sehingga timbul lagi penyakit saya, contohnya Dukun, dukun sering bilang kalau sakit itu dibuat orang lain, teman kitalah , tetangga kitalah, dan akhirnya kita su’uzon
dengan orang tersebut, dan jadi stress memikirkannya, menambah rasa sakit juga, belum lagi dosanya, percaya kepada dukun itu kan sirik “. Pada saat akhir wawancara
ibu Ati bercerita tentang kakak sepupu dari pihak suaminya yang sudah meninggal karena sakit kanker Payudara, kakak sepupu Ibu Ati sangat takut dengan pengobatan
Modern, takut dioperasi, hingga akhirnya ia meninggal, mungkin hal ini juga yang membuat ibu Ati untuk lebih memilih operasi. Dan ia tidak mau lama-lama menahan
rasa sakitnya. Saat ini ibu Ati merasa sudah sembuh, cuma kadang-kadang kalau ibu Ati memakan sesuatu yang sudah menjadi pantangan dari sejak dulu maka ibu Ati
sering sakit kepala. Ibu Ati tidak pernah kemoterapi sejak di operasi.
4.2.7 IMFORMAN 7 Nama
: Rauli Siregar Jenis kelamin
: Perempuan Alamat
: Jln. Turi no.164 Medan Denai Umur
: 59 Thn Etnis
: Batak Agama
: Kristen Pekerjaan
: Pensiunan Guru SD Penghasilan
: Rp.2.000.000 bulan Pendidikan Terakhir
: PGSD Nama suami
: D. Simanjuntak
Universitas Sumatera Utara
Pekerjaan Suami : Pensiunan Tentara
Penghasilan Suami : Rp. 2.000.000
Rauli Siregar Seorang Guru Yang Tegar
Perempuan Batak ini merupakan Pensiunan guru salah satu SD Swasta di kota Medan, Guru SD yang satu ini sudah lama menderita kanker, dalam
perjuangannya untuk sembuh ia tidak terlepas dari motivasi anak-anak dan cucunya, rauli sangat penyayang dan penyabar, hal ini dapat terlihat dari riwayat sakitnya yang
prosesnya cukup panjang, namun ibu rauli tidak mau berganti-ganti pengobatan, ia hanya berobat ke dokter dan ia selalu rajin menjaga pantangan yang dilarang dokter
dan ia selalu menjalankan saran yang diberi dokter. umurnya hampir mencapai 60 Thn, saat ini ia sudah dikatakan sembuh dari kanker payudara yang di deritanya,
namun ia masih harus sering kontrol. Ibu Rauli pertama sekali terkena kanker payudara pada saat berumur 29 thn, dapat dikatakan sudah hampir 30 thn yang lalu,
untuk pengobatan pertama sekali yang dilakukan adalah pengobatan medis modern, berobat ke beberapa rumah sakit di kota medan, untuk pertama sekali ibu ini berobat
ke rumah sakit tentara yang mana suami beliau seorang pensiunan tentara saat ini, latar belakang keluarga ibu rauli adalah keluarga yang berpendidikan , ibu rauli
sendiri seorang guru, suaminya seorang pensiunan tentara,dan beliau mempuyai lima orang, empat orang merupakan sarjana dan bekerja sebagai PNS dan seorang lagi
Dokter spesialis Kandungan, anak ibu Rauli yang pertama merupakan sarjana Pendidikan dan mengajar di salah satu sekolah di Siantar, dan anaknya yang kedua
Dokter Spesialis Kandungan, anaknya yang ketiga dan keempat merupakan Sarjana
Universitas Sumatera Utara
dan PNS di salah satu Instasi di kota Medan, anaknya yang paling kecil PNS di Jakarta, yang paling kecil anak ibu Rauli merupakan anak satu-satunya yang belum
menikah dan sedang mengambil S-2 di Jakarta. Dengan latar belakang keluarga berpendidikan seperti ini juga yang menjadikan alasan beliau untuk tidak memilih
pengobatan Alternatif karena ibu ini sendiri beserta keluarga tidak percaya pada pengobatan selain medismodern , beliau takut akan salah penanganan karena
“pengobatan alternatif kan cuma hanya pengalaman tidak ilmu, saya tidak berani, hingga 30 thn ini saya tidak pernah berobat alternatif, saya hanya minum kopi benalu
itu saja. Adapun karena sakit yang saya derita saya menpercepat masa pensiun saya sebagai guru, yang seharusnya umur 60 thn menjadi 58 thn, hingga kini ibu Rauli
lebih focus pada tahap kotrol penyakitnya dan ia sudah tidak bisa terlalu letih mengingat penyakit yang dideritanya bukan hanya kanker Payudara tetapi juga
Jantung, ibu Rauli tidak mau memilih sembarangan pengobatan katanya. Ketika ditanyakan apakah ada keluarga sebelumnya yang menderita kanker payudara, ibu
Rauli menjawab pada zaman dulu ibunya ibu rauli juga pernah terkena sejenis kanker payudara , namun penanganannya hanya berobat kampung saja,karena zaman dahulu
belum banyak mengetahui pengobatan, akhirnya payudara ibunya ibu Rauli membusuk dan tidak lama dari situ meninggal.
Proses pengobatan ibu rauli berawal dari chek up di RS tentara, kemudian kontrol di RS HAM Haji Adam Malik, setelah pada tahap pengoperasian di rujuk ke
RS Elisabet karena pihak RS HAM tidak sanggup mengoperasi ibu Rauli berhubung ibu menderita penyakit Jantung juga, Tim dokter Elisabet dapat menanganinya,
karena ada 3 dokter ahli yaitu dr.jantung,dr.bedah dan dr.kanker.ibu rauli mengatakan
Universitas Sumatera Utara
”kanker saya sudah Stadium 2b pada saat itu dan sudah menjalar ke leher, setelah proses biopsy ada sekitar 2kg yang terangkat. Dan saat ini saya rutin kontrol 1 bulan
sekali di RS HAM, minum obat 11 hari, dan ini yang saya ingin tanyakan kepada dokyer saat ini, apakah selama 30 thn ini saya harus selalu mengkonsumsi obat ? “
ketika ditanyakan mengapa ibu rauli tidak mau mencoba pengobatan lain,ia menjawab” alasan saya tidak percaya dengan pengobatan Alternatif karena saya takut
salah pengalaman yang berakibat fatal pada kesehatan saya, dan saya memang tidak percaya dengan hal-hal yang tidak pasti”.
4.2.8 IMFORMAN 8 Nama