Determinan Pasien Memilih Jenis Pengobatan (Studi Kasus Pada Pasien Penderita Kanker Payudara Dikota Medan)
SKRIPSI
DETERMINAN PASIEN MEMILIH JENIS PENGOBATAN
(Studi Kasus Pada Pasien Penderita Kanker Payudara Dikota Medan)
Disusun oleh :
Rini Handayani Siregar 060901006
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
ABSTRAK
Ahli pengobatan Yunani tahu bahwa penyakit yang mematikan sering membawa hikmat alam bawah sadar tentang cara menyembuhkan yang sangat dekat dengan permukaan,yang tinggal mencari tempat untuk melepaskannya. Kuil kesembuhan Aesculapian yang agung merupakan tempat dimana pasien datang dengan tujuan menanti mimpi yang akan menunjukkan jalan kepada mereka kearah kesembuhan. Bukan hal sepele bahwa kita membutuhkan semacam kuil Aesculapian bagi diri kita sendiri,seperti halnya kita membutuhkan rumah sakit.namun kita harus menciptakan kuil Aesculapian kita sendiri,Karena budaya kita telah melupakan pentingnya mimpi, pentingnya perumpamaan, untuk kesembuhan kita.
Setiap orang yang berhadapan dengan penyakit yang mengancam kehidupan seperti kanker payudara secara alamiah cenderung berusaha mendapatkan imformasi dan melakukan semampunya agar bisa sembuh, sementara banyak jenis pengobatan yang menawarkan harapan-harapan kesembuhan kepada penderita kanker payudara. Sehingga pasien juga mengambil keputusan terhadap pengobatan-pengobatan tersebut secara lebih selektif dan sesuai dengan kondisi pasien pada saat itu. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan, faktor yang paling dominan adalah faktor ekonomi yaitu bagaimana keadaan sosial ekonomi pasien atau keluarga pasien terkait dengan pendapatan dan pekerjaan, kebanyakan pasien merupakan kalangan sosial ekonomi menengah kebawah, kemudian keluarga dan kerabat juga faktor yang menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, pendidikan dan pengetahuan pasien juga merupakan faktor yang mempengaruhi pasien, pasien yang latar belakang pendidikannya rendah cenderung lebih percaya kepada pengobatan tradisional, namun tidak terlalu besar pengaruh dari pengetahuan kepada pemilihan jenis pengobatan oleh pasien karena masih ada yang berpengaruh yaitu kepercayaan, dengan rasa ingin sembuh maka pasien terkadang lebih percaya terhadap suatu pengobatan tertentu. Kemudian faktor penentu lainnya yaitu Rasionalitas yang termasuk didalamnya kepada keefektifan kondisi pasien pada saat memilih jenis pengobatan, kemudian pengalaman pribadi pasien atau orang lain yang berpengaruh kepada pasien terhadap suatu jenis pengobatan tertentu, pengalaman yang baik maupun buruk terhadap suatu pengobatan, faktor jarak tempat tinggal pasien ke tempat pengobatan, juga menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, karena pasien dalam kondisi sakit jarak akan mempengaruhi rasa sakit yang dideritanya, begitu juga dengan biaya transfortasinya. Kemudian kenyamanan pasien dalam pelayanan kesehatan pengobatan.
(3)
KATA PENGANTAR Bissmillahirrahmanirrahim
AlhamdulillahiRabbi’Aalamin, segala puji hanya bagi Allah swt. shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw beserta keluarga, sahabat, dan ummatnya. Tiada suatu keinginan dan cita-cita yang dapat tercapai tanpa perjuangan. perjalanan langkahpun terkadang tidak semulus yang dibayangkan sebab sering pula menemukan senandung disana sini, berkat tekad yang kuat InsyaAllah semua dapat teratasi dengan baik.
Penulis menyadari masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini, semoga dengan adanya penyempurnaan berupa kritik, saran dan pendapat dari para pembaca dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca sekalian. Penulis juga menyadari bahwa apa yang telah diraih penulis saat ini tidak terlepas dari dukungan moril dan materil dari berbagai pihak, dan penghargaan yang setinggi- tingginya dipersembahkan kepada Papa Muhammad Amin Siregar dan Mama Siti Maryam Harahap atas segala perhatian dan doanya. Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada orang – orang yang penulis sayangi yaitu Alm Erwin Albova Siregar, Muhammad Arfan Siregar, Uda kamal Basri Siregar, Nanguda, dan semua sepupu- sepupu, seluruh keluarga yang di Siantar, Medan, Padang Sidimpuan yang selalu memberi perhatian dan motivasi kepada penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIP Universitas Sumatera Utara
(4)
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi selaku ketua Departemen Sosiologi
3. Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku sekretaris Departemen Sosiologi dan Penguji II penulis.
4. Bapak Nurman Achmad M. soc selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama mengerjakan skripsi ini, dan juga penguji I penulis.
5. Ibu Dra. Hadriana M. Munthe, M.Si selaku dosen wali penulis 6. Bapak Drs.Henry Sitorus, M.si selaku ketua penguji
7. Semua Dosen FISIP Universitas Sumatera Utara yang pernah membimbing penulis dalam setiap mata kuliah.
8. Semua Staf Administrasi di FISIP USU, K’Feny, K’Devi, K’Beti dll.
9. Buat B’Fendi makasih ya…., dan sobat – sobat penulis Dwi Yuli, Mita Ranita, Maya Novita, Dila, Vivi, Metha, ulya, Indah, Novi, Esha, Icha, Angga, Riski, Yandi, Gibran, mamak Viana, Irma, Debora, Lidya, Ibot Regar, Rian, Darma , Ayis, Wina, Melinda, Imay, Tuti, Asma, Tantri dan semua Sosiologi Stambuk ’06 yang gak disebutin namanya, makasih ya…. Semua Senior dan Junior Sosiologi FISIP USU.
10.Akhi wa Ukhti fillah kulluhum di UKMI As-siyasah FISIP USU, Ukh Wira, Ira, Tiwi. Rena, Kakanda Tersayang Yelmis Fetri, K’Indah, K’Yo dll.
(5)
Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah swt atas segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan, dan penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi seluruh pembaca serta berguna bagi yang membutuhkannya.
Penulis
(6)
ABSTRAK
Ahli pengobatan Yunani tahu bahwa penyakit yang mematikan sering membawa hikmat alam bawah sadar tentang cara menyembuhkan yang sangat dekat dengan permukaan,yang tinggal mencari tempat untuk melepaskannya. Kuil kesembuhan Aesculapian yang agung merupakan tempat dimana pasien datang dengan tujuan menanti mimpi yang akan menunjukkan jalan kepada mereka kearah kesembuhan. Bukan hal sepele bahwa kita membutuhkan semacam kuil Aesculapian bagi diri kita sendiri,seperti halnya kita membutuhkan rumah sakit.namun kita harus menciptakan kuil Aesculapian kita sendiri,Karena budaya kita telah melupakan pentingnya mimpi, pentingnya perumpamaan, untuk kesembuhan kita.
Setiap orang yang berhadapan dengan penyakit yang mengancam kehidupan seperti kanker payudara secara alamiah cenderung berusaha mendapatkan imformasi dan melakukan semampunya agar bisa sembuh, sementara banyak jenis pengobatan yang menawarkan harapan-harapan kesembuhan kepada penderita kanker payudara. Sehingga pasien juga mengambil keputusan terhadap pengobatan-pengobatan tersebut secara lebih selektif dan sesuai dengan kondisi pasien pada saat itu. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan, faktor yang paling dominan adalah faktor ekonomi yaitu bagaimana keadaan sosial ekonomi pasien atau keluarga pasien terkait dengan pendapatan dan pekerjaan, kebanyakan pasien merupakan kalangan sosial ekonomi menengah kebawah, kemudian keluarga dan kerabat juga faktor yang menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, pendidikan dan pengetahuan pasien juga merupakan faktor yang mempengaruhi pasien, pasien yang latar belakang pendidikannya rendah cenderung lebih percaya kepada pengobatan tradisional, namun tidak terlalu besar pengaruh dari pengetahuan kepada pemilihan jenis pengobatan oleh pasien karena masih ada yang berpengaruh yaitu kepercayaan, dengan rasa ingin sembuh maka pasien terkadang lebih percaya terhadap suatu pengobatan tertentu. Kemudian faktor penentu lainnya yaitu Rasionalitas yang termasuk didalamnya kepada keefektifan kondisi pasien pada saat memilih jenis pengobatan, kemudian pengalaman pribadi pasien atau orang lain yang berpengaruh kepada pasien terhadap suatu jenis pengobatan tertentu, pengalaman yang baik maupun buruk terhadap suatu pengobatan, faktor jarak tempat tinggal pasien ke tempat pengobatan, juga menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, karena pasien dalam kondisi sakit jarak akan mempengaruhi rasa sakit yang dideritanya, begitu juga dengan biaya transfortasinya. Kemudian kenyamanan pasien dalam pelayanan kesehatan pengobatan.
(7)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan kependudukan terbesar yang dihadapi pemerintah hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya permasalahan ini bukan hanya dihadapi oleh bangsa Indonesia semata, namun permasalahan kesehatan kini telah menjadi isu global, sehingga dalam konteks permasalahan global ini, tidak ada lagi bentuk dikotomi negara atau negara – negara yang menganggap dirinya tergolong kedalam kelompok atau kesatuan negara – negara maju, negara berkembang atau pun kelompok negara terbelakang, karena masalah kesehatan merupakan PR bersama bagi seluruh negara di seantero jagad raya ini, yang secara tidak langsung selalu menuntut untuk segera dituntaskan. Masalah kesehatan masyarakat, terutama dinegara – negara berkembang seperti Indonesia, didasarkan kepada dua aspek utama. yang pertama ialah aspek fisik seperti misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek non – fisik yang menyangkut prilaku kesehatan. kedua aspek mendasar diatas mempunyai hubungan yang saling berkaitan yaitu aspek perilaku dalam menentukan sarana kesehatan dan pengobatan penyakit yang merupakan aspek non – fisik prilaku seseorang / sekelompok orang yang kemungkinan besar sakit tapi mereka lebih memilih pergi ketempat pelayanan kesehatan ataupun memilih alternatif pengobatan yang lain. penentuan pemilihan pengobatan oleh pasien
(8)
dipengaruhi oleh beberapa faktor untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya untuk sembuh dan hidup lebih sejahtera.
Masalah kesehatan belakangan ini semakin sering menjadi bahan pembicaraan di masyarakat, antara lain permasalahan perilaku masyarakat terhadap pengobatan itu sendiri,perilaku masyarakat disini lebih difokuskan pada perilaku seseorang atau sekelompok orang yang kemungkinan besar sakit, dan mereka memilih pergi ke tempat pelayanan kesehatan ataupun memilih alternative pengobatan yang lain.penentuan pemilihan pengobatan oleh masyarakat inimungkin dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti jauhnya letak tempat pelayanan kesehatan dari tempat tinggal pasien,mahalnya biaya pengobatan, ketidakpuasan terhadap hasil pengobatan, sikap meremehkan terhadap suatu penyakit dan maraknya kasus-kasus malpraktek medis akhir-akhir ini di Indonesia.
Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari atau tidak disadari, merugikan kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri atau orang – orang lain, atau suatu kelompok. prilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. dengan kata lain, perilaku merupakan respons/reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
(9)
kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. ( Solita Sarwono, 2007).
Jika seseorang sakit maka dalam pengambilan keputusan terdapat beberapa determinan yang berpengaruh terhadap perilaku pasien.determinan itu banyak terdapat diluar ilmu kedokteran,sehingga sering kurang mendapat perhatian petugas kesehatan.harapan pasien berada dalam peran sakit memutuskan untuk mencari pengobatan dan keputusan ini dipengaruhi oleh harapan yang akan diperoleh dari pengobatan.beberapa hal yang mempengaruhi pemilihan itu,antara lain internalisasi dan ciri-ciri penyakit dalam individu serta konsep dan pengertian tentang sebab dan akibat penyakit yang dideritanya.
Dewasa ini banyaknya jenis pengobatan yang bersaing untuk memberikan pelayanan terbaik untuk pasiennya. Sehingga pasien juga harus lebih selektif lagi memilih jenis pengobatan yang mana yang lebih baik untuk penyakit yang dideritanya. Ada dua jenis pengobatan yang lebih dikenal masyarakat secara umum yaitu pengobatan modern yang menggunakan tenaga medis professional atau sering disebut pengobatan ala barat dan pengobatan tradisonal atau pengobatan ala timur.
Pada abad ke – 19 sejak pengobatan modern berkembang dengan penemuan – penemuan bakteri dan ditemukan Mikroskop, para ahli mulai menyimpulkan bahwa penyakit itu ada penyebabnya. Pengobatan modern banyak dianut orang karena pengobatan ini dilalui dengan proses diagnosa, dan dibantu melalui peralatan – peralatan seperti Mikroskop, rontgen , alat – alat bedah dan lain – lain untuk mendeteksi penyebab penyakit sebelum pasien diberi obat.. Namun pengobatan modern tidak selamanya mampu menangani seluruh masalah kesehatan, hanya sekitar
(10)
20% saja penyakit yang bias ditangani melalui pengobatan modern sisanya belum diketahui obatnya.
Sistem pengobatan tradisional banyak mendapat perhatian dari masyarakat karena sistem ini dalam kenyataannya masih tetap hidup dan berdampingan dengan sistem pengobatan modern, meskipun praktik – praktik biomedik kedokteran, makin berkembang pesat dinegara kita yang ditandai dengan munculnya pusat – pusat layanan kesehatan, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh swasta. Pengobatan tradisional berkaitan erat dengan budaya suatu suku bangsa yang mendiami suatu wilayah geografi tertentu. Pengobatan tradisional ini juga lazim digunakan dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan baik di desa maupun di kota – kota besar. Perbedaan mendasar antara pengobatan modern dengan pengobatan tradisional adalah bahwa pengobatan modern menganggap bahwa manusia lebih bersifat materialistik (darah, tulang, daging dan mengabaikan aspek spritual manusia) dan menggunakan obat – obatan materialistik dan alat – alat yang semakin canggih untuk mendiagnosa penyakit pasiennya. (wan sri,2009)
Pengobatan sebagaimana yang ditulis oleh Everet Hughes “ adalah prototip dari profesi” (E.G Hughes 1956 : 21),tidaklah mengherankan bahwa pengobatan telah diketahui sejak awal oleh para ahli sosiologi sebagai suatu lapangan perhatian yang khususnya berhasil untuk menjelajah perhatian luas mereka terhadap pokok – pokok seperti pekerjaan dan pembagian kerja di dalam masyarakat Amerika . salah satu dari studi utama yang terdahulu mengenai sebuah fakultas kedokteran misalnya, adalah tentang pertumbuhan yang pesat dari seminar Profesi. Antar bagian di Universitas Colombia pada tahun 1950. Para peserta seminar melihat kurangnya pengetahuan
(11)
sistematik mengenai lingkungan sosiopsikologi pada sekolah – sekolah professional dan bagaimana lingkungan tersebut mempengaruhi proses belajar. Mereka menyimpulkan bahwa suatu studi sosiologis mengenai fakultas kedokteran akan memberikan prototip yang dibutuhkan bagi studi – studi yang hampir serupa dalam bidang – bidang lain. Hasilnya adalah karya klasik : the student – pysician (Merton et.al, 1957), yang merupakan studi penting pertama tentang profesionalisasi kedokteran (Foster / Anderson : 2008) .
Setiap orang yang berhadapan dengan penyakit yang mengancam kehidupan seperti kanker payudara secara alamiah cenderung berusaha mendapatkan imformasi dan melakukan semampunya agar bisa sembuh, sementara banyak jenis pengobatan yang menawarkan harapan-harapan kesembuhan kepada penderita kanker payudara. Sehingga pasien juga mengambil keputusan terhadap pengobatan-pengobatan tersebut secara lebih selektif dan sesuai dengan kondisi pasien pada saat itu. Tentu saja ada banyak hal dimana sebagian besar ahli dan penyedia layanan kesehatan setuju, misalnya hampir semua dokter,ahli Alternatif, dan sejenisnya mengetahui manfaat kesehatan dari diet rendah lemak yang seimbang dengan olahraga mingguan yang teratur, dan akan merekomendasikan gaya hidup ini kepada pasien-pasiennya.sayangnya hal ini kemudian menimbulkan jurang pemikiran diantara para ahli pengobatan Alternatif dan para ahli pengobatan modern. Para ahli pengobatan Alternatif sering dituduh sebagai dukun,kurang ilmiah, dan menolak pengobatan yang efektif dan sudah terbukti.sebaliknya, para ahli pengobatan modern dipandang sebagai pihak yang dingin dan tidak berperikemanusiaan, dan gagal melihat pasien secara keseluruhan serta terlalu tergantung pada teknologi.
(12)
Kanker adalah merupakan salah satu dari lima besar penyakit utama pada masyarakat modern dan industri. Keempat penyakit utama tersebut adalah penyakit jantung kororer, penyakit kanker, gangguan jiwa, kecelakaan (lalu lintas) dan HIV / AIDS. Kanker payudara adalah kanker yang menempati urutan kedua sesudah kanker rahim pada wanita. Di luar negeri ( Amerika Serikat) kanker payudara ini menduduki peringkat tertinggi diantara kanker – kanker yang lainnya. Dari penelitian membuktikan bahwa kanker payudara baik di indonesia maupun di Amerika Serikat memperlihatkan kecenderungan untuk meningkat dari tahun ke tahun.
Sementara itu Tjindarbumi, D (2003) mengatakan bahwa hanya kira – kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Sebagai contoh misalnya di bagian Badan FKUI / RSCM selama tahun 1971 sampai 1978 dari 732 penderita kanker payudara 267 (40%) masih merupakan penderita yang dapat dioperasi. Temuan dini kanker payudara amat penting bagi keberhasilan pengobatan dengan operasi. Sedangkan bagi penderita kanker payudara stadium lanjut meskipun dapat dilakukan operasi, kemungkinan penyebarannya (metastasis) sukar untuk dicegah sehingga usia harapan hidup disebutkan sebagai “Fice years survival rate”. (Prof Dadang Hawari:IX). Dengan demikian pasien penderita kanker payudara dapat mempertimbangkan jenis pengobatan yang bagaimana yang sesuai dengan kondisinya, yaitu pengobatan yang tidak hanya memberikan proses penyembuhan secara biologik atau fisik tetapi juga psikis, social dan spritual.
Adapun yang menarik dari judul adalah bagaimana masalah pelayanan kesehatan dan kondisi sosial budaya masyarakat dapat mempengaruhi pemilihan jenis pengobatan pada pasien penderita kanker payudara.
(13)
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dilatar belakang masalah, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi (Determinan) pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan ?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini disamping sebagai persyaratan akademis, juga diharapkan akan bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor apa yang mempengaruhi pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan mereka secara Sosiologis.
1.4Manfaat Penelitian
Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa: 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah hasil kajian ilmiah yang akurat, sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi kalangan akademis dalam bidang pendidikan khususnya, dan terhadap pemerintah atau instansi yang terkait yang menangani bidang sosial (kesehatan), dengan melihat apa yang menjadi keinginan masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri, karena kemajuan dan pembangunan suatu negara tidak terlepas dari kesehatan masyarakatnya sendiri.
(14)
1.4.2 Manfaat Praktis
Yang menjadi manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk menambah referensi dari hasil penelitian dan dapat juga di jadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam lagi terkait penelitian sebelumnya.
1.4.3 Manfaat Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta wawasan mengenai fenomena yang ada dalam masyarakat dan sebagai wadah latihan serta pembentukan pola pikir yang rasional dalam menghadapi segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat.
1.5 Defenisi Konsep
Adapun konsep – konsep penting dalam penelitian ini adalah: 1.5.1 Determinan
Determinan adalah faktor-faktor yang sangat menentukan sehingga mempengaruhi setiap pasien penderita kanker payudara untuk memilih jenis pengobatan tertentu.
1.5.2 Penyakit
Penyakit secara ilmiah diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat objektif.
(15)
1.5.3 Kanker Payudara
Kanker yang ada pada jaringan payudara, ini adalah jenis kanker yang paling umum yang diderita kaum wanita.kaum pria juga dapat terserang kanker payudara,walaupun kemungkinan lebih kecil dari 1 diantara 1000.
1.5.4 Sakit dan Prilaku Sakit
Sakit adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita sutau penyakit. Fenomena subjektif ini ditandai dengan perasaan tidak enak.
Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit.
1.5.5 Sehat dan Prilaku Sehat
Sehat adalah suatu keadaan dimana sesorang tidak mempunyai keluhan atau tidak terdapat tanda – tanda suatu penyakit dan kelainan menurut White (1977). Sehat menurut masyarakat adalah sebagai suatu kemampuan fungsional dalam menjalankan peran – peran sosial dalam kehidupan sehari – hari.
Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
1.5.6 Pengobatan
Pengobatan adalah proses ilmiah (scientific process) dimana pengambilan setiap keputusan terapi selalu dibutuhkan pengetahuan, keahlian, dan banyak pertimbangan professional secara cermat untuk mencapai hasil yang maksimal dan mengurangi resiko seminimal mungkin buat pasien (Sri suryati,2007)
(16)
1.5.7 Pasien
Pasien adalah seseorang yang mengalami suatu penyakit dan membutuhkan perawatan atas penyakitnya tersebut.
