Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat penelitian Keaslian penelitian Kerangka Teori dan Konsepsi

22 Pengadulan Negeri Pekanbaru Nomor 43PDT.G2007-PN.PBR tanggal 10 Desember 2007, dibatalkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan dikeluarkannya putusan MARI Nomor 2725 KPdt2008. Berdasarkan paparan di atas, maka penulis ingin mengadakan suatu penelitian yang akan dituangkan kedalam bentuk Tesis dengan judul: “Tinjauan Yuridis Atas Kepastian Hukum Hak Atas Tanah Yang Telah Bersertifikat Hak Milik Study Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2725KPdt2008.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 4. Bagaimana kekuatan hukum dari kepemilikan atas tanah yang telah bersertifikat? 5. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya sengketa terhadap tanah yang telah diterbitkan sertifikatnya?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini diharapkan untuk: 1. Mengetahui kekuatan hukum dari kepemilikan atas tanah yang telah bersertifikat. Universitas Sumatera Utara 23 2. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sengketa terhadap tanah yang telah diterbitkan sertifikatnya, upaya dan perlindungan dalam menyelesaikan sengketa atas tanah;

D. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi sumbangan dalam khasanah di bidang akademik ilmu pengetahuan diranah hukum yang terutama pada hukum pertanahan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut guna melahirkan suatu konsep yang bersifat ilmiah tentang kajian pertanahan yang pada akhirnya dapat menambah khasanah ilmu hukum keperdataan. Selanjutnya secara praktis hasil penelitian ini dimaksudkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memiliki permasalahan di bidang pertanahan, maupun para praktisi hukum, serta mahasiswa hukum.

E. Keaslian penelitian

Berdasarkan informasi yang diketahui dan data yang dimiliki serta penelusuran pendahuluan yang diadakan di kepustakaan khususnya di Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatra Utara Medan, judul yang penulis angkat ini belum ada yang melakukan penelitian sebelumnya, oleh sebab itu proposal penelitian yang penulis ajukan ini adalah asli dan aktual serta orisinil, maka oleh karena itu penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Universitas Sumatera Utara 24

