya berprestasi tinggi juga turut menghasilkan bentuk prestasi yang sama serta sebaliknya. Maka dari itu siswa di sekolah pembauran memiliki skor rata-rata adversity quotientlebih tinggi karena mereka terbiasa menghadapi tantangan untuk terus berprestasi baik di sekolah karena teman sebaya mereka juga demikian. Faktor teman sebaya yang semula menjadi karakteristik pembeda antar siswa pribumi di sekolah pembauran dengan sekolah negeri terlihat dari hasil penelitian ini. Hal senada juga diikuti oleh siswa di sekolah negeri. Dimana siswa memperoleh skor adversity quotientyang tidak berbeda secara signifikan dengan siswa di sekolah pembauran. Lingkungan sekolah negeri juga turut memberikan tantangan kepada para siswa untuk berprestasi akademik baik. Sistem pengajaran yang mereka terima turut membentukadversity quotientmereka karena pasti berbeda dengan apa yang dialami oleh siswa di sekolah pembauran. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti juga ditemukan bahwa guru-guru di sekolah negeri menekankan tidak hanya pada aspek pencapaian akademis siswa namun juga akhlak yang baik. Berbeda dengan para guru di sekolah pembauran yang menekankan hanya pada disiplin belajar siswa. Tidak adanya perbedaan yang siginifikan pada skoradversity quotient siswa pada kedua sekolah terjadi dikarenakan siswa memang memiliki keyakinan yang baik dalam menimba ilmu guna mencapai prestasi akademik yang baik. Keyakinan tersebut yang menjadi salah satu faktor pembentukan adversity quotient yang tinggi. Namun, dari keempat aspek adversity quotient yang diuji menggunakan bantuan SPSS ditemukan aspek reach siswa pribumi di negeri lebih tinggi M = 58,64 dibandingkan siswa pribumi di sekolah pembauran yaitu M = 38,74. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pribumi di sekolah negeri memiliki kemampuan membedakan masalah yang baik.Artinya, manakala siswa pribumi di SMA negeri mengalami masalah, masalah yang dihadapi tersebut tidak akan mengganggu aspek kehidupan lainnya. Dari hasil penelitian Damayanti 2012 menemukan bahwa tingkat perilaku membolos pada siswa SMA swasta relatif tinggi ketika siswa SMA swasta tersebut menghadapi masalah yang bersumber dari sekolah dan keluarga.Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang diperoleh peneliti yang menunjukkan bahwa reach siswa pribumi di kelompok sekolah pembauran lebih rendah dari sekolah negeri. 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian awal akan dipaparkan kesimpulan dari penelitian ini, lalu dilanjutkan dengan pemaparan saran praktis serta metodelogis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian-penelitian berikutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berikut ini akan diuraikan beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data: 1. Tidak terdapat perbedaan tingkat adversity quotient yang signifikan antara siswa pribumi di sekolah pembauran dengan siswa pribumi di sekolah negeri di kota Medan.

B. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diperoleh, peneliti ingin mengajukan beberapa saran praktis dan metodelogis. Saran praktis ini ditujukan kepada semua siswa sekolah menengah atas, dan para pendidik pada kedua sekolah yaitu pembauran dan negeri. Sedangkan saran metodelogis ditujukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

1. Saran Praktis

Saran praktis ini ditujukan kepada siswa sekolah menengah atas, baik di sekolah pembauran maupun sekolah negeri untuk banyak membaca buku motivasi dan biografi orang sukses. Buku karangan Paul G.Stoltz yaitu turning obstacle into oppotunities juga sangat direkomendasikan untuk dibaca karena akan membuka wawasan tentang apa itu hambatan dan bagaimana menjadi individu yang tidak mundur dan berhenti ketika menghadapi suatu masalah. Bagi yang tidak suka membaca disarankan untuk banyak bergaul dengan teman sebaya yang memiliki pandangan positif tentang hidup yang tidak akan pernah sempurna. Selain itu pihak sekolah, guru dan keluarga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan adversity ini dan dapat menemukan cara efektif agar kemampuan siswa mengatasi hambatan lebih baik lagi sehingga berdampak pada kesuksesan masa depan siswa itu sendiri.

