Sebaran Harga Price Spread, Share Margin, dan Efisiensi Tataniaga - Nisbah Margin Keuntungan 2 - Nisbah Margin Keuntungan 3

5.5. Sebaran Harga Price Spread, Share Margin, dan Efisiensi Tataniaga

Kubis Jalur Pemasaran Lokal Berikut tabel anlisis tentang price spread, share margin, dan efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran lokal. Tabel 19. Sebaran Harga price Spread, Share Margin, dan Nisbah Margin Keuntungan Tataniaga Kubis Jalur Pemasaran Lokal di Daerah Penelitian No Uraian Price Spread RpKg Share Margin 100 1 Petani - Biaya Produksi 359.53 17.12 a. Biaya Bibit 54.91 2.61 b. Biaya Pupuk 188.37 8.97 c. Biaya Obat-Obatan 53.25 2.54 d. Biaya Tenaga Kerja 58.01 0.28 e. Biaya Penyusutan 4.99 0.24 - Harga Jual 800 38.10 - Keuntungan 440.47

20.97 - Nisbah Margin Keuntungan

1.23 2

Kelompok Tani - Harga Beli 800 38.10 - Biaya Tataniaga 350 16.67 a. Biaya Pemanenan 100 4.76 b. Biaya Sortasi 50 2.38 c. Biaya Pengangkutan 100 4.76 d. Biaya Penyusutan 100 4.76 - Harga Jual 1600 76.19 - Keuntungan 450

