Kulcapi Balobat Keteng-keteng Mangkok

gendang telu sendalanen jarang dipakai seiring berkurangnya upacara–upacara ritual tersebut dalam masyrakat Karo, namun alat musik balobat dan keteng-keteng yang bagian dari ensambel tersebut masih dimainkan hingga saat ini walaupun dalam konteks yang berbeda. Dengan masih dipergunakannya balobat dalam kehidupan masyarakat walaupun itu digabung dengan alat musik yang lain, dengan repertoar lagu yang berbeda hal tersebut akan menjadikannya tetap terpelihara dan berkesinambungan sebagai salah satu alat musik tradisonal Karo yang bertahan sampai saat ini.

4.3 Ensambel Gendang telu sendalanen

Ensambel gendang telu sendalanen adalah ensambel yang terdapa pada masyrakat Karo selain ensambel lima sendalanen, yang terdiri dari 1 Kulcapi chordophonebalobatblock flute, 2 keteng-keteng idiochordophone, dan 3 mangkok idiophone. Dalam ensambel ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu Kulcapi atau balobat. Sedangkan Keteng-keteng dan mangkok merupakan alat musik yang berfungsi sebagai ritem dan pembawa tempo.

4.3.1 Kulcapi

Kulcapi adalah alat musik petik tradisional Karo berbentuk lute yang terdiri dari dua buah senar, badan kulcapi terbuat dari pohon nangka, dahulu kala senarnya terbuat dari akar pohon aren enau namun sekarang telah diganti senar metal.

4.3.2 Balobat

Balobat merupakan alat musik tiup tradisional Karo yang tebuat dari bambu block flute. Instrumen ini mirip dengan alat musik recorder pada alat musik barat. Balobat Universitas Sumatera Utara memiliki enam buah lubang nada. Lubang nada pada balobat tersebut memiliki besar yang berbeda.

4.3.3 Keteng-keteng

Keteng-keteng merupakan alat musik yang terbuat dari bambu. Bunyi keteng-keteng dihasilkan dari dua buah “senar” yang diambil dari kulit bambu itu sendiri bamboo idiochord. Pada ruas bambu tersebut dibuat satu lobang resonator dan tepat di atasnya ditempatkan sebilah potongan bambu dengan cara melekatkan bilahan itu ke salah satu senar keteng-keteng. Bilahan bambu itu disebut gung, karena peran musikal dan warna bunyinya menyerupai gung dalam Gendang sarune. Bunyi musik yang dihasilkan keteng-keteng merupakan gabungan dari alat-alat musik pengiring Gendang sarune kecuali sarune karena pola permainan keteng-keteng menghasilkan bunyi pola ritem: gendang singanaki, gendang singindungi, penganak dan gung yang dimainkan oleh hanya seorang pemain keteng-keteng.

4.3.4 Mangkok

Mangkok yang dimaksud dalam hal ini adalah mangkuk yang berwarna putih polos, pada dasarnya bukan merupakan alat musik, namun dalam gendang telu sedalanen, mangkok tersebut digunakan sebagai instrumen pembawa tempo. Ensambel gendang sendalanen dalam masyrakat Karo digunakan untuk beberapa acara ritual, seperti raleng tendi, perumah begu, dan erpangir kulau. • Raleng tendi adalah sebuah acara ritual pada masyrakat Karo untuk memanggil roh orang yang terlepas dari tubuhnya. Masyrakat Karo meyakini bahwa roh manusia dapat terlepas dari badanya misalnya karena terkejut, ataupun karena melakukan hal yang terlarang di suatu tempat yang dianggap Universitas Sumatera Utara keramat, seperti di gunung, taupun sungai-sungai besar. Untuk mengembalikan roh tersebut dilakukanlah acara ritual raleng tendi dimana ensambel gendang telu sendalanen digunakan sebagai musik pengiring. • Perumah begu adalah acara yang dilakukan untuk memanggil roh yang telah meninggal, setelah orang yang meninggal dikuburkan, maka pada malam hari dilakukan acara perumah begu untk memanggil roh yang telah meninggal tersebut. • Erpangir ku lau adalah acara pembersihan diri dari hal-hal yang tidak baik, acara erpangir kulau dilakukan di sebuah sungai, salah satu tempat untuk erpangir ku lau bagi masyrakat Karo adalah di Desa Doulu. Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Terdapat dua buah ensambel pada masyrakat Karo yaitu ensambel gendang lima sendalanen dan telu sendalanen. Ensambel tersebut dipergunakan masyrakat Karo untuk mendukung upcara-upacara di dalam kehidupan mereka. Balobat adalah alat musik tiup tradisional Karo yang daapat dimainkan secara solo maupun dalam ensambel gendang telu sendalanen. Balobat dibuat dari ujung bambu tua yang biasanya kurang lebih sejengkal dan mempunyai enam buah lubang nada. Dalam pembuatan balobat terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh, mulai dari pemotongan bambu hingga pengukuran jarak lubang nada dan tuldak mempunyai aturan tersendiri yang telah dipakai dari dulu hingga sekarang. Saat ini masih ada beberapa orang yang membuat balobat diantaranya adalah Ropong Tarigan Sibero Berastagi, Fauzi Ginting Pancur Batu, Nampat Sinulingga Desa Lingga serta beberapa orang yang belum diketahui penulis. Ropong Tarigan Sibero adalah salah satu pembuat balobat yang sudah cukup tua, beliau sudah berumur 85 tahun, namun dalam usia yang sudah tua beliau tetap bekerja membuat alat musik. Alat musik buatan beliau telah banyak terjual dan tersebar di Indonesia bahkan ke luar negeri seperti Jerman, India, Amerika dan Malaysia. Keberadaan eksistensi instrument balobat dalam penggunanya sebagai bagian dari ensambel gendang telu sendalanen kini sudah sangat sulit ditemukan. Hal ini tidak terlepas dari semakin hilangnya acara-acara ritual dalam masyrakat karo yang menggunakan ensambel gendang telu sendalanen sebagai pengiringnya. Walaupun ensambel gendang telu sendalanen sudah jarang dimainkan, namun balobat sebagai instrument masih dipakai walaupun dalam fungsi dan pemakainnya mengalami pergeseran. Universitas Sumatera Utara

5.2. Saran