Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani sampel dan pedagang serta eksportir kubis melalui kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data skunder hanya sebagai data pelengkap yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.4. Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan ini terlebih dahulu ditabulasi kemudian diolah secara manual, lalu dijabarkan, dan dianalisis dengan metode analisis yang sesuai. Untuk identifikasi masalah 1 dan 2, metode analisis yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Menghitung Margin tataniaga Price Spread Mji = Psi – Pbi atau Mji = bti + i Keterangan: Mji = Margin pada lembaga tataniaga tingkat ke-i Psi = Harga jual pada pemasaran tingkat ke-i Pbi = Harga beli pada pemasaran tingkat ke-i bti = Biaya pemasaran tingkat ke-i i = Keuntungan pemasaran tingkat ke-i Universitas Sumatera Utara Untuk menghitung nisbah margin keuntungan digunakan rumus: Keterangan: I = Keuntungan masing-masing lembaga tataniaga bti = Biaya tataniaga masing-masing lembaga b. Menghitung Persentase Margin Share Margin Keterangan: Sm = Persentase margin Share Margin dihitung dalam persen Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir c. Menghitung Efisiensi Tataniaga e = Keterangan: e = Efisiensi Tataniaga Z = Keuntungan Pedagang Perantara Rp Zm = Keuntungan Petani Rp C = Biaya Tataniaga Cm = Biaya Produksi Petani Universitas Sumatera Utara dengan asumsi: H : tidak efisien e ≤ 1 H 1 : efisien e 1 . Jika e ≤ 1 maka H o diterima dan H 1 ditolak. Artinya pemasaran melalui jalur tataniaga yang diteliti tidak efisien. Bila e 1 maka H ditolak dan H 1 diterima. Artinya pemasaran melalui jalur tataniaga yang diteliti efisien. Menurut Soekartawi 2002, efisiensi pemasaran yang efisien adalah jika biaya pemasaran lebih rendah daripada nilai produk yang dipasarkan, maka semakin efisien melaksanakan pemasaran. Kriteria efisiensi tataniaga adalah sebagai berikut: Efisiensi tataniaga tidak terjadi jika: - Biaya pemasaran semakin besar - Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar Dan efisiensi tataniaga akan terjadi jika: - Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan tataniaga dapat lebih tinggi - Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi Untuk identifikasi masalah 3 dihitung dengan membandingkan nilai nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan setiap lembaga tataniaga kubis antara jalur ekspor dan lokal serta membandingkan nilai efisiensi tataniaga kubis antara jalur pemasaran ekspor dan lokal. perbandingan antara margin keuntungan Universitas Sumatera Utara dan share margin keuntungan jalur ekspor dan lokal dianalisis dengan menggunakan uji t- test. t = Dengan db = n 1 +n 2 - 2 dan α = 0.05 Dimana S = Keterangan: � : Nilai Rata-rata S : Simpangan Baku t : Nilai t – hitung db : Derajat Kebebasan Sugiono, 2006 Kemudian nilai t-hitung yang didapat dibandingkan dengan nilai t-tabel sesuai dengan besar derajat kebebasannya. Jika t-hit t-tabel, maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan tataniaga kubis antara jalur ekspor dan lokal. Sedangkan untuk menganalisis perbedaan nilai efisiensi tataniaga kubis antara jalur ekspor dan lokal digunakan perhitungan menggunakan analisis tabulasi sederhana yaitu dengan mendaftarkan efisiensi tataniga secara ekspor dan lokal ke dalam suatu tabel sederhana dan melihat perbandingan besar efisiensinya. Setelah efisiensi tataniaga kubis secara ekspor dan lokal ditabulasi, akan dilihat saluran tataniaga mana yang memiliki nilai efisiensi paling besar. Saluran yang memiliki nilai efisiensi terbesar merupakan saluran tataniaga yang paling efisien. Universitas Sumatera Utara

3.5. Definisi dan Batasan Operasional