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori Dalam penelitian ini perlu diletakkan suatu dasar kerangka teori guna dimaksudkan untuk mengemukakan beberapa teori berdasarkan referensi yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penulisan penelitian ini, sehingga kerangka teori ini diharapkan dapat melahirkan suatu pemahaman yang dapat diterima sebagai suatu landasan berfikir. Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa spesifik atau proses tertentu terjadi, 14 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permaslahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis. 15 Dimulai dengan masalah tanah di Indonesia yang telah mendapat perhatian sangat luas dan mendalam dikalangan masyarakat, maka Pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria UUPA memerintahkan diselenggarakannya pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum. Pendaftaran tanah tersebut kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah di seluruh Indonesia. 14 J.J.J. M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203, dalam S. Mantaybordir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang, Jakarta: Pustaka Bangsa Press, 2004, hlm. 13. 15 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 80. Universitas Sumatera Utara 25 Pada tanggal 8 Juli 1997 dengan ditetapkannya dan diundangkannya Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Lembaran negara Republik Indonesia No. 97 tahun 1997 sedangkan penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.3696. Sebelumnya telah ada Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, yang sejak tahun 1961 mengatur pelaksanaan pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang-undang Pokok Agraria UUPA No. 5 tahun 1960. Pendaftaran hak atas tanah yang diselenggarakan bertujuan memberikan kepastian hak, yaitu: 16 1. Untuk memungkinkan orang-orang yang memegang hak atas tanah untuk dapat dengan mudah membuktikan dirinya bahwa dialah yang berhak atas tanah tersebut, apa hak dipeganngnya, letak dan luas tanah. 2. Untuk memungkinkan kepada pihak siapapun guna dapat mengetahui dengan mudah hal-hal apa saja ia ingin ketahui berkenaan dengan sebidang tanah, misalnya calon pembeli tanah, calon kreditur dan lain sebaginya. Pendaftaran tanah jelas bertujuan untuk memberikan kepastian hukum kepada pemegang haknya dan demikian juga kepada obyek luasnya dan batasnya, sehingga pemerintah maupun pihak yang berkepntingan dapat dengan mudah untuk mengetahui, oleh karena itu data-data yang disimpan di kantor pertanahan baik tentang subyek maupun obyek hak atas tanah disusun sedemikian rupa dan diteliti agar dikemudian hari dapat memudahkan siapapun yang ingin melihat data-data tersebut, apakah itu calon pembeli ataukah kreditur ataukah pemerintah sendiri dalam 16 J.C.T. Simorangkir Woerjono Sasropranoto, Pelajaran Hukum Indonesia, Jakarta: Gunung Agung, 1989, hlm. 82-83. Universitas Sumatera Utara 26 rangka mempelancar setiap peralihan hak atas tanah atau dalam rangka pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah. Atas dasar hal tersebut di atas, maka tujuan pendaftaran tanah adalah untuk penyediaan data-data penggunaan tanah bagi pemerintah maupun untuk masyarakat demi terjaminnya kepastian hukum terhadap hak-hak atas tanah. “Secara normatif, kepastian hukum memerlukan tersediannya perangkat peraturan perundang-undangan yang secara operasional mampu mendukung pelaksanaannya. Secara empiris, peraturan perundang-undangan tersebut perlu dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen oleh sumber daya manusia pendukungnya” . 17 Keterangan-keterangan mengenai data-data pertanahan yang terhimpun di kantor pertanahan, dikelompokkan menjadi 2 dua yaitu: 18 1. Kelompok Yuridis, yang menghimpun data-data tentang nama hak atas tanah, siapa pemegang, peralihan dan pembebanannya jika ada, semua ini dihimpun dalam Buku Tanah; 2. Kelompok Teknis, yang menghimpun data-data tentang letak tanah dimana, panjang atau lebar tanah serta batas-batas tanah semuanya ini dihimpun dalam surat ukur. Kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah yang pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data yang tersedia. Pendaftaran tanah untuk pertama kali Initial registrasion, yang meliputi 3 tiga bidang, yaitu: 19 1. Bidang fisik atau “ teknis kadastral” 2. Bidang yuridis 17 Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia, Surabaya: Arloka, 2003, hlm. 177 18 www. tanahkoe.tripod.com, diakses pada Kamis 24 Juni 2010. 19 Ibid. Universitas Sumatera Utara 27 3. Penertiban dokumen tanda bukti hak Hak-hak atas tanah, berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang ketentuan pokoknya terdapat dalam Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA serta hak-hak lain dalam hukum adat setempat. Dimana hak penguasaan atas tanah memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk memakai suatu bidang tanah tertentu untuk memnuhi kebutuhan pribadi atau usahanya. Hak-hak atas tanah dimaksud tercantum dalam Pasal 4, Pasal 9, dan Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 20 Istilah ”hak” memiliki beberapa makna, pertama-tama hak adalah sebuah klaim yang diajukan kepada atau terhadap otoritas publik tertentu. Perkataan bahwa Anda ”memiliki” sebidang tanah berarti bahwa anda memiliki hak untuk menyisihkan A,B,C,D, ... n, yakni semua orang di dunia, yang dianggap sebagai satu pihak sekaligus, dari kesempatan untuk menguasai dan menggunakannya. 21 Adapun jenis hak atas tanah yang dimiliki oleh warga Negera Indonesia, adalah hak milik yang peraturannya diatur dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, diantaranya disebutkan 20 Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional, Jakarta: Universitas Trisakti, 2002, hlm. 41. 21 Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Perspektif Ilmu Sosial, Bandung: Nusa Media, 2009, hlm. 298. Universitas Sumatera Utara 28 Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dan dapat beralih atau dialihkan kepada pihak lain. Asas pendaftaran tanah yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yaitu berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. 22 Untuk objek pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yaitu sebagai berikut: 23 1 Objek Pendaftaran Tanah meliputi: a Bidang-bidang tanah yang mempunyai dengan hak milik, hak una usaha, hak guna bangunan dan hak pakai. b Tanah hak pengelolaan. c Tanah wakaf. d Hak milik atas satuan rumah susun. e Hak tanggungan. f Tanah negara. 2 Dalam hal tanah negara sebagai objek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf f, pendafatarannya dilakukan dengan cara pembukukan sebidang tanah yang merupakan tanah negara dalam daftar tanah. Melalui pendaftaran tanah seseorang dapat dengan mudah memperoleh keterangan yang berkenaan dengan sebidang tanah, seperti hak apa yang dipunyai, 22 Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria Pertanahan Indonesia, Jilid 2, Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser, , 2004, hlm. 5-6, dapat juga dilihat ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Universitas Sumatera Utara 29 berapa luasnya, lokasi tanahnya dimana dan apakah dibenani dengan hak-hak tanggungan dan lain sebagainya disebut sebagai asas publisitas. Berkenaan dengan sistem publikasi atau disebut juga sistem pendaftaran tanah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ini tetap dipertahankan tujuan dan sistem yang digunakan dan ditetapkan dalam UUPA No. 5 Tahun 1960, yaitu bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan dan sistem publikasinya adalah sistem negatif yang mengandung unsur-unsur positif, karena akan menghasilkan suat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat bukti yang kuat seperti yang dinyatakan dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c, dan Pasal 23 ayat 2 UUPA serta Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. ”Sertifikat merupakan tanda bukti yang kuat dalam arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai data yang benar. Sudah barang tentu data fisik maupun data yuridis yang tercantum dalam sertifikat harus sesuai dengan data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan, karena data itu diambil dari buku tanah dan surat ukur tersebut”. 24 Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, pendaftaran tanah dilaksanakan untuk memberikan jaminan akan kepastian hukum dalam bidang pertanahan dan bahwa sistem pendaftarannya surat- surat bukti hak yang berlaku sebagai salah satu alat pembuktian yang kuat. Sertifikat tanah berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat atas pemegang sebidang tanah, yang dimaksud kuat mengandung arti bahwa sertifikat tanah itu 24 Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Universitas Sumatera Utara 30 tidaklah merupakan alat bukti yang mutlak satu-satunya, jadi sertifikat tanah menurut sitem pendaftaran tanah yang di anut UUPA masih dibuktikan di Pengadilan Negeri bahwa sertifikat tanah tersebut yang dipersengketakan adalah tidak benar. 25 Secara etimologi sertifikat berasal dari bahasa Belanda Certificaat yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan tentang sesuatu. Maka sertifikat tanah adalah surat keterangan yang membuktikan hak seseorang atas sebidang tanah, atau dengan kata lain keadaan tersebut menyatakan bahwa ada seseorang yang memiliki bidang-bidang tanah tertentu dan pemilikan itu mempunyai bukti yang kuat berupa surat yang dibuat instansi yang berwenang. 26 Dilihat dari aspek jaminan yang diberikan dengan pemberian Surat-surat Tanda Bukti Hak atas Tanah Sertifikat Hak atas Tanah, sebagai alat pembuktian, maka Rechts Kadaster Pendaftaran Tanah mengenal 2 dua macam sistem, yaitu sistem Negatif dan sistem Positif. 27 Dalam sistem negatif bahwa sertifikat tersebut hanya dapat dipandang sebagai suatu bukti permulaan hak atas tanahnya, atau sertifikat sebagai salah satu alat pembuktian yang kuat, sehingga setiap orang dapat mempersoalkannya kembali. Si pemilik tanah diberikan jaminan lebih kuat, apabila dibandingkan perlindungan yang diberikan kepada pihak ketiga. Dengan demikian, maka Si Pemilik Tanah dapat 25 Ali Achmad Chomzah, Hukum Agraria Pertanahan Indonesia…,Op.Cit., hlm. 58. 26 Syargani, Pendaftaran Tanah Wakaf Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2004 Tentang Wakaf Di Kecamatan Merbau Kabupaten Bengkalis , Skripsi, 2009, hlm. 58. 27 Ibid. Universitas Sumatera Utara 31 menggugat haknya atas sebidang tanah dari mereka yang terdaftar pada kadaster. Dalam hal ini dianut oleh negara-negara seperti Belanda, Perancis maupun Philipina. Dengan mengandung unsur positif, untuk memberikan kepastian hukum kepada pihak yang dengan iktikad baik menguasai sebidang tanah yang didaftar sebagai pemegang hak dalam buku tanah dan dengan diterbitkannya sertifikat sebagai salah satu alat bukti yang kuat. Kepada yang memperoleh Hak atas Tanah akan diberikan jaminan lebih kuat, pihak ketiga harus percaya dan tidak perlu khawatir bila pada suatu ketika mereka atau orang-orang yang tercatat dalam Daftar Umum akan kehilangan Haknya atau dirugikan. Negara-negara yang menganut sistem ini seperti Jerman, Swiss, Australia, dan Austria. Untuk menjamin kepastian hak dan kepastian hukum apabila tanah sudah dikuasai oleh masyarakat yang waktunya sudah cukup lama dan tidak ada sanggahan pihak lain, maka tanah tersebut sudah menjadi tanah negara bebas. Dalam hal ini diperlukan pembuktian tertulis yang diketahui Lurah atau Kepala Desa dan Camat setempat untuk memenuhi unsur kepastian hukum. Oleh sebab itu, diperlukan pengumuman di mass media cetak bila diperlukan yang dapat berupa media elektronik yang dikenal dalam hukum perdata sebagai asas publisitas. 28 Menurut Muntoha dalam Budi Harsono, menyatakan bahwa Sistem Pendaftaran Tanah di Indonesia yang dianut sekarang ini adalah Sistem Negatif bertendensi positif. Dengan sistem ini, keterangan yang ada itu apabila ternyata tidak 28 Asas Publisitas adalah pengumuman kepada masyarakat mengenai status pemilikan, Mariam Darus Badrulzamaan, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999, hlm. 37. Universitas Sumatera Utara 32 benar, maka dapat diubah dan dibatalkan. Dalam hal ini disebut dengan istilah Quasi Positif Positif yang semu. Ada beberapa ciri sistem quasi positif pendaftaran tanah di Indonesia diantaranya: 29 a. Nama yang tercantun dalam Buku Tanah. Nama yang tercantun dalam Daftar Buku Tanah adalah pemilik tanah yang benar dan dilindungi oleh Hukum. Sertifikat adalah Tanda Bukti Hak yang terkuat, namun bukanlah mutlak. b. Setiap peristiwa balik nama, melalui prosedur dan penelitian yang seksama dan memenuhi syarat-syarat keterbukaan Openbaar Beginsel. c. Setiap Persil batas diukur dan digambar dengan Peta Pendaftaran Tanah, dengan skala 1:1000, ukuran mana yang memungkinkan untuk dapat dilihat kembali batas persil, apabila dikemudian hari terdapat sengketa batas. d. Pemilik tanah yang tercantum dalam Buku Tanah dan Sertifikat dapat dicabut melalui proses Keputusan Pengadilan Nasional, apabila terdapat Cacat Hukum. e. Pemerintah tidak menyediakan dana untuk pembayaran ganti rugi pada masyarakat, karena kesalahan administrasi Pendaftaran Tanah, melainkan masyarakat sendiri yang merasa dirugikan melalui proses pengadilanpengadilan Negeri untuk memperoleh Haknya. Peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, mengatur pula pemindahan hak melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya. Pengecualian di 29 Budi Harsono, Undang-Undang Pokok Agraria, Sejarah Pengukuran, Isi dan Pelaksanaan, Jakarta: Pemegang Jabatan, 1994, hlm. 50. Universitas Sumatera Utara 33 atas pemindahan hak melalui lelang dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Penjabat Pembuat Akta Tanah PPAT yang berwenang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hukum harus ditempatkan pada posisi terdepan yang harus dapat memberikan suatu kepastian, yang harus mampu untuk membentuk pola prilaku warga masyarakat. Penggunaan hukum sebagai sarana kepastian semacam itu seringkali membawa konsekuensi terjadinya pertentangan-pertentangan di dalam pelaksanaannya. Munculnya hambatan pada implementasi hukum yang bersifat nasional, disebabkan antara lain oleh adanya perbedaan nilai-nilai yang terkandung di dalam hukum tertulis yang bersifat nasional tersebut dengan nilai-nilai yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat lokal.