21.43 - Nisbah Margin Keuntungan

1.28 3

Pedagang Pengecer - Harga Beli 1600 76.19 - Biaya Tataniaga 215 10.24 a. Biaya Pengangkutan 100 4.76 b. Biaya Tenaga Kerja Angkut 50 2.38 c. Biaya Plastik 50 2.38 d. Biaya Retribusi Pasar 15 0.71 - Harga Jual 2100 100.00 - Keuntungan 285 13.57 - Nisbah Keuntungan 1.33 Harga Jual Akhir 2100 100 Sumber : Data Lampiran 24 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa rantai tataniaga jalur pemasaran lokal di daerah penelitian terdiri dari petani, kelompok tani, dan pedagang pengecer. Harga jual di tingkat pedagang pengecer dianggap sebagai harga jual akhir tataniaga. Dari penjualan kubis dengan biaya produksi sebesar Rp. 359,53Kg, petani mendapat keuntungan sebesar Rp. 440.47Kg dengan share margin sebesar 20,97 dan nisbah margin keuntungan sebesar 1,23. Dari hasil penjualan kubis kepada pedagang pengecer dengan biaya tataniaga sebesar Rp. 350Kg, kelompok tani mendapat keuntungan sebesar Rp. 450Kg dengan share margin sebesar 21,43 dan nisbah margin keuntungan sebesar 1,28. Pedagang Pengecer dengan biaya tataniaga sebesar Rp. 215Kg mendapat keuntungan sebesar Rp. 285Kg dengan share margin sebesar 13,57 dan nisbah margin keuntungan sebesar 1,33. Berikut adalah rekapitulasi Share margin saluran tataniaga kubis Jalur pemasaran lokal di daerah penelitian. Tabel 20. Rekapitulasi Sare Margin Tataniaga Kubis Jalur Pemasaran Lokal di Daerah Penelitian No Uraian RpKg Share Margin 1 Keuntungan Petani 440.47 20.97 2 Biaya Produksi Petani 359.53 17.12 3 Keuntungan Kelompok Tani 450 21.43 4 Biaya Tataniaga Kelompok Tani 350 16.67 5 Keuntungan Pedagang Pengecer 285 13.57 6 Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer 215 10.24 Total Share Margin 100.00 Sumber: Data lampiran 24 Universitas Sumatera Utara Dari hasil rekapitulasi share margin di atas, dapat dihitung efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran lokal sebagai berikut: e = e = e = e = 1,27 Hasil perhitungan efisiensi tataniaga didapat e = 1,27. Maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya tataniaga kubis secara ekspor di daerah penelitian sudah efisien. Karena e 1. Sesuai dengan asumsi H : tidak efisien e ≤ 1 H 1 : efisien e 1 . Jika e ≤ 1 maka H o diterima dan H 1 ditolak. Artinya pemasaran melalui jalur tataniaga yang diteliti tidak efisien. Bila e 1 maka H ditolak dan H 1 diterima. Artinya pemasaran melalui jalur tataniaga yang diteliti. Berdasarkan penjelasan tentang biaya tataniaga, price spread, share margin , dan tingkat efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran lokal di atas, maka Hipotesis 2 terjawab. 5.6. Perbandingan Efisiensi Tataniaga Kubis Secara Ekspor dan Lokal di Daerah Penelitian Tataniaga yang produktif selalu berkaitan dengan efisiensi ekonomi. Untuk memperbaiki tataniaga, tujuan yang ingin dicapai adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Efisiensi tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu system pemasaran. Efisiensi tataniaga dapat Universitas Sumatera Utara terjadi jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan pada pihak-pihak yang terlibat. Demikian juga halnya pada proses tataniaga kubis di Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Efisiensi tataniaga sangat penting mengingat sebagian besar masyarakat di daerah penelitian terlibat dalam proses tataniaga tersebut. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, didapat bahwa efisiensi tataniaga kubis baik melalui pemasaran jalur ekspor maupun lokal di daerah penelitian sudah efisien. Namun keduanya memiliki besar nilai efisiensi yang berbeda. Berikut tabel perbandingan nilai efisiensi keduanya. Tabel 21. Perbandingan Nilai Efisiensi Tataniaga Kubis Secara Ekspor dan Lokal No Jalur Tataniaga Nilai Efisiensi 1 Jalur Pemasaran Ekspor 1.47 2 Jalur Pemasaran Lokal 1.27 Sumber : Data Primer Diolah Dari tabel 21 dapat dilihat bahwa tataniaga kubis melalui jalur ekspor memiliki nilai efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalur pemasaran secara lokal. Besar nilai efisiensi tataniaga kubis secara ekspor senilai 1,47 sedangkan jalur pemasaran lokal senilai 1,27. Selain dari perbandingan nilai efisiensi tataniaga kubis jalur ekspor dan lokal, dapat juga dilihat perbandingan nilai nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan setiap lembaga