atau dalam waktu yang sama tetapi ditempat yang berbeda dalam satuan lahan yang sama misalnya sistem pertanian campuran atau mixed farming.
Evaluasi sumberdaya lahan pada dasarnya adalah proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan. Evaluasi sumberdaya
lahan pada dasarnya membutuhkan keterangan-keterangan yang menyangkut tiga aspek utama yaitu : lahan, penggunaan lahan dan aspek ekonomi. Menurut
Hardjowigeno, et al. 1999, dalam kegiatan evaluasi lahan harus memperhatikan aspek ekonomi, sosial serta lingkungan dan berkaitan dengan perencanaan
tataguna lahan. Fungsi dan manfaat mendasar dari evaluasi lahan adalah 1 memberikan
pengertian tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya, 2 memberikan informasi kepada perencana tentang berbagai perbandingan dan
alternatif pilihan penggunaan yang diharapkan dapat berhasil, 3 menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu dan 4 memprediksi
konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Terdapat tiga tahapan dasar dalam proses evaluasi sumberdaya lahan, yaitu 1
penentuan karakteristik lahan; 2 penentuan kualitas lahan dan penyusunan kriteria; 3 penetapan kesesuaian lahan atau kemampuan lahan atau nilai lahan.
2.3. Kapasitas Penggunaan Lahan dan Aspek Ekonomi Sumberdaya Lahan
Kapasitas penggunaan lahan sangat erat hubungannya dengan pengertian sewa ekonomi lahan land rent. Pengertian dari kapasitas penggunaan lahan itu
sendiri meliputi kemampuan relatif dari sebidang lahan untuk menghasilkan surplus pendapatan di atas biaya penggunaan. Kapasitas penggunaan lahan
mempunyai dua komponen utama, yaitu 1 keterjangkauan atau aksesibilitas dan 2 kualitas sumberdaya lahan Sitorus, 2004.
Dalam teori ekonomi sumberdaya lahan, sewa lahan merupakan salah satu konsep penting Barlowe, 1986. Sewa lahan dapat dibedakan menjadi dua
yaitu : 1.
Sewa lahan contract rent sebagai pembayaran dari penyewa kepada pemilik, dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.
2. Keuntungan usaha economic rent atau land rent yaitu merupakan surplus
pendapatan diatas biaya produksi atau harga input tanah yang memungkinkan faktor produksi tanah dapat dimanfaatkan dalam proses produksi.
Menurut Barlowe 1986, land rent juga dianggap sebagai suatu surplus nilai produk atau total pendapatan setelah dikurangi total biaya. Pada dasarnya,
land rent adalah pendapatan bersih yang diperoleh suatu pelaku ekonomi melalui
kegiatan yang dilakukan pada suatu unit ruang, dengan tingkat teknologi dan efisiensi manajemen tertentu dalam kurun waktu selama satu tahun. Faktor-faktor
penentu land rent dibedakan atas empat macam yaitu 1 faktor alamiah Ricardian Rent, 2 faktor lokasi Thunenian Rent, 3 faktor modal Value
Theory of Capital Investment dan 4 faktor tenaga kerja Value Theory of Labor
Investment .
2.4. Jenis-Jenis Komoditi 2.4.1. Bawang Daun Allium fistulosum L
Bawang daun tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian 1000-1200 m dpl, suhu optimum berkisar antara 19
-24 C dan kelembaban udara
antara 80-90. Kondisi tanah yang paling baik untuk bawang daun tumbuh dan berproduksi optimum adalah tanah yang gembur, subur, kaya bahan organik,
drainase dan aerasi baik dengan tingkat kemasaman tanah pH antara 6.5-7.5 Rukmana, 1995. Menurut Lingga 1986, tanaman bawang daun membutuhkan
pupuk Nitrogen lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang lain. Bawang daun memerlukan 600 kgha ZA, 300 kgha urea, dan pupuk kandang sebesar 10-
15 tonha.
2.4.2. Caisin Brassica chinensis
Brassica chinensis L. varietas parachinensis caisin memiliki nama
umum Flowering white cabbage, Mock Pak Choi. Di Indonesia dikenal sebagai sawi hijau atau sawi kembang. Caisin membutuhkan tanah yang subur, gembur
dan banyak mengandung humus untuk pertumbuhan yang optimal. Tanah liat berpasir dengan drainase yang baik atau tanah liat berlempung sangat cocok untuk
pertanaman caisin dan produksi dapat meningkat. Kemasaman tanah pH yang baik untuk caisin berkisar antara 5.5–6.5. Pertumbuhan caisin sangat cepat
sehingga membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu optimum untuk pertumbuhan caisin adalah 13
-21 C.
Caisin membutuhkan pupuk kandang dan pupuk buatan agar dapat berproduksi tinggi. Pupuk kandang yang diperlukan berkisar 10-15 tonha dan
pupuk buatan yang dibutuhkan adalah 60 kg ha-110 kgha N, 40-60 kgha P
2
O
5
dan 80-100 kgha K
2
O Prosea, 1991.
2.4.3. Wortel Daucus carota L
Wortel merupakan tanaman dwimusim yang tumbuh di daerah berhawa sejuk dengan ketinggian antara 1000-2000 m dpl, dengan kisaran temperatur 12
- 23
C, dan dengan suhu optimum untuk tumbuh adalah 16 -18
C. Persyaratan kebutuhan tanah untuk budidaya wortel adalah : kedalaman tanah minimum 30 cm
dan optimum 75 cm; struktur tanah berlempung sampai berpasir; konsistensi gembur; permeabilitas sedang, drainase agak cepat sampai sedang dan pH berkisar
antara 5.2- 8.2. Sedangkan untuk pH optimum berkisar antara 6.0-7.0. Kebutuhan pupuk kandang untuk tanaman wortel adalah 15 tonha.
Sedangkan kebutuhan pupuk anorganik, antara lain pupuk urea 50 kgha, pupuk TSP 100 kgha, pupuk KCl 100 kgha Lingga, 1986.
2.4.4. Padi Oryza sativa
Tanaman padi tergolong tumbuhan yang membutuhkan air dalam jumlah cukup banyak water plant Siregar, 1981. Tanaman padi umumnya merupakan
tanaman semusim dengan 4 fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif dan pemasakan. Secara garis besar, tanaman padi dibedakan
atas dua bagian yaitu bagian vegetatif akar, batang dan daun dan bagian generatif malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga Anonymous, 1983.
Habitat padi meliputi wilayah dataran rendah beriklim panas sampai lembab hingga wilayah dengan elevasi 2700 m dpl. Tanaman padi dapat
berproduksi dengan baik pada daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Selain itu faktor kelembaban tanah, tekstur tanah yang berlempung, tanah kaya akan bahan
organik dan struktur yang stabil juga menentukan produksi padi Moormann dan van Breemen, 1978.
2.5. Analisis Finansial
Analisis finansial dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kelayakan finansial usahatani. Adapun dalam unit usaha, sumber-sumber yang
digunakan dalam kegiatan tersebut meliputi, barang-barang modal, bahan baku, tenaga kerja, dan waktu. Menurut Gittinger 1986 salah satu cara untuk melihat
kelayakan finansial adalah dengan metode cash flow analysis. Alasan penggunaan metode cash flow analysis dikarenakan adanya pengaruh waktu terhadap nilai
uang selama kegiatan usaha berlangsung. Ukuran kriteria kelayakan yang biasa dipakai adalah NPV Net Present
Value , IRR Internal Rate of Return dan BCR Benefit Cost Ratio. Selain itu
BEP Break Even Point digunakan untuk mengetahui titik impas.
2.6. Analisis Regresi Berganda