1.5.8 Tenaga Medis
Tenaga medis adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan dalam bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
(17)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Aksi dan Pilihan Rasional Max Weber
Menurut Bachtiar (2006) aksi adalah zweckrational (berguna secara Rasional) manakala seseorang menerapkan dalam suatu situasi dengan pluralitas cara – cara dan tujuan – tujuan dimana seseorang bebas memilih cara – caranya secara murni untuk keperluan efisiensi. Kedudukan dalam suatu kelas sosial tertentu mempunyai arti penting bagi seseorang. Teori aksi yang juga dikenal sebagai teori bertindak pada awalnya dikembangkan oleh Max. weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan social yang rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana – sarana yang paling tepat (Ritzer, 1983)
Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Weber menggunakan konsep Rasionalitas dalam klasifikasinya mengenai tipe – tipe tindakan sosial. Tindakan rasional menurut weber pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. weber membagi Rasionalisme tindakan kedalam empat macam yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan Rasional, dan tindakan Afektif. Rasionalitas instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam melakukan
(18)
tindakan sosial. Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat – alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan – tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai – nilai individu yang bersifat absolut atau nilai akhir baginya. (wan sri 2009)
2.2 Model Perubahan Perilaku Green
Suatu teori yang dikembangkan Lawrence Green yang menyatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu factor prilaku (behavior causes) dan faktor diluar prilaku (Non Behavior causes) ,selanjutnya faktor prilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu :
1. Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari terjadinya perilaku tertentu yang terwujud dalam bentuk pengetahuan dari pendidikan formal, sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan budaya serta beberapa karakteristik individu.
2. Faktor pemungkin (Enabling factor) yaitu yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu terbentuk dan berwujud dalam lingkungan fisik dan ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan yaitu ketersediaan, ketercapainya fasilitas dan keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan. 3. Faktor memperkuat atau pendorong (reinforcing factor) yaitu faktor yang
memperkuat terjadinya perilaku tersebut yaitu mendapat dukungan dari keluarga/kerabat, teman, petugas kesehatan dan lain-lain.
(19)
Teori Sistem
Teori sistem jika dikaitkan dengan teori aksi yaitu sebuah kritikan dari Talcott Parson mengenai teori aksi weber bahwa aksi merupakan tanggapan / respons mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan prilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut Parson yang utama bukanlah tindakan individual, melainkan norma – norma dan nilai – nilai social yang menuntun dan mengatur perilaku (Poloma, 1987). Parson melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh tiga sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya dan sistem keperibadian masing – masing individu. Kita dapat mengaitkan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan perannya. Dalam setiap sistem sosial individu menduduki suatu tempat (status) tertentu dan bertindak (berperan) sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut dan prilaku individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya.
2.3 Prilaku Sakit Suchman
Suchman memberikan batasan perilaku sakit sebagai tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak (discomfort) atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu. Suchman menganalisa pola proses pencarian pengobatan dari segi individu maupun pola proses pencarian pengobatannya, terhadap lima macam reaksi dalam proses mencari pengobtan:
a. Shoping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan yang menemukan seseorang yang dapat memberikan diagnosa atau pengobatan sesuai dengan harapan si sakit.
(20)
b. Figmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. Contoh : Berobat ke dokter, sekaligus ke sinse dan dukun. c. Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun gejala
penyakitnya sudah dirasakan.
d. Self medication ialah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat – obatan yang dinilainya tepat baginya.
e. Discontinuity adalah penghentian proses pengobatan.
Dalam menentukan reaksi / tindakannya sehubungan dengan gejala penyakit yang dirasakannya, menurut suchman individu berproses melalui tahap – tahap berikut ini : Tahap pengenalan gejala,tahap asumsi peran sakit ,tahap kontak dengan pelayanan kesehatan, Tahap ketergantungan si sakit, Tahap penyembuhan atau rehabilitasi.
2.4 Teori Trust / Kepercayaan
Menurut fukuyama (1995) bahwa kepercayaan merupakan produk dari komunitas – komunitas yang telah ada sebelumnya yang memiliki norma – norma atau nilai – nilai moral bersama. Ada beberapa elemen – elemen utama yang terkait dengan isu Trust, yakni kebijakan sosial dan Modal sosial.
Dijelaskan juga oleh fukuyama, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh didalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma – norma yang dianut bersama – sama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini, bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan – aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan – hubungan juga bersifat kerjasama.
(21)
Norma – norma terdiri dari pemahaman – pemahaman, nilai – nilai, harapan – harapan dan tujuan - tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. norma – norma yang bersumber dari agama, panduan moral maupun standar – standar sekuler, seperti hal nya kode etik professional. norma – norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama dimasa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (fukunyama, 2002). norma – norma dapat merupakan prakondisi maupun produk dari kepercayaan social.
Fukuyama memandang Trust sebagai komponen ekonomi yang melekat dalam kultur yang ada pada masyarakat.Qianhong fu membagi tiga tingkatan trust yaitu :
1. Pada tingkat individual, trust merupakan keyakinan individual, merupakan variabel personal sebagai karakteristik individu.
2. Pada tingkat hubungan sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan – tujuan kelompok.
3. Pada tingkat sistem sosial, trust merupakan nilai yang berkembang menurut sistem sosial yang ada ( Jausari, 2006:12)
Trust dikedepankan dengan istilah kepercayaan , didefenisikan oleh fukuyama sebagai harapan – harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku koperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma – norma yang dianut bersama oleh anggota komunitas.(wan sri, 2009)
(22)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan rancangan penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis studi kasus (case study). Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti. Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku, yang didapat dari apa yang di amati (Moleong, 2006)
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di kota medan. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini adalah, karena kota Medan merupakan daerah perkotaan yang menyediakan banyak fasilitas dan jenis Peengobatan. Dan pada umumnya banyak pasien yang dari luar kota medan mencari pengobatan di kota Medan. Selain itu lokasi ini juga mudah dijangkau peneliti yang dapat mendukung peneliti dalam mengumpulkan data.
3.3 Unit Analisa dan Informan 3.3.1 Unit Analisis
Salah satu cara atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut “unit of analysis”. Ada sejumlah unit analisis yang lajim digunakan pada kebanyakan peneliti sosial yaitu : individu, Organisme,
(23)
sosial (danandjaya, 2005 : 31). Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1999 : 2). Adapun unit analisis penelitian ini adalah pasien penderita kanker payudara yang sering berobat medis dan tradisional.
3.3.2 Informan
Informan adalah orang – orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian ini pasien penderita kanker payudara yang sering berobat medis dan berobat tradisional.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.4.1 Data Primer
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu :
3.4.1.1 Metode Wawancara
Metode wawancara biasa disebut juga metode interview. Metode wawancara memperoleh proses untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatapan muka , antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (dept interview).
Wawancara mendalam (dept interview) adalah merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan
(24)
tujuan untuk membedakan karakteristik pasien penderita kanker yang satu dengan yang lain.
3.4.1.2 Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang mendukung hasil wawancara, yaitu berupa bagaimana pelayanan dan fasilitas yang diberikan balai pengobatan kepada pasien, dan bagaimana persepsi atau tanggapan pasien terhadap pengobatan tersebut.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan menggunakan data dan mengambil informasi dari buku – buku referensi, dokumen majalah, jurnal, internet, yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Interprestasi Data
Interpertasi data merupakan tahap penyederhanaan data, setelah data dan informasi yang dibutuhkan dan diharapkan telah terkumpul. Data – data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam tujuan pustaka yang telah ditetapkan sampai akhirnya akan disusun sebagai laporan akhir penelitian.
(25)
3.6 Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi √
2 ACC Judul √
3 Penyusunan proposal √ √
4 Seminar proposal √
5 Revisi Proposal √
6 Penyerahan hasil seminar √
7 Operasional penelitian √
8 Bimbingan √ √ √
9 Penulisan laporan akhir √ √
(26)
3.7 Keterbatasan Peneliti
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah karena beberapa kendala yang dihadapi peneliti dalam proses penelitian:
1. Faktor Internal yang berasal dari dalam diri peneliti yaitu sedikitnya literature yang diperoleh peneliti, dan peneliti memiliki keterbatasan waktu. Dalam hal ini penelitian belum dapat di deskriptifkan secara mendalam sehingga penyajian analisis masih belum maksimal
2. Faktor Eksternal merupakan kendala yang berasal dari luar selama proses penelitian, yaitu lokasi penelitian yang harus melalui prosedur-prosedur tertentu sebelum melakukan penelitian, harus memperoleh izin dari balai pengobatan untuk melakukan penelitian. Dan imforman belum dapat diwawancarai secara maksimal karena tidak semua imforman dapat terbuka dengan segala permasalahannya yaitu kejujuran dan kesungguhan imforman dalam menjawab panduan wawancara mendalam yang peneliti lakukan.
(27)
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Lahirnya Kota Medan
Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, lokasinya terletak di Tanah Deli,maka sejak zaman Penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli(Medan Deli).dahulu orng menamakan Tanah Deli. Pada awal perkembangannya kota Medan merupakan sebuah kampung kecil bernama “Medan Putri”, yang mana perkembangannya tidak terlepas dari posisinya yang strategis karenaterletak dipertemuan sungai Deli dan sungai Babura,tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang.kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai sehingga kampung Medan Putriyang merupakan cikal bakal kota Medan,cepat berkembang dan menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.pada zamannya Guru Patimpus merupakan orang yang berpikiran maju.hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru menuntut ilmu kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama islam ke Aceh.keterangan yang menguatkan bahwa adanya kampung Medan ini adalah keterangan H.Muhammad Said yang mengutip melalui buku: In Woord en Beeld ditulis oleh N.ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara sungai Babura dan sungai Deli.
(28)
Rumah Administarasi terletak diSebrang sungai dari kota Medan.kalau kita lihat bahwa letak dari kampung Medan ini adalahdi Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrasi tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.
Pada awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan.gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing, dan Aceh.mereka datang ke Medan bukan sebagai buruh perkebunan,tetapi untuk berdagang,menjadi guru, dan ulama.Sejak tahun 1950,Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal,dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974.Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelahpenyerahan kedaulatan,kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.
4.1.2 Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota, yang saat ini dijabat oleh Drs. H. Rahudman Harahap, M.M. wilayah kota Medan memiliki luas 26.510 ha atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara, daengan demikian ,dibandingkan dengan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relative kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3”30”-3”43” Lintang Utara dan 98”35’-98”44” Bujur Timur.untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas kota Medan adalah:
Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang
(29)
Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya di bidang Perkebunan dan Kehutanan.karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya akan Sumber Daya Alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu,Simalungun, Tapanuli Utara,Tapanuli Selatan,Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.kondisi ini menjadikan Medan secara Ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Struktur perekonomian kota Medan didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan 14,28% Perdagangan, Hotel, dan Restoran 28,10% Pengangkutan dan Telekomunikasi 19,83 %, serta keuangan,persewaan dan jasa 14,42 %. Keempat sector ini memberikan kontribusi sekitar 76,18% terhadap perekonomian daerah. Sedikitnya ada Sembilan sungai yang melintasi kota Medan :
Sungai Belawan Sungai Bader Sungai Sikambing Sungai Putih Sungai Babur Sungai Deli
Sungai Sulang Saling Sungai Kera
(30)
4.1.2.1Penduduk
Pertumbuhan jumlah penduduk yang besar membuat pemerintah sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan yang layak dan merata. Program kependudukan dikota Medan seperti halnya didaerah Indonesia lainnya meliputi pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi, perpanjangan usia harapan hidup,penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus ditingkatkan.komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika social yang terjadi masyarakat,baik secara sosial maupun kultural.menurunnya tingkat kelahiran dan tingkat kematian mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.
Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa manusia produktif,(15-59 tahun), selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun.dengan demikian secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah suku Jawa dan suku-suku dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo).di Medan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Keanekaragaman etnis di medan terlihat dari jumlah Masjid, Gereja, dan Vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah ini disekitar Jl. Zainul Arifin di kenal sebagai kampung keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India. Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009
(31)
berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.
4.1.2.1.1 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan dikota Medan cukup memadai, sehingga masyarakat medan tidak terlalu sulit memperoleh fasilitas kesehatan, bahkan banyak juga masyarakat luar kota Medan yang berobat ke Medan.
Tabel 4.1
Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya Tahun 2008
Kecamatan Puskesmas Pustu BPU Rumah Bersalin Rumah sakit
Medan Tuntungan 2 4 3 5 2
Medan Johor 2 3 8 9 -
Medan Amplas 1 3 10 12 1
Medan Denai 4 - 19 30 -
Medan Area 3 - 10 6 2
Medan Kota 3 - 12 6 4
Medan Maimun 1 - 6 1 -
Medan Polonia 1 - 4 1 2
Medan Baru 1 - 5 4 7
Medan Selayang 1 - 7 5 -
Medan Sunggal 2 3 12 8 4
Medan Helvetia 1 2 8 6 1
Medan Petisah 3 - 5 5 4
Medan Barat 3 1 11 8 6
Medan Timur 1 1 10 3 2
Medan Perjuangan 1 2 7 10 1
Medan Tembung 2 4 10 13 3
Medan Deli 2 4 10 7 -
Medan Labuhan 3 3 8 2 2
Medan Marelan 1 3 6 - 2
Medan Belawan 1 5 20 6 4
Jumlah 39 40 191 147 47
(32)
4.2 Profil Pasien Penderita Kanker Payudara dikota Medan
4.2.1 IMFORMAN 1
Nama : Zuraidah
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sei Sikambing
Umur : 46 thn
Etnis : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan : -
Pendidikan Terakhir : SMA
Anak ke : 1 dari 3 Bersaudara Zuraidah : Seorang Ibu Yang Gesit
Ketika pertama sekali ingin menanyakan tentang proses pengobatan kanker payudara ibu Zuraidah menolak, alasannya proses pengobatannya tidak menarik, Ibu Zuraidah sudah ke tiga kalinya ke RS ini pasca Operasi, ia bercerita mengenai pengalaman penyakitnya yang menurut ibu ini sangat lucu, ibu dari tiga anak ini mengatakan kalau ia sangat terkejut ketika ia disuruh dokter untuk operasi kerena penyakit yang dideritanya tergolong kanker jinak, berikut penuturan ibu Zuraidah, saya tidak pernah menyangka akan penyakit yang saya derita, bisa dikatakan saya hanyalah seorang ibu rumah tangga, anak saya 3 orang, anak saya yang pertama
(33)
sudah kuliah juga dek di USU, fakultas Petanian, anak saya yang kedua SMA kelas dua, dan anaknya yang ketiga masih kelas satu SMP, saya merasa anak-anak saya masih banyak yang membutuhkan biaya, kenapa saya harus menderita sakit seperti ini, tapi ya mungkin sudah kehendak yang diatas ya, harus diterima juga, saya kan tidak bisa berbuat apa-apa, ibu ini sering sekali terlihat mengeluh karena Ibu Zuraidah merupakan seorang ibu rumah tangga yang cepat menangani masalahnya sendiri, pada awalnya ibu 3 orang anak ini enggan untuk diwawancarai karena ia menganggap bahwa proses pengobatan yang ia lakukan tidak menarik dan berlangsung sangat singkat, namun bagi peneliti proses pengobatan ibu Zuraidah ini unik, berawal dari chek up yang secara tidak sengaja, pada saat itu ibu Zuraidah sebagai anak pertama diKeluarganya menjaga dan merawat ibunya yang sedang sakit di Rumah Sakit, ketika ibunya sudah mulai sembuh dan di izinkan oleh dokter pulang, sebelum pulang dokter memeriksa kondisi ibunya ibu Zuraidah, dan ia pun sambil iseng menanyakan benjolan yang ada pada payudaranya kepada dokter yang merawat ibunya pada saat itu, sebelumnya ibu Zuraidah tidak menghiraukan benjolan itu, kemudian dokter menyarankan agar ibu Zuraidah chek up lebih lanjut lagi tentang benjolan itu, setelah chek up yang kedua dokter yang sama menyarankan agar benjolan pada payudar ibu Zuraidah diangkat, mendengar itu ibu Zuraidah sangat terkejut, dan akhirnya ia pun pasrah dan menyetujui saran dokter dengan alasan agar cepat sembuh.
Proses pengobatan ibu Zuraidah sangat lah singkat karena dia juga tidak mau bertele-tele,proses pengobatannya berlangsung sekitar 2 bulan lamanya, pada awalnya ibu ini chek up dua kali, 3 hari setelah chek up ibu Zuraidah disarankan untuk operasi, saat itu juga ibu ini mengetahui penyakit kanker payudara yang
(34)
dideritanya. Ibu Zuraidah memilih pengobatan medis sebagai pengobatan yg pertama sekali karena secara kebetulan saja, artinya karena dokter yang merawat ibunya kebetulan juga mau merawat ibu Zuraidah, ia sebenarnya mempertimbangkan biaya pengobatan, karena penanganan yang tepat menurutnya secara medis, saya berobat ke dokter karena saya tidak mau bertele-tele dalam proses pengobatan, saya ingin cepat sembuh, makanya ketika dokter menyarankan operasi saya langung oke aja.tetapi ibu Zuraidah juga mengesalkan beberapa hal dari pengobatan Modern ( Medis), ia merasa tidak nyaman dengan pelayanan rumah sakit yang menurutnya tidak efisien baik dari segi waktu, bisa molor hingga satu hari, dokter ahli yang jarang di tempat, namun ia merasa itulah yang kebanyakan terjadi di rumah sakit negeri di kota medan. Saya tidak suka dengan pelayanan Rumah Sakit Negeri di kota Medan yang kebanyakan tidak Profesional, sebagai masyarakat biasa saya hanya bisa mengeluh, bagaimana tidak, sudah untuk ketiga kalinya saya kesini dari kemarin saya belum ada dapat pelayanan dan masih menunggu hingga saat ini, sebenarnya saya kesini mau konsul dengan dokter ahlinya, tapi ya seperti ini menuggu hingga berhari-hari, kalau mau cepat konsultasi lebih baik langsung ke Praktek dokternya , tapi biayanya sangat mahal, untuk orang seperti saya mungkin agak sulit untuk setiap konsul ke dokter ahli, jadi dek lebih baik adek mengkaji tentang pelayanan rumah sakit saja. Akan banyak adek dapat imformasinya.
(35)
4.2.2 IMFORMAN 2
Nama : Lisda Sagita
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl.H.M Said Gg. Yahya no.43 Kampung baru Medan
Umur : 33 thn
Etnis : Melayu
Agama : Islam
Pekerjaan : - Penghasilan : -
Pendidikan Terakhir : Sarjana Sastra Inggris
Anak ke : Tunggal
Lisda Perempuan yang Kuat
Ketika berada di ruang tunggu pasien poliklinik Rumah Sakit Adam Malik, Lisda terlihat begitu tenang dengan menunggu panggilan dari perawat di Poliklinik tersebut, pada saat itu saya datang menghampiri Lisda, dia dengan baik menyambut saya, Lisda bercerita tentang riwayat penyakitnya yang bukan hanya kanker Payudara tetapi juga penyakit yang merupakan keturunan dari keluarganya, yaitu penyakit Jiwa, penyakit ini sudah ada sejak ia smp kelas 1, dari kecil Lisda adalah anak yang yang kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya, mungkin dengan penyakit yang ia derita ia merasa berat untuk menanggungnya sendiri, ayahnya tidak pernah memperdulikannya, ibu nya yang sebagai single parent ibu lisda mempunyai kesibukan sendiri, hingga lisda pun memilih kehidupannya sendiri dengan berteman
(36)
dengan banyak orang, hingga akhirnya lisda mempunyai seorang kekasih, ia pun menjalin sebuah hubungan hingga dua tahun lamanya, ketika ingin ke jenjang yang lebih serius kekasih lisda pergi meninggalkan dia karena keluarga kekasihnya tidak menyetujui hubungan mereka karena penyakit keturunan yang Lisda punya, saya sangat terpukul pada saat itu karena ketika saya sudah mendapatkan seseorang yang dapat memahami saya dan di pergi begitu saja kepada perempuan pilihan orang tuanya, dan beberapa tahun kemudian ia merasa ada yang lain dengan payudaranya, seperti ada benjolan yang membesar dan keluar cairan yang aneh, lisda mengetahui penyakit kanker payudara yang dideritanya sejak tahun 2006, begitu ia mengetahuinya ia langsung berobat ke dokter Spesialis Tumor. lisda merupakan anak tunggal yang tinggal bersama saudaranya, kakak dari ibunya yang ia panggil uwak, beban perasaan lisda pun bertambah berat setelah kejadian setahun yang lalu, yaitu kepergian ibunya yang meninggal , sementara ayahnya tidak pernah tau tentang keadaannya, karena ayahnya juga sakit jiwa, untuk ada uwaknya yang selalu memberi ia semangat, lisda adalah perempuan yang sangat kuat menghadapi cobaan hidup yang dilaluinya, walaupun kadang-kadang penyakit yang keturunannya sering kambuh, ia tetap bisa seperti orang normal ketika sudah sembuh kembali, sementara lisda ada masa-masanya dia sehat dan ada masanya penyakit jiwanya kambuh. Perempuan lulusan sarjana Sastra Inggris dari salah satu Perguruan Tinggi di kota Medan ini pada saat diwawacarai dalam keadaan sehat mentalnya, ia dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan jelas, ia menuturkan “Ketika saya merasa sakit dan ada perubahan dengan payudara saya, pengobatan yang pertama sekali saya lakukan adalah ke praktek dokter spesialis tumor, namun untuk sekali konsul terkena
(37)
Rp.200.000 belum termasuk tebusan obatnya yang sangat mahal. akhirnya ia beralih ke pengobatan lain, kemudian keluarga lisda menyarankan berobat alternatif “Akupuntur Serumpun Bambu”, pengobatan akupuntur ini tidak terlalu mahal, untuk sekli pengobatan hanya bayar seikhlasnya saja, lisda kandang untuk pengobatan Akupuntur hanya membayar Rp 25.000, tapi ini harus dilakukan secara rutin, namun lisda sulit melakukannya karena jarak yang menurut lisda jauh dari rumah dan tentunya memakan biaya juga, berikut penuturan Lisda, saya sebenarnya suka berobat di pengobatan Akupuntur, tapi masalahnya saya dengan kondisi yang sakit seperti ini akan sering merasa kelelahan karena jauhnya tempat pengobatan yang akan ditempuh, kemudian untuk kesana juga memakan biaya yang besar,saya dapat mengeluarkan biaya hampr Rp.100.000 sudah termasuk makannya,transfortasi dan lain-lainnya, kemudian setelah itu ada teman lisda yang menyarankan untuk mencoba “pengobatan Alternatif Ceragem”, namun belum menunjukkan perkembangan yang baik untuk kanker payudara yang diderita lisda, ia merasa sakitnya semakin menjadi, hingga akhirnya tetangga lisda menyarankan untuk ke rumah sakit umum, karena penyakit Lisda yang semakin hari semakin terlihat agak parah, pernah juga lisda mendapat tawaran dari temannya untuk mengikuti pengobatan “Haryono” yang diadakan di Hotel Tiara,ungkapan Lisda “pernah juga saya ditawarkan teman saya untuk mencoba pengobatan “Haryono” di Hotel Tiara beberapa hari yang lalu,namun karena acaranya kan diadakan di Hotel untuk sekali pengobatan terkena Rp 250.000,uwak saya tidak punya uang segitu pada saat itu.” Hingga akhirnya lisda mencoba untuk pengobatan modern (medis) dengan memeriksakan kondisi kanker payudara yang dideritanya untuk penanganan
(38)
selanjutnya, karena kanker yang dideritanya sudah menyebar ke leher dan perutnya. Sudah terlihat benjolan di bagian leher Lisda. Dan ia ingin mencoba kemoterapi dulu sebelum dioperasi.