2. Saran Metodologis

Penelitian ini memiliki kekurangan, oleh karena itu peneliti ingin menyampaikan saran metodologis berupa menambah jumlah variabel penelitian sehingga hasil penelitian lebih kompleks dan berkualitas. Apabila peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian dengan metode yang sama yaitu komparasi dengan subjek penelitian yang berbeda diharapkan dapat mengontrol extranous variable yang kemungkinan dapat menganggu hasil penelitian. DAFTAR PUSTAKA A.M., Sudirman . 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Grafindo Persada Aypay, A .2011. Relationships of High School Students‟ Subjective Well Being and School Burnout. International Journal of Education Science, p. 181- 199 Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar Berndt, T. J. 2002. Friendship quality and social development. Psychological Science, Vol.11, No. 1, 7-10. Brown, B. B., Mounts, N., Lamborn, S. D., Steinberg, L. 1993. Parenting practices and peer group affiliation in adolescence. Child Development, 642, 467-482. Brunkhorst. 2005. Sukses itu Mudah. Yogyakarta : Penerbit Saujana Budicahyadi, U. 2003. Adversity Quotient pada siswa SMU yang mengikuti kurikulum kelas program percepatan belajar dan kelas reguler. Echols Shadily. 1993. Kamus InggrisIndonesia. Jakarta : P.T. Gramedia Evers, H.D.1980 „Ethnic and Class Conflict in Urban Southeast Asia‟, dalam Hans-Dieter Evers peny. Readings on Social Change and Development. Sociology of Southeast Asia. Kuala Lumpur: Oxford University Press. Hlm.121 –12. Ginanjar A.,A. 2003. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power : Sebuah Inner Journey Melalui Al- Ihsan. Jakarta : Penerbit Arga. Ginanjar,A.,A. 2001. ESQ Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spriritual. Jakarta: Grasindo. Hadi, S. 2000. Metodology Research Jilid I - IV. Yogyakarta: Andi Offset. Hartup, W.W., Stevens, N. 1999. Friendship and Adaptation Across the Life Span.Current Directions in Psychological Science, Vol. 8, No. 3, 76-79 Irham, Muhammad Novan Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan : Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Kartadinata. 2010. Landasan-Landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menegah Pertama. Jakarta Kerlinger, F. N. 2006. Foundations of Behavioral Research. Chicago: Holf, Rinehari Winston. Leman. 2007. The Best of Chinnese Life Philoshopies. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Margono, S. 1996. Filsafat dan Prinsip-Prinsip Managemen Mutu Terpadu di Perguruan Tinggi. Jakarta : Heds Project Mas‟ud, M.H. 2012. Pengaruh Sikap, Norma-Norma Subyektif, dan Kontrol Perilaku Yang Dipersepsikan Nasabah Bank Terhadap Keinginan Untuk Menggunakan ATMBank BCA di Kota Malang. Jurnal Manajemen dan Akuntansi Vol. 1, No. 3: Malang: Universitas Widyagama. Mitchell, B. M., Salsbury, R.E. 1999. Encyclopedia of Multicultural Education. USA: Greenwood Press Nashori. 2007. Pelatihan Adversity Intellegence untuk Meningkatkan Kebermaknaan Hidup Remaja Panti Asuhan. Jurnal Psikologi No.23 Thn XII Januari 2007. Nurmalasari, Y. 2001. Efektifitas Restrukturisasi Kognitif dalam Menangani Stres Akademik Siswa.Skripsi Jurusan PPB-FIP UPI. tidak diterbitkan Papalia, D., Olds, S., Feldman, R. 2009. Human Development : Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika. Pelly, U. 2003. Murid Pri dan Nonpri pada Sekolah Pembauran: Kebijakan Asimilasi Orde Baru di Bidang Pendidikan dan Dampaknya terhadap Masyarakat Multikultural. Jurnal Antropologi Indonesia: Universitas Negeri Medan Republik Indonesia. 2003 . Undang-Undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan. Sekretariatan Negara : Jakarta Republik Indonesia.2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Jenis Sekolah. Sekretariatan Negara : Jakarta Ryan, R. M., Dece, E. L. 2001. On Happiness and Human Potentials : A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being.Annual Review Psychology, 52, 141-166 Sarafino, E. P. 2010. Health Psychology : Biopsychosocial Interaction. New York : John Wiley Sons Soemanto, W. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan Cetakan Ke 5. Jakarta: Rineka Cipta Stoltz, P.G. 2004. Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: PT.Grasindo. Sufren., Natanael,Y. 2014. Belajar Otodidak SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY press Sugiyono 2012. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : alfabeta Sujarweni,W.V. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Suldo, S.M., et al. 2009. Sources of Stress for Sudents in High School College Prepatory and General Education Programs: Group Difference and Associations with Adjustment.Journal of Adolescence, 44, 179. Suryabrata, S . 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Suryadinata,L. 2003. Kebijakan Negara Indonesia terhadap Etnik Tionghoa : dari Asimilasi ke Multikulturalisme. Jurnal Antropologi Indonesia, 71 Sutikno, M. 2004. Menuju Pendidikan Bermutu . Matram: NTP press Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Contoh Aitem Skala Adversity Quotient 1 Jika saya memperoleh juara kelas itu karena saya rajin belajar SS S TS STS 2 Saya tidak bisa membuat guru menyukai hasil kerja saya SS S TS STS 3 Nilai saya buruk karena saya bodoh SS S TS STS 4 Nilai saya tidak bisa lebih baik dari sebelumnya meskipun saya sudah berusaha keras SS S TS STS 5 Saya akan memilih pindah sekolah apabila tidak ada teman yang cocok dengan saya SS S TS STS 6 Saya akan tetap belajar keras meskipun nilai saya jelek SS S TS STS 7 Saya merasa bersalah ketika teman sekelas menjauhi saya karena tidak memberi contekan saat ujian SS S TS STS 8 Saya tidak pernah juara kelas karena saya memang orang yang tidak beruntung SS S TS STS 9 Saya tidak akan pernah bisa mengerjakan soal pelajaran yang tidak saya sukai SS S TS STS 10 Saya akan memilih pindah sekolah apabila cara mengajar gurunya tidak sesuai dengan saya SS S TS STS 11 Saya dapat membuat hasil laporan SS S TS STS dengan baik meskipun saya sakit 12 Saya tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru karena saya tidak memahami penjelasan beliau SS S TS STS 13 Saya akan baik-baik saja jika tugas yang banyak segera saya selesaikan SS S TS STS 14 Meskipun saya sedang bosan sekolah, saya akan tetap masuk kelas SS S TS STS Lampiran 2 Hasil Uji Reliabilitas Dan Uji Daya Beda Aitem

1. Aspek