Break Event Point BEP Pola Tanam yang Layak Diusahakan

5.2.3. Benefit Cost Ratio BCR

BCR menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. BCR dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Net BCR dan Gross BCR. Sesuai dengan kriteria yang ada, yaitu jika nilai Net BCRGross BCR 1 maka usaha tersebut layak diusahakan dan sebaliknya tetapi bila nilai Net BCRGross BCR = 0 maka usaha tersebut tidak mendatangkan keuntungan ataupun kerugian. Hasil penghitungan Net BCR dan Gross BCR yang dilakukan menunjukkan bahwa hampir semua usahatani layak untuk diusahakan kecuali pada usahatani dengan pola tanam V nilai Net BCRGross BCR 1.

5.2.4. Break Event Point BEP

Analisis BEP digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal atau investasi suatu kegiatan usaha. Semakin kecil BEP berarti usahatani tersebut semakin baik untuk diusahakan karena waktu untuk mencapai suatu titik impas atau titik pengembalian modal akan semakin cepat. Nilai BEP terkecil adalah 0.39 yaitu pada pola tanam IV, sedangkan nilai BEP terbesar pada pola tanam VIII yaitu sebesar 2.18. Dalam hal ini, terkait dengan tolerable timewaiting time preference, maka dapat diartikan bahwa pada pola tanam IV waktu yang dibutuhkan untuk pola tanam tersebut mencapai titik impas atau titik balik modal adalah selama 0.39 tahun atau kurang lebih 4.68 bulan 0.3912 atau dibulatkan menjadi 5 bulan sedangkan bila terkait dengan resources capability maka dengan mengusahakan pola tanam IV pada luasan lahan sebesar 0.39 ha maka petani baru mendapatkan titik impas. Begitu juga seterusnya dengan pola tanam yang lain. Sedangkan untuk pola tanam V nilai BEPnya sangat rendah bahkan jauh dibawah rata-rata yaitu -50.81. Bila nilai BEP semakin besar, maka jangka waktu pengembalian investasi atau modal akan semakin lama dan sebaliknya. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka pendapatan petani akan semakin menurun sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.

5.2.5. Pola Tanam yang Layak Diusahakan

Hasil analisis IRR, NPV dan BCR menunjukkan bahwa pola tanam I, II, IV, dan VII layak untuk diusahakan. Hipotesis yang menyatakan bahwa budidaya tanaman hortikultur mempunyai kelayakan finansial yang lebih baik dari budidaya padi ditolak, karena ada beberapa pola tanam hortikultur justru tidak layak untuk diusahakan. Jenis analisis finansial yang harus digunakan oleh petani apabila ingin mengajukan kredit ke bank adalah IRR sedangkan untuk mengetahui apakah usaha tani yang dijalankan mendatangkan keuntungan atau tidak maka analisis finansial yang harus dilakukan adalah NPV.

5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Land rent Komoditas Padi dan Hortikultur