Kerangka Teori Latar Belakang

2.6 Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep

Waktu Host Early Childhood Caries ECC Substrat Mikroorganismem e Analisis perilaku diet anak  Pola makan utama  Pola makan selingan  Pola minum minuman manis  Pola minum susu Pencegahan Analisis perilaku diet Pola diet anak :  Pola makan utama  Pola makan selingan  Pola minum minuman manis  Pola minum susu Pengalaman Early Childhood Caries ECC Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies merupakan proses patologis berupa kerusakan pada jaringan keras gigi. Karies dapat mengenai gigi sulung dan gigi permanen, namun proses karies gigi sulung berjalan lebih cepat dibandingkan dengan gigi permanen. Karies yang sering dijumpai pada anak-anak adalah Early Childhood Caries ECC yang sebelumnya dikenali sebagai karies rampan atau karies botol yang terjadi dengan tiba-tiba, mengenai banyak gigi dalam waktu singkat dan cepat melibatkan pulpa. 1-3 Pada anak berusia kurang dari 3 tahun, tanda-tanda karies pada permukaan halus smooth surface merupakan indikasi tingkat keparahan karies yang berat yaitu Severe Early Childhood Caries S-ECC. 1,3 Pada tingkat awal karies, gigi yang terlibat adalah gigi sulung anterior rahang atas, gigi sulung molar satu rahang atas dan bawah dan kadang-kadang gigi sulung kaninus rahang bawah. Gigi anterior rahang bawah tidak terkena karies karena dilindungi oleh lidah. 3 Etiologi karies yang utama adalah host, bakteri, substrat dan waktu. Selain dari itu salah satu faktor signifikan yang menyebabkan karies di kalangan anak- anak adalah perilaku diet. Perilaku diet adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan anak sekolah dasar yang sering dijumpai pada umumnya yaitu suka jajan di sekolah dan tidak mau makan di rumah. 4 Pada zaman modern ini, banyak dijumpai jenis-jenis makanan yang bersifat manis, lunak dan mudah lengket pada permukaan gigi misalnya permen, coklat, bolu, biskuit dan lain-lain. Sifat makanan jenis ini adalah lunak, maka tidak perlu melakukan pengunyahan yang berlebihan sehingga gampang melekat pada gigi dan bila tidak segera dibersihkan akan terjadi proses metabolisme dari bakteri penyebab karies. Hal ini akan menurunkan pH mulut dan akibatnya terjadi proses Universitas Sumatera Utara demineralisasi enamel yang dapat merusak gigi. 5 Proses ini lebih mudah terjadi pada gigi sulung dibandingkan dengan gigi permanen karena struktur dan morfologinya. Gigi sulung mengandung lebih banyak bahan organik dan air, sedangkan jumlah mineral dalam gigi sulung lebih sedikit dibandingkan dengan gigi permanen dan ketebalan enamel gigi sulung hanya setengah dari gigi permanen. 3 Prevalensi dan keparahan karies pada anak di bawah lima tahun di beberapa negara di dunia cukup tinggi. Di Amerika Serikat, prevalensi ECC pada anak usia 3-5 tahun sebesar 90. Di Thailand prevalensi ECC pada bayi usia 15-19 bulan adalah 82,8. Edelstein dan Tinanoff menemukan bahwa 30,5 dari 200 anak prasekolah berusia antara 6 bulan sampai 5 tahun memiliki karies yang bisa terdeteksi dengan pemeriksaan visual atau radiografi. 3 Prevalensi ECC di Malaysia adalah tinggi sebanyak 76,2. Pada survei nasional didapati negeri Kelantan mempunyai prevalensi tertinggi sebanyak 95,8 pada anak-anak prasekolah. Hal ini karena anak-anak di Kelantan mengonsumsi makanan bergula yang tinggi serta tempat tinggal mereka mempunyai fluoridasi air yang rendah. 6 Prevalensi karies di Indonesia pada anak usia 3-5 tahun terus meningkat. Pada tahun 1988, prevalensi karies pada anak prasekolah di Jakarta dan sekitarnya adalah 85,17 dan pada tahun 2001, prevalensi karies pada anak usia 3-5 tahun di DKI Jakarta adalah 81,2 sehingga merupakan masalah yang kritis karena diperparah dengan faktor-faktor risiko lain seperti keluarga yang berpendapatan rendah, malnutrisi, mineralisasi gigi sulung, jumlah Streptokokus mutans yang tinggi, pola makan yang tidak tepat, dan buruknya oral higiene anak serta faktor lainnya. 7 Sedangkan prevalensi ECC anak usia dibawah tiga tahun yang dilakukan oleh Febriana di Jakarta adalah sebesar 52,7. Dibeberapa kota lain, misalnya di Bandung, prevalensi ECC sebesar 56,78. 7 Besarnya prevalensi ECC pada beberapa kota di Indonesia menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang salah satu faktor risiko karies yaitu perilaku diet anak sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Nabila Nasution pada anak Universitas Sumatera Utara usia 12-36 bulan di Kecamatan Medan Selayang, namun hasilnya belum dipublikasikan. Penelitian sebelumnya menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup tanpa adanya pencatatan diet anak selama 7 hari sedangkan pada penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan kartu perilaku diet anak dengan melihat konsumsi makanan dan minuman anak selama 7 hari yang kemudian dianalisis dengan kriteria tertentu. Tempat penelitian adalah di Puskesmas serta Playgroup dan Taman Kanak-Kanak TK di Kecamatan Medan Selayang. Alasan pemilihan tempat adalah untuk melanjutkan penelitian sebelumnya di Puskesmas, Taman Kanak-Kanak dan Playgroup tersebut serta adanya kerja sama dari pihak sekolah dalam kelangsungan penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah