sering dirundung kemalangan kematian anak. Karenanya tidak pernah diperdagangkan atau disimpan diparmonang-monangan, itulah sebabnya orang
jarang mengenal ulos ini. Bentuknya seperti kain sarung dan rambunya tidak boleh dipotong. Ulos ini juga disebut ulos “giun hinarharan”. Jaman dahulu para
orang tua sering memberikan ulos ini kepada anaknya yang sedang mengandung hamil tua. Tujuannya agar nantinya anak yang dikandung lahir dengan selamat.
Masih banyak lagi macam-macam corak dan nama-nama ulos, informan Mama Loise Situmorang 63 Tahun mengatakan antara lain:
Ragi Panai, Ragi Hatirangga, Ragi Ambasang, Ragi Sidosdos, Ragi Sampuborna, Ragi Siattar, Ragi Sapot, Ragi si Imput ni Hirik, Ulos Bugis, ulos
Padang Rusa, ulos Simata, ulos Happu, ulos Tukku, ulos Gipul, ulos Takkup. Mama Loise Situmorang 63 Tahunmengatakan bahwa banyak jenis ulos
dalam kehidupan, secara lengkap ia mengatakan : “ada banyak lagi nama-nama ulos yang belum disebut. Menurut
orang-orang tua jenis ulos mencapai 57 jenis namun tak semuanya ada hingga saat ini.”
3.3. Jenis-Jenis Ulos Yang Ada Di Desa Parbubu II
Jenis ulos yang ada di Desa Parbubu II adalah Ulos Suri-Suri Ganjang, Ragi Hidup, dan Bintang Maratur. Untuk ulos lainnya seperti Jugia, ataupun
Ragihotang tidak diproduksi di desa ini. Menurut informan yang bernama ibu L. Hutauruk partonun, 50 tahun:
“tidak ada lagi ulos yang lain dibikin di kampung ini, cuman tiga itulah yang dibikin disini. Karena orang disini pun cuman terbiasa
bikin ulos jenis Suri-Suri Ganjang, Ragi Hidup sama Bintang Maratu.”
Hal tersebut wajar karena mengingat banyaknya jenis ulos yang ada. Sehingga dibutuhkan sebuah konsentrasi khusus pada suatu daerah untuk
menenun ulos tertentu dengan maksud bukan untuk membatasi.
3.3.1 Modifikasi Yang Dilakukan
Modifikasi ulos juga terjadi di Desa Parbubu II untuk ketiga jenis ulos yakni Suri-suri Ganjang, Ragi Hidup, dan Bintang Maratur. Modifikasi yang
dilakukan oleh partonun di Desa Parbubu II adalah dari motif ulos yang menambahkan kata-kata
13
Jenis Ulos
di dalam ulos nya seperti “horas” dan juga “dame ma dihita”.
Tabel 14 Modifikasi Ulos di Desa Parbubu II
Modifikasi Pembuatan
Penggunaan Pewarnaan
Permintaan
Ulos Menggunakan alat tenun Sebagai kain
Menggunakan Berdasarkan
13 Selain penambahan kata-kata pada motif ulos, Merdi Sihombing menceritakan bahwa jugia atau ujung ulos yang biasanya dihiasi oleh batu permata berganti
menjadi menggunakan pola ikat anyaman karena pada masa itu masuknya misionaris dan membuka sekolah khusus perempuan di Tanah Batak, pengaruh
Eropa yang tampak pada ulos adalah masuknya kata-kata dan adanya anyaman pada ujung ulos.
Suri-suri Ganjang
tradisional dan juga menggunakan alat tenun
modern menggunakan pola
selendang, baju, jas, tas
pewarnaan kimiawi dan
benang modern permintaan
pasar
Ulos Ragi
Hidup Menggunakan alat tenun
tradisional dan juga menggunakan alat tenun
modern menggunakan pola
Sebagai kain selendang
Menggunakan pewarnaan
kimiawi dan benang modern
Berdasarkan permintaan
pasar
Ulos Bintang
Maratur Menggunakan alat tenun
tradisional dan juga menggunakan alat tenun
modern menggunakan pola
Sebagai kain selendang, baju,
jas, bahan kain Menggunakan
pewarnaan kimiawi dan
benang modern Berdasarkan
permintaan pasar
Sumber : hasil penelitian penulis selama bulan Oktober 2014 hingga Januari 2015.
Tidak hanya di motif, modifikasi juga dilakukan pada bahan pembuatan ulos. Untuk menambah nilai ulos agar semakin tinggi maka partonun mengganti
benang tradisional dengan benang emas yang memunculkan warna yang cerah dan terang.
Seorang informan yang bernama Ida Hutabarat partonun, 23 tahun mengatakan bahwa :
“ulos sekarang sudah kami rubah dari mulai bahannya sampai ke motif hiasan ulosnya. Contohnya benang yang dulu agak tebal itu
kami ganti sama benang jadi dan benang emas. Jadinya harga ulos pun jadi lebih mahal.”
Modifikasi yang dilakukan para partonun merupakan usaha untuk bisa selamat dari persaingan tenun di Indonesia. Sebab jenis-jenis tenun lain sudah
banyak yang menggunakan bahan baku benang yang lebih bagus sehingga
kualitasnya pun meningkat. Namun, usaha peningkatan kualitas ulos juga harus disertai dengan usaha mempertahankan nilai yang terkandung di dalam ulos
tersebut L. Boru Hutabarat.
3.3.2. Upaya Pelestarian
Usaha pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat yang bekerja sebagai partonun di Desa Parbubu II adalah dengan terus menenun ulos walaupun hanya
dengan tiga motif ulos saja. Hal lain dari upaya pelestarian ulos yang dilakukan oleh masyarakat
adalah dengan secara konsisten memakai ulos sebagai atribut dalam setiap pesta adat. Dengan pemakaian ulos oleh masyarakat di setiap pesta adat tentu akan
semakin mempertahankan eksistensi ulos dalam dunia tenun di Indonesia. Selain penggunaan ulos sebagai upaya pelestarian ulos, masyarakat Desa
Parbubu II juga masih melestarikan proses pembuatan ulos dengan cara yang sederhana dan relatif sama dengan cara-cara terdahulu walaupun pada beberapa
aspek memasukkan unsur perkembangan teknologi dan perubahan zaman dalam proses pembuatan ulos.
Upaya pelestarian ulos dalam konteks yang lebih luas memerlukan suatu proses yang panjang dikarenakan ada banyak motif ulos namun saat ini sudah
terbatas pada beberapa motif saja dikarenakan terbatasnya penggunaan ulos pada ritus kebudayaan seperti upacara, proses pelestarian yang dilakukan hingga saat
ini adalah dengan melakukan modifikasi motif, bentuk dan penggunaan ulos
dengan harapan ulos dapat bertahan dalam proses perjalanan waktu dan perubahan zaman.
3.3.3 Proses Produksi
Produksi ulos yang dihasilkan oleh partonun merupakan karya hasil olah karya, tenaga, dan kreatifitas. Produksi ulos sendiri adalah bentuk reproduksi
pengetahuan antara generasi, sehingga di Desa Parbubu II hanya terdapat tiga jenis ulos saja sesuai dengan pengetahuan masyarakat setempat.
Awal proses produksi yang dilakukan oleh perempuan partonun di Desa Parbubu ini adalah dengan datang pemasok dari Kota Balige. Dari mereka akan
maka akan diberikan bahan sesuai dengan kebutuhan proses menenun. Dimulai dari benang, kanji, benang emas, dan juga manik-manik sebagai hiasa.
Setelah itu para penenun akan dimintai untuk membuat kain tenun ulos sesuain pesanan yang diinginkan. Pesanan itu berupa sarung, bakal jas, dan juga
beberapa jenis ulos degan motif dan juga tulisan didalam ulos yang berbeda-beda. Mencapai ratusan hingga jutaan rupiah.
Harga ulos sendiri bervariasi sesuai dengan tinggkat kesulitan saat proses pembuatan. Kain tenun ulos yang digunakan untuk membuat bakal jas tentulah
lebih mahal dari pada hanya menmbuat kain ulos biasa atau pada umumnya. Karena dalam pembuatan bakal jas memakan waktu yang cukup lama.
Setelah beberapa minggu kemudian apabila ulos dan bakal ulos yang sudah jadi maka para distributor dari Balige akan datang untuk mengambil
pesanan yang sudah jadi. Dan kemudian para pengrajin tenun tersebut mereka akan langsung mendapatkan bayaran sebelum padi mereka panen.
Hal inilah yang membuat para penenun ulos di Desa Parbubu II sangat terbantu dengan kebutuhan ekonomi sekarang yang cukup tinggi maka dengan
penghasil dar bertenun dapat menambah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
BAB IV MODIFIKASI KAIN ULOS DAN PERUBAHAN FUNGSI
4.1. Modifikasi Fungsi dan Penggunaan Ulos