4.2.3 IMFORMAN 3
Nama : Sutiyem Tarigan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Perumahan Milala blok 6 Medan
Umur : 47 Thn
Etnis : Batak Karo
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Anak : 3 dari 4
Sutiyem Tarigan Seorang Ibu yang Penyabar
Ibu ini dipanggil ibu pinem, ibu pinem adalah ibu yang orangnya ceria, meskipun ia sudah terkena kanker payudara selama 13 thn, dan ketika ditanya perjalanan nya untuk menyembuhkan penyakitnya, ia tidak sadar air matanya keluar,ibu pinem ini bercerita tentang keluarga yang mendukungnya pada saat-saat sulit melalui proses pengobatan, berikut penuturan ibu pinem,” saya memiliki tiga anak perempuan, yang pertama sudah menikah dan tinggal di Aceh bersama suaminya, yang kedua kuliah disini di Medan, dan yang ketiga tinggal dikampung saya bersama saudara saya, saya takut penyakit yang saya derita menurun kepada ketiga putri saya, makanya saya menyuruh mereka untuk selalu mewaspadai penyakit
(39)
seperti saya dengan menjaga makanan dan memeriksa payudara jika ada benjolan segera diperiksa,” sudah sangat banyak biaya yang dikeluarkan ibu Pinem untuk proses pengobatannya, ibu yang murah senyum ini sudah banyak mencoba berbagai jenis pengobatan, terutama pengobatan alternatif, pertama sekali berobat ia ke pengobatan tradisional, berobat dukun, sekian banyak pengobatan tradisional yang ia coba hingga ia tidak ingat lagi semuanya, sudah banyak biaya yang dikeluarkan ibu Pinem untuk pengobatan Alternatif yang ia lakukan,tapi ia ingat ketika ia pindah dan mengontrak selama 1 thn di Jakarta untuk menjalani proses pengobatan Alternatif “Gus Muh”, pengobatan ini adalah pengobatan yang paling banyak mengeluarkan biaya, pertama sekali ia berobat di Gus Muh ia panjar 4 juta, namun menurut ibu ini hasilnya minim, ia bercerita sudah 1 tahun lebih ia berobat di pengobatan Alternatif “Gus muh” bahkan ketemu dengan Gus muh secara langsung sekalipun ia tidak pernah, pernah suatu ketika ia pendarahan, banyak darah yang keluar dari penyakit kanker payudara yang diderita Ibu Pinem, hingga mengenai lantai tempat pengobatan Gus Muh, namun tidak satu pun yang dapat menangani karena banyaknya antrian pasien dibalai pengobatan tersebut, bahkan sudah banyak habis hartanya untuk pengobatan-pengobatan yang di cobanya, ia sudah menjual kerbaunya yang dikampung, ladang, hingga ia berpikir untuk mencoba pengotan lain, ia pun berobat ke Klinik Vina Estetika , kemudian oleh dokter disarankan Operasi, namun setelah operasi dokter juga menyarankan untuk kemoterapi, namun ibu pinem takut karena pengaruh dari teman-teman ibu pinem yang juga berobat kanker Payudara di Klinik Vina Estetika, hingga pada akhirnya rasa sakit itu muncul lagi, ibu pinem pun takut akhirnya ia berobat ke RS Bunda Thamrin, disini oleh
(40)
dokter ia di suruh kemoterapi, hingga saat ini ia sudah 3 kali menjalani kemoterapi, dan tidak menakutkaan seperti yang ia bayangkan, keadaan sudah mulai membaik, dokter juga menyarankan ibu pinem untuk berobat memakai askes karena sudah banyak habis biaya perobatan yang ibu pinem keluarkan selama kurang lebih 13 Thn ini. Ia pun berobat jalan dan kemoterapi di RS negeri di kota Medan dengan memakai Askes. Permasalahan yang ibu pinem rasakan sebelumnya adalah ia merasa banyak mencoba pengobatan namun tidak memberi perkembangan yang lebih baik, hingga akhirnya ia pasrah untuk dioperasi, dan ia merasa lebih membaik. Ketika ibu pinem berobat ia selalu di antar oleh suaminya tercinta dan tiga orang putrinya yang sangat menyayanginya, ibu Pinem berkata “ mereka ini lah (keluarga) harta saya yang paling berharga, mereka selalu memberi saya semangat dan cinta di saat saya jatuh dan terbaring, kalau harta materi hilang masih bisa di cari tapi kalau kasih sayang anak-anak dan suami saya sulit didapatkan, karena mereka saya bisa bertahan hingga saat ini, kalau masalah uang saya tetap bersyukur untuk bisa makan apa adanya setiap hari, dan anak-anak saya kuliah dan sekolah masih bisa dicukup-cukupkan biayanya, mereka juga tidak pernah mengeluh dengan itu semua, mereka hanya berharap saya bisa sembuh.”, ibu Pinem bercerita sambil tersenyum dan mengeluarkan air mata, ibu Pinem terkenal ramah di kalangan teman-temannya yang sesama penyakit kanker, karena orangnya terbuka dan lebih bersifat apa adanya.
(41)
4.2.4 IMFORMAN 4
Nama : Aprilianti
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln.Kapten Sumarsono no. 81 Medan Helvetia
Umur : 22 Thn
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Etnis : Jawa
Anak ke : 2 dari 4 Lia Gadis yang Ceria
Lia merupakan Mahasiswi tingkat akhir di sebuah kampus di kota Medan, lia adalah anak kedua dari empat bersaudara yang semuanya merupakan perempuan, tapi penyakit kanker payudara jinak ini hanya terkena kepada lia, Ayah Lia bekerja sebagai Pegawai negeri Sipil di kota Medan, lia merupakan anak kesayangan Ayahnya, lia merupakan gadis yang sangat ceria dikalangan teman-temannya dikampus, ia memiliki banyak teman dan tidak semua teman-temannya mengetahui penyakitnya, karena keceriaan lia, tidak ada yang menyangka kalau lia memiliki penyakit kanker payudara jinak, yang tinggal di Medan Helvetia ini mengetahui penyakitnya sekitar 2 tahun yang lalu, proses pengobatan yang pertama sekali ia keluti adalah pengobatan alternatif yaitu pengobatan “Akupresure” di Perumahan Graha Tanjung Sari, Setia Budi, ia mengatakan “tidak ada anggota keluarga sebelumnya yang terkena kanker Payudara, kalau untuk proses penyembuhan saya
(42)
sebenarnya lebih percaya ke Pengobatan Medis (Modern), karena Prosesnya lebih pasti, namun yang saya takutkan adalah dampak nya yang ditimbulkan dari pengobatan medis, biasanya dampaknya terhadap kesehatan lebih besar, saya takut akan ada penyakit lain lagi yang saya derita, pengobatan Alternatif lebih Alami dan biayanya juga lebih murah. Begitu juga dukungan dari keluarga Lia juga terhadap pengobatan saat ini Lia lakukan, dalam proses pengobatan tidak ada mitos yang saya percayai namun kalau pantangan lebih banyak tentunya, terutama pada makanan yang mengandung pengawet, penyedap rasa, dll. Dalam proses pengobatan tidak mengganggu kuliah saya, justru dengan begini saya semakin semangat kuliah. Pengobatan yang lebih sering saya lakukan adalah pengobatan Alternatif “Akupresur” hingga saat ini saya masih menjalaninya, mungkin alasannya ya karena biayanya yang lebih ringan dan saya mencari yang lebih natural,dukungan orang tua dan keluarga sangat kuat dalam proses pengobatan saya, seperti yang saya jalani saat ini. Saya sudah 30 kali berobat ke Alternatif Akupresur, ada kekurangan dan kelebihannya dari masing-masing jenis pengobatan pada perobatan Alternatif pelayanannya lebih bagus, biayanya yang ringan sekali perobatan totalnya hanya Rp 125.000 sementara untuk Medis minimal Rp.300.000 untuk sekali pengobatan, adapun pengobatan Alternatif yang saya jalani saat ini adalah pengobatan Alternatif yang mirip dengan Akupuntur, hanya pengobatan ini tidak memakai Jarum tetapi memakai kayu-kayu kecil yang agak kuncup, pengobatan ini juga memakai semacam tenaga dalam yang diberikan yang mengobati kepada Pasien, pengobatan Akupresur juga memiliki banyak pasien yang menderita kanker payudara, tidak hanya pasien dari kota Medan bahkan lebih banyak pasien dari luar kota Medan sehingga, mereka
(43)
mendapat imformasi pengobatan dari media cetak dan media elektronik, Akupresur sudah memiliki dua tempat pengobatan tidak hanya di setia budi tetapi sudah buka cabang di Jln. Gembira dekat Jln. Sisingamangaraja, pengobatan ini barasal dari Bandung, saya merasa nyaman dengan pengobatan Akupresur ini, disini saya sudah dekat dengan orang-orang yang mengobati, saya tidak hanya dianggap sebagai pasien tetapi sudah seperti saudara sendiri, saya sudah sangat dekat dengan mereka, saya juga sering membawa makanan kepada mereka dan mereka sering memberi saya makanan, pada saat ulang tahun saya, mereka memberi saya kado, dan saya sangat, senang.” Itu yang membuat Lia merasa betah dan berfikir lagi untuk pindah ke Pengobatan lain, karena hubungan yang baik atau interaksi yang baik dari pelayanan pengobatan kepada Pasien, Lia selalu rutin melakukan Pengobatan Terapi di Akupresur, namun untuk mengetahui perkembangan penyakitnya ia juga ke Dokter, hanya untuk memastikan kondisi kanker payudara yang di deritanya apakah membaik atau semakin parah, dan ternyata dari pengobatan terapi, kondisi penyakit Lia lebih baik, saat ini Lia dapat dikatakan hampir sembuh. Ia merasa dengan pengobatan Alternatifnya yang rutin dan kontrol ke dokter beberapa kali, ia merasa lebih efektif, tidak terlalu memakan biaya besar dan tidak terlalu berdampak pada kondisi tubuh.