tataniaga kubis pada jalur pemasaran ekspor dan lokal di daerah penelitan. Perbandingan nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan tataniaga kubis dihitung dengan menggunakan uji t atau t-test, yaitu dengan rumus: Universitas Sumatera Utara t = Dengan db = n 1 +n 2 - 2 dan α = 0.05 Dimana S = Keterangan: � : Nilai Rata-rata S : Simpangan Baku t : Nilai t – hitung db : Derajat Kebebasan Kemudian nilai t-hitung yang didapat dibandingkan dengan nilai t-tabel sesuai dengan besar derajat kebebasannya. Jika t-hit t-tabel, maka Ho ditolak dan H 1 diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan tataniaga kubis antara jalur ekspor dan lokal Berikut rekapitulasi nilai nisbah margin keuntungan keuntungan setiap lembaga tataniaga pada jalur pemasaran ekspor dan lokal. Universitas Sumatera Utara Tabel 22. Rekapitulasi Nisbah Margin Keuntungan Setiap Lembaga Kubis Jalur Ekspor dan Lokal Lembaga Tataniaga Nisbah Margin Keuntungan Jalur Ekspor X 1 Nisbah Margin Keuntungan Jalur Lokal X 2 X 1 - � 1 X 2 - � 2 X 1 - � 1 2 X 2 - � 2 2 ƩX 1 - � 1 2 ÷ n-1 ƩX 2 - � 2 2 ÷ n-1 1 1.23 1.23 -0.11 -0.05 0.01 0.0025 0.04 0.0025 2 1.22 1.28 -0.12 0.01 3 1.56 1.33 0.22 0.05 0.05 0.0025 Jumlah 4.01 3.84 0.07 0.005 Rata-rata � 1.34 1.28 Nilai S 1 = = √0.04 = 0.2 dan S 2 = = √0.0025 = 0.05 Maka nilai t-hitung : = t – hitung = 0.5 t- tabel dengan db = n 1 +n 2 -2 = 3 + 3 – 2 = 4 dan α = 0.05 diperoleh sebesar 2.78. Dari hasil nilai t-hitung dan t-tabel di atas, diperoleh bahwa t-hitung t- tabel yaitu 0.5 2.78. maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara nisbah margin keuntungan tataniaga kubis jalur pemasaran ekspor dan nisbah margin keuntungan tataniaga kubis jalur pemasaran lokal. Universitas Sumatera Utara Tabel 23. Rekapitulasi Share Margin Keuntungan Tataniaga Setiap Lembaga Kubis Jalur Ekspor dan Lokal Lembaga Tataniaga Shar0e Margin Keuntungan Jalur Ekspor X 1 Share Margin Keuntungan Jalur Lokal X 2 X 1 - � 1 X 2 - � 2 X 1 - � 1 2 X 2 - � 2 2 ƩX 1 - � 1 2 ÷ n-1 ƩX 2 - � 2 2 ÷ n-1 1 8.81 20.97 -10.79 2.31 116.42 5.34 283.37 19.46 2 11 21.43 -8.60 2.77 73.96 7.67 3 39 13.57 19.40 -5.09 376.36 25.91 Jumlah 58.81 55.97 0.00 0.00 566.74 38.92 Rata-rata � 19.60 18.66 Nilai S 1 = = √283.37 = 16.83 dan S 2 = = √19.46 = 4.41 Maka nilai t-hitung : = t-hitung = 0.09. t- tabel dengan db = n 1 +n 2 -2 = 3 + 3 – 2 = 4 dan α = 0.05 diperoleh sebesar 2.78. Dari hasil nilai t-hitung dan t-tabel di atas, diperoleh bahwa t-hitung t- tabel yaitu 0.09 2.78. maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan yang signifikan antara share margin Keuntungan tataniaga kubis jalur pemasaran ekspor dan share margin keuntungan jalur pemasaran lokal. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa jalur tataniaga kubis secara ekspor dan lokal memiliki perbedaan efisiensi tataniaga yang signifikan dimana jalur tataniaga kubis secara ekspor dinilai lebih efisien daripada jalur tataniaga secara lokal. Dapat dilihat dari hasil perhitungan perbandingan nisbah margin keuntungan dan share margin keuntungan yang menunjukkan adanya perbedan Universitas Sumatera Utara secara signifikan dan nilai efisiensi tataniaga kubis jalur pemasaran ekspor yang lebih tinggi daripada jalur tataniga kubis secara lokal. Artinya, jalur tataniaga secara ekspor mampu memberi keuntungan yang lebih besar kepada setiap lembaga tataniaga yang terlibat. Dari penelitian yang dilakukan, walaupun jalur tataniaga secara ekspor lebih efisien, tidak lantas membuat Kelompok Tani Bunga Sampang yang berperan sebagai pedagang pengumpul berhenti menjual kubis ke pedagang pengecer. Kelompok tani tetap menjual kubisnya ke pedagang pengecer karena tidak semua kubis yang dibeli dari petani memenuhi kualitas standar ekspor. Selain itu, kerja sama dengan eksportir juga tidak selalu berjalan dengan baik. Adakalanya Eksportir tidak membeli kubis dari kelompok tani dengan alasan harga kubis di negara tujuan ekspor sedang anjlok. Dalam kondisi seperti ini, kelompok tani tidak bisa menuntut banyak kepada pihak eksportir karena kerjasama antara kelompok tani dan eksportir masih merupakan kerjasama kemitraan non formal. Berdasarkan penjelasan tentang perbandingan efisiensi tataniaga kubis secara ekspor dan lokal di atas, maka hipotesis 3 terjawab. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN