Pengaruh Pendidikan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Wanita

Hasil Penelitian Sulistio 2010, bahwa ada empat variabel independen yang memiliki hubungan dengan variabel dependen, yaitu variabel umur ibu, jumlah anak hidup, umur anak terakhir, dan rencana kehamilan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai Chi-square hitung Chi-square tabel atau sig. 0,05. Umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda Notoatmodjo, 2003. Pada penelitian ini umur tidak memengaruhi terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Dilihat dari pemakaian alat kontrasepsi, tidak ada perbedaan antara responden yang berumur 20-35 tahun dengan 35 tahun, sebagian besar menggu- nakan alat kontrasepsi. Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 34,1 responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti yang terungkap dari hasil penelitian ini karena dipengaruhi pendidikan yang rendah, jumlah anak yang masih sedikit, pengetahuan yang rendah, kurangnya dukungan dari petugas kesehatan, dan kurang dukungan dari suami.

5.1.2. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Wanita

PUS Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi logistik ganda diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi wanita PUS p=0,000. Responden yang berpendidikan tinggi sebagian besar memakai alat kontrasepsi yaitu 49 orang 87,5. Responden Universitas Sumatera Utara berpendidikan rendah sebagian besar tidak memakai alat kontrasepsi yaitu 36 orang 51,4. Hasil penelitian Fatimah 2010 bahwa ada hubungan yang signifikan pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Sukagalih Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung menggu- nakan alat kontrasepsi sedangkan yang berpendidikan rendah tidak menggunakan alat kontrasepsi. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigit 2000, yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan tidak memengaruhi pada pemakaian metode alat kontrasepsi p=0,285. Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Angio 2011, menunjukkan tidak ada pengaruh pendidikan terhadap pemilihan alat kontrasepsi hormonal di wilayah kerja Puskesmas Manyaran Semarang p=0,051. Diperkirakan program KB sudah merupakan kebutuhan masyarakat umum sehingga mudah diterima oleh akseptor KB dari semua golongan pendidikan Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan praktik untuk memelihara menga- tasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran. Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk menunda atau Universitas Sumatera Utara membatasi jumlah anak. Wanita yang berpendidikan tinggi kecenderungan lebih sadar untuk menerima program KB Notoatmodjo, 2005. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan seseorang akan memengaruhi pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi yang merupakan alat yang baik digunakan untuk menjarangkan kehamilan. Dengan pendidikan yang tinggi, maka ibu mampu memahami keuntungan dan kerugian dalam pemakaian alat kontrasepsi. Sejalan dengan program pemerintah untuk mempunyai keluarga yang terencana, maka pada masa pendidikannya program keluarga berencana selalu dipelajari terutama pada pendidikan menengah dan tinggi lebih detil dibandingkan pada pendidikan rendah dasar.

5.1.3. Pengaruh Jumlah Anak terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Wanita PUS