(44)
4.2.5 IMFORMAN 5
Nama : Sumi fratiwi
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Pembangunan no. 13 Medan
Umur : 22 Tahun
Etnis : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi Anak ke : 2 dari 4
Sumi Fratiwi Gadis Yang Supel
Mahasiswi yang sedang menyusun Skripsi ini sering disapa oleh teman-temannya Tiwi, Tiwi merupakan gadis yang mudah bergaul, tiwi mempunyai banyak teman dan tiwi juga asyik diajak ngobrol, begitu penuturan teman-teman tiwi, tiwi merupakan anak kedua dari empat bersaudara, Ayahnya seorang wiraswasta ditempat Tiwi tinggal, tiwi mempunyai seorang Abang yang sudah bekerja, ibu Tiwi merupakan seorang ibu rumah tangga, Tiwi anak perempuan paling besar di keluarganya, dan Tiwi merasa sedih ketika mengetahui penyakit yang dideritanya, Ia mengetahui sakitnya sekitar 1 setengah tahun yang lalu, tiwi melakukan pengobatan Alternatif dari awal pengobatan hingga saat ini, ia belum pernah berobat medis karena pengobatan Alternatif yang saat ini ia jalani ia rasa cocok dengan kesembuhan penyakitnya, dari kecil tiwi sering sakit, dan dia selalu berobat ke pengobatan Alternatif tempat ia berobat saat ini, keluarga tiwi pun sangat mendukung
(45)
pengobatan Alternatif yang dilakukan Tiwi, tiwi juga mengatakan” tidak ada keturunan sebelumnya yang sakit kanker payudara, saya merasa sudah cocok dengan satu jenis pengobatan, jadi tidak perlu mencoba pengobatan lain lagi, ntar jadi gak sembuh-sembuh kalau banyak yang dicoba,kalau pantangan saya banyak terutama makanan seperti rempelo,terong belanda, makanan berminyak, dll, kalau mitos atau kepercayaan tidak ada, saat ini sudah 1 tahun saya berobat Alternatif dengan minum Jamu, proses pengobatan Alternatif yang saya keluti yaitu dengan cara memakai Infra merah dan Plaster ditaruh ditempat atau bagian mana yang sakit, kemudian untuk pengobatan selanjutnya ditentukan waktunya dan harus rutin berobat dan minum Jamu, dan saya merasa ada perkembangan dari sebelumnya”.
4.2.6 IMFORMAN 6
Nama : Suryati
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Seksama no.5 B Simpang Limun Medan
Umur : 40 Thn
Etnis : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMEA Anak ke : 2 dari 7
(46)
Suryati Ibu yang Ramah
Suryati ibu satu Anak ini tinggal di Jln.Seksama Simpang Limun Medan, ketika dikunjungi ke rumahnya ibu ini sangat ramah menyambutnya, kegiatan sehari-hari ibu Ati adalah berjualan, ia membuka warung di rumahnya, Ibu Ati sangat serius menjawab ketika ditanya tentang Proses pengobatan yang ia lakukan selama sakit kanker Payudara, saat ini dapat dikatakan ia sudah sembuh dari penyakit itu , ibu Ati bersal dari keluarga yang besar, ibu Ati sendiri merupakan anak kedua dari 7 bersaudara, dnamun ia heran dari ketujuh saudaranya Cuma dia yang mengidap penyakit kanker dan Cuma ibu Ati sendiri yang mempunyai anak satu, Ayah ibu Ati dulunya bekerja sebagai karyawan perkebunan dan ibunya sebagai ibu rumah tangga, Ibu Ati merasa sebagai putrid kedua semasa gadisnya dulu ia termasuk anak yang sering tidak mendengar perkataan orang tua, ia mengakui kesalahannya saat ini hingga ia menyadari itu juga yang mengingatkan ibu Ati dengan penyakit yang dideritanya saat ini, ibu Ati mempunyai satu putri yang bernama Desi, Desi putri semata wayang ibu Ati sekarang sudah bekerja dan membantu keluarga, “Desi putri kesayangan saya baru saja tamat SMA, ia memilih untuk bekerja daripada kuliah, Desi dulunya sangat sulit proses kelahirannya, dia lahir melalui proses sesar, makanya kalau Desi sudah mulai melawan dengan saya, saya sangat sakit hati karena susahnya saya melahirkan dia, namun walaupun begitu Desi sangat Perhatian dengan saya, dia suka membelikan saya sesuatu jika dia sudah gajian. Saya sering tinggal sendirian dirumah, Desi dan suami saya sering tidak pulang, Desi terkadang kalau pulang kerja kemalaman dia tidur tempat temannya, sementara suami saya bisa sampai tiga hari tidak pulang karena urusan pekerjaannya, lucu kadang saya sering
(47)
curigaan dengan suami tapi memang lama kelamaan saya mengerti kok urusan pekerjaannya. Desi dan suami saya sangat menyayangi saya, mereka sangat mengerti dengan kondisi saya saat ini, terlebih suami saya, dia sangat mendukung proses pengobatan saya, hingga saya bisa dikatakan sembuh seperti saat ini. bu Ati pertama sekali mengetahui sakitnya pada tahun 2000, kemudian dioperasi tahun 2003, ibu ati sudah 2 kali di operasi, dan kedua Payudaranya sudah diangkat, proses pengobatan berlangsung selama satu tahun. Ibu Ati merupakan salah satu pasien penderita kanker payudara yang tidak percaya dengan pengobatan Alternatif, Ibu Rumah Tangga tamatan SMK ini lebih memilih Pengobatan Medis (modern) untuk Proses Penyembuhannya, “Walaupun keadaan ekonomi kami seperti ini, ya.. cukup lah untuk kami bertiga, kebetulan pada saat itu suami ibu kerja di Perusahaan Rokok yang ada Askes Plusnya, pertama kali berobat ke RS Haji, setelah diperiksa saya dirujuk ke RS Permata Bunda, ketika mau dioperasi dirujuk lagi ke RS Haji, pertama kali dioperasi payudara yang sebelah kanan saya diangkat, kemudian beberapa tahun, sekitar tahun 2005, saya merasa nyeri pada payudara sebelah kiri, dan oleh dokter disarankan untuk diangkat, saya tidak berpikir panjang lagi, demi kesehatan saya lakukan saran dokter, lagi an saya sudah punya anak kok…dua kali operasi saya memakai Askes dari kantor suami saya, mungkin kalau tidak ada askes saya tidak bisa operasi, saya sangat bersyukur, biaya operasi itu tidak murah kan? “ ibu Ati mengatakan tidak ada anggota keluarga sebelumnya yang sakit kanker payudara, ketika ditanya mengapa tidak mencoba pengobatan lain, seperti Alternatif, ia menjawab “saya tidak percaya pengobatan-pengobatan Alternatif atau Tradisional seperti Akupuntur, Ceragem, atau Dukun, saya pikir itu hanya menambah masalah
(48)
sehingga timbul lagi penyakit saya, contohnya Dukun, dukun sering bilang kalau sakit itu dibuat orang lain, teman kitalah , tetangga kitalah, dan akhirnya kita su’uzon dengan orang tersebut, dan jadi stress memikirkannya, menambah rasa sakit juga, belum lagi dosanya, percaya kepada dukun itu kan sirik “. Pada saat akhir wawancara ibu Ati bercerita tentang kakak sepupu dari pihak suaminya yang sudah meninggal karena sakit kanker Payudara, kakak sepupu Ibu Ati sangat takut dengan pengobatan Modern, takut dioperasi, hingga akhirnya ia meninggal, mungkin hal ini juga yang membuat ibu Ati untuk lebih memilih operasi. Dan ia tidak mau lama-lama menahan rasa sakitnya. Saat ini ibu Ati merasa sudah sembuh, cuma kadang-kadang kalau ibu Ati memakan sesuatu yang sudah menjadi pantangan dari sejak dulu maka ibu Ati sering sakit kepala. Ibu Ati tidak pernah kemoterapi sejak di operasi.
4.2.7 IMFORMAN 7
Nama : Rauli Siregar
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Turi no.164 Medan Denai
Umur : 59 Thn
Etnis : Batak
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pensiunan Guru SD Penghasilan : Rp.2.000.000/ bulan Pendidikan Terakhir : PGSD
(49)
Pekerjaan Suami : Pensiunan Tentara Penghasilan Suami : Rp. 2.000.000 Rauli Siregar Seorang Guru Yang Tegar
Perempuan Batak ini merupakan Pensiunan guru salah satu SD Swasta di kota Medan, Guru SD yang satu ini sudah lama menderita kanker, dalam perjuangannya untuk sembuh ia tidak terlepas dari motivasi anak-anak dan cucunya, rauli sangat penyayang dan penyabar, hal ini dapat terlihat dari riwayat sakitnya yang prosesnya cukup panjang, namun ibu rauli tidak mau berganti-ganti pengobatan, ia hanya berobat ke dokter dan ia selalu rajin menjaga pantangan yang dilarang dokter dan ia selalu menjalankan saran yang diberi dokter. umurnya hampir mencapai 60 Thn, saat ini ia sudah dikatakan sembuh dari kanker payudara yang di deritanya, namun ia masih harus sering kontrol. Ibu Rauli pertama sekali terkena kanker payudara pada saat berumur 29 thn, dapat dikatakan sudah hampir 30 thn yang lalu, untuk pengobatan pertama sekali yang dilakukan adalah pengobatan medis (modern), berobat ke beberapa rumah sakit di kota medan, untuk pertama sekali ibu ini berobat ke rumah sakit tentara yang mana suami beliau seorang pensiunan tentara saat ini, latar belakang keluarga ibu rauli adalah keluarga yang berpendidikan , ibu rauli sendiri seorang guru, suaminya seorang pensiunan tentara,dan beliau mempuyai lima orang, empat orang merupakan sarjana dan bekerja sebagai PNS dan seorang lagi Dokter spesialis Kandungan, anak ibu Rauli yang pertama merupakan sarjana Pendidikan dan mengajar di salah satu sekolah di Siantar, dan anaknya yang kedua Dokter Spesialis Kandungan, anaknya yang ketiga dan keempat merupakan Sarjana
(50)
dan PNS di salah satu Instasi di kota Medan, anaknya yang paling kecil PNS di Jakarta, yang paling kecil anak ibu Rauli merupakan anak satu-satunya yang belum menikah dan sedang mengambil S-2 di Jakarta. Dengan latar belakang keluarga berpendidikan seperti ini juga yang menjadikan alasan beliau untuk tidak memilih pengobatan Alternatif karena ibu ini sendiri beserta keluarga tidak percaya pada pengobatan selain medis(modern) , beliau takut akan salah penanganan karena “pengobatan alternatif kan cuma hanya pengalaman tidak ilmu, saya tidak berani, hingga 30 thn ini saya tidak pernah berobat alternatif, saya hanya minum kopi benalu itu saja. Adapun karena sakit yang saya derita saya menpercepat masa pensiun saya sebagai guru, yang seharusnya umur 60 thn menjadi 58 thn, hingga kini ibu Rauli lebih focus pada tahap kotrol penyakitnya dan ia sudah tidak bisa terlalu letih mengingat penyakit yang dideritanya bukan hanya kanker Payudara tetapi juga Jantung, ibu Rauli tidak mau memilih sembarangan pengobatan katanya. Ketika ditanyakan apakah ada keluarga sebelumnya yang menderita kanker payudara, ibu Rauli menjawab pada zaman dulu ibunya ibu rauli juga pernah terkena sejenis kanker payudara , namun penanganannya hanya berobat kampung saja,karena zaman dahulu belum banyak mengetahui pengobatan, akhirnya payudara ibunya ibu Rauli membusuk dan tidak lama dari situ meninggal.