2. Konsepsi

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Hak – Hak Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah Berdasarkan Ketentuan Pmna/Kepala Bpn Nomor 5 Tahun 1999 Dikaitkan Dengan Putusan Mk Nomor 35/Puu-X/2012

7 185 136

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur atas Pembatalan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah yang Sedang Dibebani Hak Tanggungan.(Studi Putusan Mahkamah Agung, No.140 K/TUN/2011)

5 64 118

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Kajian Yuridis Peralihan Hak Atas Tanah Warisan Yang Sedang Dibebani Hak Tanggungan

6 97 129

Analisis Yuridis Atas Akta Notaris Terkait Dengan Pengikatan Jual Beli Hak Atas Tanah Dengan Cicilan

1 60 117

Analisis Hukum Terjadinya Pengalihan Hak Atas Tanah Atas Dasar Penguasaan Fisik (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.475//Pk/Pdt.2010).

5 41 132

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Hak Pengasuhan Anak Yang Belum Mumayyiz Atas Ibu Yang Telah Murtad Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 382 K/AG/2012.

0 0 1

BAB II FAKTOR YANG MENYEBABKAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH YANG SEDANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN DIBATALKAN PENGADILAN PADA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 140KTUN2011 - Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur atas Pembatalan Sertifikat Hak Milik Atas Tanah y

0 0 36

KEPASTIAN HUKUM KEPEMILIKAN HAK MILIK ATAS TANAH BERSERTIFIKAT DIHADAPKAN DENGAN HUKUM ADAT DALAM SISTEM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA Oleh: Saim Aksinudin NPM. 129313019 Abstrak - KEPASTIAN HUKUM KEPEMILIKAN HAK MILIK ATAS TANAH BERSERTIFIKAT DIHADAPKAN

0 0 44