Proses pengobatan ibu rauli berawal dari chek up di RS tentara, kemudian kontrol di RS HAM (Haji Adam Malik), setelah pada tahap pengoperasian di rujuk ke RS Elisabet karena pihak RS HAM tidak sanggup mengoperasi ibu Rauli berhubung ibu menderita penyakit Jantung juga, Tim dokter Elisabet dapat menanganinya, karena ada 3 dokter ahli yaitu dr.jantung,dr.bedah dan dr.kanker.ibu rauli mengatakan
(51)
”kanker saya sudah Stadium 2b pada saat itu dan sudah menjalar ke leher, setelah proses biopsy ada sekitar 2kg yang terangkat. Dan saat ini saya rutin kontrol 1 bulan sekali di RS HAM, minum obat 1*1 hari, dan ini yang saya ingin tanyakan kepada dokyer saat ini, apakah selama 30 thn ini saya harus selalu mengkonsumsi obat ? “ ketika ditanyakan mengapa ibu rauli tidak mau mencoba pengobatan lain,ia menjawab” alasan saya tidak percaya dengan pengobatan Alternatif karena saya takut salah pengalaman yang berakibat fatal pada kesehatan saya, dan saya memang tidak percaya dengan hal-hal yang tidak pasti”.
4.2.8 IMFORMAN 8
Nama : Susilawati Sinurat
Alamat :Gg.Melati PasarMedan Helvetia (belakang Plaza Milenium)
Umur : 31 Thn
Agama : Kristen
Etnis : Batak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMP
Jumlah anak : 1 orang
Nama Suami : Erik simarmata Pekerjaan Suami : Penarik becak Anak ke : 1 dari 5 besaudara
(52)
Susilawati Sinurat Seorang Perempuan Pemberani
Susilawati biasa dipanggil Susi, Susi dimasyarakat tempat ia tinggal di kenal sebagai perempuan yang perhatian dengan tetangganya, hal ini di ungkapkan salah satu tetangga Susi pada saat peneliti kerumahnya, Susi merupakan anak pertama dari lima bersudara, adik dibawahnya tinggal bersama saudaranya di Parapat, adiknya yang kedua tinggal bersama ibunya di Medan dan bekerja di salah satu tempat penjualan handphone, adiknya yang ketiga dan keempat masih sekolah dan tinggal di Parapat juga, Susi sebelumnya tinggal berdua bersama suaminya, namun karena kondisi penyakitnya ia memilih tinggal bersama orang tuanya, Susi sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga, suaminya bekerja menjadi penarik becak di kota Medan, penghasilan suaminya dapat dikatakan cukup untuk kebutuhan mereka sehari-hari, namun mereka sering merasa kurang pendapatan jika susi ingin melakukan pengobatan. Susilawati merupakan ibu rumah tangga yang ketika ditanyakan tentang penyakitnya ia menjawab “saya tidak pernah takut dengan penyakit saya, saya menjalani hidup seperti orang sehat, namun benjolan di payudara saya semakin hari semakin membesar, itu yang membuat saya kesini, saya sebenarnya tidak terlalu suka berobat ke dokter tapi karena ingin sembuh saya mencobanya” paparan ibu Susilawati ketika diwawancarai di salah satu RS Negeri dikota Medan “Pertama sekali merasa sakit pada payudara sekitar 2 tahun yang lalu, saya langsung berobat ke Pengobatan Tradisional dan dukun di kota Medan, ini merupakan saran dari teman-teman yang didekat rumah (tetangga dekat), saya juga sangat percaya penyakit ini merupakan buatan orang yang sirik dengan saya, sudah sekitar 1 tahun saya berobat tradisional , sudah beberapa kali tukar tempat
(53)
pengobatan,setiap 3 bulan saya pindah pengobatan tradisional karena saya suka tidak sabar dengan hasilnya,dan saya menyadari seharusnya saya tidak boleh begitu”, karena sering tukar tempat pengobatan akhirnya sakit kanker payudara yang diderita ibu susi semakin parah ,dan ia pun mencoba berobat ke Pengobatan medis, pertama sekali ke Rumah Sakit Bandung di jln Ayahanda,kemudian ia berobat ke dokter spesialis penyakit dalam di Darussalam, setelah itu ke Klinik Marta Friska, dari klinik Marta Friska ibu Susi dirujuk ke RS HAM(Haji Adam Malik). Namun walaupun seperti itu ia tetap percaya kalau sakit yang dideritanya itu merupakan perbuatan seseorang kepadanya, berikut paparan ibu Susi”Kenapa saya percaya ini merupakan penyakit yang di buat orang, karena pada awalnya tidak pernah ada benjolan sedikitpun di payudara saya,tapi tiba-tiba saja sudah sebesar jempol kaki”, untuk pengobatan sendiri ibu Susi minum benalu kopi,ibu ini juga sangat kuat merokok, mulai dari umur 15 thn hingga sekarang ia pecandu rokok. Alas an ibu Susi tidak menyukai Pengobatan medis karena ada pengalaman yang tidak disukainya, berikut tuturan ibu Susi ” saya yang tidak sukanya dengan perobatan medis adalah ketika saya chek up kata dokter mau dioperasi, ternyata seminggu kemudian sudah tidak bisa lagi kata dokter karena sudah stadium 4, dan akhirnya saya pun kemoterapi 9 kali, ada juga perubahan payudara saya mulai normal, saya harus rutin 1 * 3 minggu kontrol ke RS HAM”.
(54)
4.2.9 IMFORMAN 9
Nama : Uly
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Binjai km 10 no.6D, Medan Sunggal
Umur : 23 Thn
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Etnis : Jawa
Anak ke : 3 dari 4 Uly gadis yang Manja
Uly gadis kelahiran Medan ini merupakan anak perempuan paling kecil dikeluarganya, penyakit yang di deritanya membuat ia mendapat perhatian lebih dari keluarganya, di dalam keluarga uly termasuk manja, Ayah uly bekerja sabagai Wirausahawan ( pemborong) ibunya seorang ibu rumah tangga, kakak uly yang pertama bekerja di sebuah Bank di kota Medan, kakak uly sudah menikah dan mempunyai satu anak perempuan, kakak uly yang kedua sedang kuliah keguruan, dan uly mempunyai adik laki-laki dan masih kuliah di salah satu Perguruan tinggi di kota Medan. uly dari kecil sudah suka mengkonsumsi makanan siap saji dan kebiasaan yang seperti ini yang membuat dia menjadi menderita penyakit semacam kanker payudara, “saya dari kecil suka sekali makan makanan cepat saji seperti KFC, Mc.Donald, dan makanan snack yang mengandung banyak zat-zat kimia”, kanker payudara yang diderita uly masih tergolong penyakit kanker jinak, dan saat
(55)
diwawancarai uly menyatakan kalau penyakitnya sudah mulai membaik, namun ia juga harus tetap kontrol ke dokter Spesialis. pertama kali ia mengetahui penyakitnya sekitar 2,5 tahun yang lalu, uly sangat terkejut dengan penyakit yang dideritanya, uly tidak pernah mencoba pengobatan Alternatif, pengobatan pertama hingga saat ini uly selalu berobat ke dokter, pengobatan pertama ia ke Dokter Spesialis Bedah, kemudian ia ke dokter umum yang popular di kota Medan,dan saat ini ia berobat ke Dokter Spesialis Patologi Anatomi, ia juga mengatakan tidak ada anggota keluarga sebelumnya yang terkena kanker payudara, “saya tidak pernah ke pengobatan Alternatif karena saya tidak suka perobatan-perobatan yang tradisional, seperti sejenis minum jamu, pakai minyak-minyak seperti itu, bukan karena saya tidak percaya, lebih tepatnya kurang percaya,dan keluarga pun tidak pernah mendukung saya ke perobatan Alternatif, pantangan dalam proses pengobatan banyak, pantangan pada makanan pengawet, penyedap, dll”. Walaupun harus selalu rutin berobat uly mengaku kalau proses pengobatan tidak mengganggu kegiatan sehari-harinya, saat ini ia sedang kuliah da salah satu Perguruan Tinggi di kota Medan. Uly selama berobat kedokter belum pernah melakukan biopsy atau kemoterapi, ia hanya rutin chek up dan minum obat, karena kanker yang dideritanya masih jinak, namun kalau uly memakan pantangannya seperti makanan yang mangandung pengawet, penyedap, maka payudaranya akan sakit dan mendenyut. Kini uly hanya rajin periksa dan minum obat agar penyakitnya sembuh dan tidak kambuh lagi. Uly berharap penyakit yang dideritanya tidak menyebar seperti penyakit kanker payudara yang banyak diderita orang, penyakit kanker payudara yang sudah stadium lanjut, itu yang ditakutkan uly.
(56)
4.2.10 IMFORMAN 10
Nama : Eli
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln.Pembangunan Gg.Kehakiman Padang Bulan Medan
Umur : 21 Thn
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Etnis : Aceh
Anak ke : 2 dari 3 Eli gadis yang Mandiri
Perempuan muda yang berdarah Aceh ini tinggal sendiri dikota Medan, ia baru saja mengetahui penyakitnya sekitar 7 bulan yang lalu, Eli merupakan putri kedua dari tiga bersaudara, eli merupakan putri satu-satunya di keluarga, keluarga merasa sangat khawatir ketika mengetahui penyakit yang diderita Eli, Ayah Eli bekerja di salah satu perusahaan BUMN dan ibu Eli sebagai ibu rumah tangga, kakak laki-laki Eli masih kuliah dan tinggal di Aceh, begitu juga dengan adik laki-laki Eli masih sekolah dan tinggal di Aceh.ketika pertama sekali Eli mengetahui penyakitnya, pada saat itu Eli disarankan oleh orang tuanya berobat ke Dokter, dua kali chek up ke dokter langsung disarankan operasi, Eli hanya melakukan pengobatan medis (modern) , karena orang tuanya menyarankan satu pengobatan saja, Eli juga mengatakan penyakit ini muncul karena kebiasaan Eli yang sebelumnya suka mengkonsumsi makanan-makanan instan, karena ia hidup sendiri jadi lebih suka
(57)
yang tidak ribet. Eli juga mengatakan belum ada anggota keluarga sebelumnya yang sakit kanker payudara, pasca operasi Eli chek up ke dokter untuk mengetahui perkembangan selanjutnya, saat ditanya kenapa tidak mencoba pengobatan lain, eli menjawab ia ragu akan pengobatan-pengobatan lain yang diluar pengobatan medis,karena pengobatan medis hanya cocok-cocokan aja, tidak bisa dipastikan penyembuhannya, eli pernah disarankan oleh salah satu petugas kesehatan untuk mencoba pengotan Alternatif. Namun Eli masih ragu.proses pengobatan eli sangat singkat, chek up 2 kali, operasi dan opname 6 hari.
Dari beberapa hasil wawancara imforman yang dihubungkan dengan factor-faktor apa saja yang menentukan pasien penderita kanker payudara dalam memilih pengobatan, yang pertama adalah kepercayaan yang mana dari kesepuluh kasus kebanyakan dari pasien yang menderita kanker payudara di kota Medan dalam memutuskan suatu pengobatan ditentukan oleh kepercayaan mereka dalam hal pengobatan tersebut, seperti paparan beberapa pasien berikut yang memilih pengobatan karena kepercayaan mereka terhadap pengobatan tersebut. Tiwi yang dari kecil sudah sering berobat ke pengobatan Alternatif yang saat ini ia jalani, ia merasa penyakitnya akan lebih membaik jika berobat ke pengobatan Alternatif ini,
“saya merasa sudah cocok dengan satu jenis pengobatan, jadi tidak perlu mencoba pengobatan lain lagi, ntar jadi gak sembuh-sembuh kalau banyak yang dicoba”
dan juga penuturan ibu Suryati, yang lebih percaya kepada pengobatan Modern (medis), ia tidak pernah mau mencoba pengobatan Alternatif meskipun sudah banyak yang mengajaknya,
(58)
“saya tidak percaya pengobatan-pengobatan Alternatif atau Tradisional seperti Akupuntur, Ceragem, atau Dukun, saya pikir itu hanya menambah masalah sehingga timbul lagi penyakit saya, contohnya Dukun, dukun sering bilang kalau sakit itu dibuat orang lain, teman kitalah , tetangga kitalah, dan akhirnya kita su’uzon dengan orang tersebut, dan jadi stress memikirkannya, menambah rasa sakit juga, belum lagi dosanya, percaya kepada dukun itu kan sirik “
Selain kepercayaan faktor ekonomi juga merupakan faktor yang lebih sering menjadi penentu dalam memutuskan pemilihan terhadap pengobatan, ekonomi dan juga jarak yang harus ditempuh pasien ke tempat pengobatan dikaitkan juga dengan factor ekonomi, berikut penuturan Lisda yang menentukan pemilihan suatu jenis pengobatan dikarenakan faktor ekonomi,
“Awalnya saya memilih berobat ke dokter Spesialis atas anjuran tetangga saya ya teman dekat saya juga, setelah beberapa lama saya yang hanya seorang pengangguran dan tinggal bersama uwak saya tidak memiliki biaya lagi untuk berobat ke dokter spesialis, akhirnya saya memlih pengobatan Akupuntur, yang mana pasien boleh membayar seikhlasnya saja,tapi berobatnya harus rutin, untuk beberapa kali pengobatan saya masih rutin dating,namun setelah lama kelamaan saya tidak sanggup lagi ke pengobatan Akupuntur karena lokasinya yang sangat jauh dari rumah, kondisi saya yang sakit tidak bisa untuk pergi berobat setiap hari kesana, ditambah lagi ongkosnya yang mahal”.
Faktor dari dukungan keluarga juga sangat mempengaruhi proses pengobatan, bagaimana keluarga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan dan dapat memberikan semangat dan motivasi kepada pasien, berikut penuturan ibu Pinem dalam sepanjang proses pengobatannya yang banyak merugikan ibu pinem secara materi, namun keluarga tetap memberinya semangat,
“ mereka ini lah (keluarga) harta saya yang paling berharga, mereka selalu memberi saya semangat dan cinta di saat saya jatuh dan terbaring, kalau harta materi hilang masih bisa di cari tapi kalau kasih sayang anak-anak dan suami saya sulit didapatkan, karena mereka saya bisa bertahan hingga saat ini, kalau masalah uang saya tetap bersyukur untuk bisa makan apa adanya setiap hari, dan anak-anak saya kuliah dan
(1)
Pengobatan biomedis memberi perhatian pada menyembuhkan dan mengurangi rasa sakit, sementara pengobatan biopsikososial memberi perhatian tidak hanya pada menyembuhkan penyakit dan meredakan rasa sakit tetapi juga pada menyembuhkan keadaan sakitnya dan mengurangi penderitaan. Proses penyembuhan dapat terlihat seperti suatu pencarian akan hubungan kembali dengan kekuatan penyembuhan kreatif yang ada dalam diri kita, untuk memulihkan kita dangan api kreatifitas tersebut. Penting untuk mempertimbangkan nilai sebuah karya kreatif dalam penyembuhan dengan pengobatan kanker karena begitu banyak dari kita, sebagai orang dewasa, telah lupa atau bahkan takut pada kekuatan kreatif.
(2)
BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN
Setiap orang yang berhadapan dengan penyakit yang mengancam kehidupan seperti kanker payudara secara alamiah cenderung berusaha mendapatkan imformasi dan melakukan semampunya agar bisa sembuh, sementara banyak jenis pengobatan yang menawarkan harapan-harapan kesembuhan kepada penderita kanker payudara. Sehingga pasien juga mengambil keputusan terhadap pengobatan-pengobatan tersebut secara lebih selektif dan sesuai dengan kondisi pasien pada saat itu. Ada beberapa hal yang mempengaruhi pasien penderita kanker payudara dalam memilih jenis pengobatan, faktor yang paling dominan adalah faktor ekonomi yaitu bagaimana keadaan sosial ekonomi pasien atau keluarga pasien terkait dengan pendapatan dan pekerjaan, kebanyakan pasien merupakan kalangan sosial ekonomi menengah kebawah, kemudian keluarga dan kerabat juga faktor yang menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, pendidikan dan pengetahuan pasien juga merupakan faktor yang mempengaruhi pasien, pasien yang latar belakang pendidikannya rendah cenderung lebih percaya kepada pengobatan tradisional, namun tidak terlalu besar pengaruh dari pengetahuan kepada pemilihan jenis pengobatan oleh pasien karena masih ada yang berpengaruh yaitu kepercayaan, dengan rasa ingin sembuh maka pasien terkadang lebih percaya terhadap suatu pengobatan tertentu. Kemudian faktor penentu lainnya yaitu Rasionalitas yang termasuk didalamnya kepada keefektifan kondisi pasien pada saat memilih jenis pengobatan, kemudian pengalaman pribadi pasien atau orang lain yang berpengaruh kepada pasien terhadap suatu jenis
(3)
pengobatan tertentu, pengalaman yang baik maupun buruk terhadap suatu pengobatan, faktor jarak tempat tinggal pasien ke tempat pengobatan, juga menentukan pasien dalam memilih jenis pengobatan, karena pasien dalam kondisi sakit jarak akan mempengaruhi rasa sakit yang dideritanya, begitu juga dengan biaya transfortasinya. Kemudian kenyamanan pasien dalam pelayanan kesehatan pengobatan.
5.2 SARAN
Dari kesimpulan yang dipaparkan mengenai faktor-faktor yang menentukan pasien memilih jenis pengobatan, yaitu bertujuan ingin memperoleh kesembuhan dengan lebih efektif dan efisien, dengan kata lain mengatasi masalah tanpa masalah, untuk memperoleh kesembuhan yang efektif dan efisien ini, pasien lebih cerdas dalam memilih pengobatan yang dikelutinya.
Pengobatan abad kedua puluh satu harus mengintegrasikan pengobatan modern yang terbaik dengan pengobatan Alternatif. Penelitian kami menunjukkan bahwa pendekatan yang digabungkan dapat efektif baik dari segi medis maupun financial. Kita cenderung berfikir bahwa kemajuan dalam ilmu pengobatan ditandai dengan munculnya obat baru, teknik pembedahan baru, atau penemuan laser-sesuatu yang berteknologi tinggi dan mahal. Kita sering sulit percaya bahwa pilihanyang sederhana yang kita buat setiap hari didalam hidup kita,misalnya apa yang kita makan, bagaimana kita merespon stress, kita merokok atau tidak, seberapa sering kita berolahraga, serta kualitas hubungan social dan spritualitas kita, dapat membuat perbedaan yang sangat besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan kita, bahkan
(4)
kemampuan kita dalam bertahan hidup. Namun, yang sering sulit kita percayai inilah yang sering kali benar.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan H.M, 2007; Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu social, Jakarta : Kencana Prenama Media Group
Damsar, 1998;Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Rajawali Press
Foster, Anderson, 2008; Antropologi Kesehatan, Terjemahan, Jakarta : UI Press Illieh Ivan, 1995 ; Batas – Batas Pengobatan ( Perampasan hak untuk sehat), Jakarta :
yayasan obor Indonesia.
Lexy, J. Moleong, 2006; Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi Bandung : Remaja Rosdakarya.
Poloma, Margaret, 2004; Sosiologi Kontemporer, Jakarta :PT. Rajawali Grafindo Persada.
Prof. Dr. dr. H. Hawari, Dadang, Psikiater; Kanker Payudara Dimasi Psikoreligi, Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Soekanto, Soerjono, 2002; Sosiologi suatu pengantar, Jakarta : Raja Grafindo
Sunarto, Komanto, 2000; Pengantar Sosiologi, Edisi Kedua, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas ekonomi.
Sarwono, Solita, 2007 ; Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.
Soekanto,Soerjono, 1984;Teori Sosiologi(Tentang Pribadi dalam masyarakat),Jakarta:Ghalia Indonesia.
Tagliaferri, Mary dkk, 2007; Kanker Payudara Cara Pengobatan Alternatif, Jakarta: PT. Indeks
(6)
Sumber lain:
Wan Sri.2008.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil Memilih Persalinan.Skripsi(S-1)tidak diterbitkan.Medan,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Universitas Sumatera Utara.