Sistem Bahasa Sistem Kekerabatan

Topografi Kecamatan Berastagi datar sampai dengan berombak adalah 65 , berombak sampai dengan berbukit 22, berbukit sampai dengan bergunung 13 dengan tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai dengan tinggi, didukunga lagi dengan curah hujan rata-rata 2.100 sampai dengan 3.200 mm pertahun. Kecamatan Berastagi terdiri dari enam desa dan empat kelurahan, dari data statistik tahun 2011 jumlah penduduk Kecamatan Berastagi adalah 44.734 . Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga KK, Kecamatan Berastagi terdiri 10.887 kepala keluarga. Mayoritas penduduknya adalah suku Karo sebanyak 75 dan selebihnya adalah suku Batak Toba, Nias, Jawa, Aceh, Simalungun, Keturunan Cina, Pakpak, Dairi dan lain-lain.

2.3 Sistem Bahasa

Bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Karo Cakap Karo, namun di pusat kota Berastagi selain bahasa Karo bahasa yang sering dipergunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa Indonesia, hal ini diakaibatkan karena Kota Berastagi merupakan pusat dari perdagangan, pajak tradisioanal, pajak buah, terminal angkutan umum, serta gerbang utama untuk wisatawan yang ingin berwisata di Tanah Karo, sehingga wajar bila selain bahasa Karo bahasa Indonesia juga kerap dipergunakan sebagai bahasa berkomunikasai sehari-hari.

2.4 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut sistem kekerabatan Patriliniel, seperti halnya yang dianut suku Batak lainnya Simalungun, Toba, Mandailing, PakpakDairi. Dalam sistem kekerabatan ini, setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga, baik laki-laki maupun perempuan, dengan sendirinya akan mengikuti garis keturunan atau marga dari ayahnya. Dengan demikian yang dapat meneruskan marga atau silsilah ayahnya Universitas Sumatera Utara adalah anak laki-laki. Sehingga apabila seorang anak perempuan menikah, maka anak-anak yang dilahirkannya akan mengikuti marga suaminya. Hal ini yang membuat kedudukan seorang anak laki-laki sangat penting dalam masyarakat Karo. Ada beberapa strukstur yang mendukung sistem kekerabatan pada masyarakat Karo yaitu: • Merga Silima • Tutur Siwaluh • Rakut Si Telu Merga Silima dalah jumlah marga merga yang ada pada suku Karo yaitu: 1. Karo-Karo 2. Ginting 3. Tarigan 4. Sembiring 5. Perangin-angin Tutur siwaluh adalah delapan unsur keturunanan yang terdapat pada seorang yang bersuku Karo kalak Karo, empat dari ayah dan empat dari ibu. Tutur siwaluh inilah yang selalu dipergunakan saat suku Karo bertutur satu sama lain, dari hasil tutur siwaluh inilah seseorang akan tau posisinya dengan orang lain dalam adat. Berikut ini adalah beberapa cara dalam hal menarik garis keturunan seseorang dalam Suku Karo atau yang disebut dengan Tutur Siwlauh atau Terombo; Mergaberu Merga dalam Suku Karo dipakai oleh lelaki, sedangkan beru dalam Suku Karo itu dipakai oleh Perempuan. Mergaberu dalam Suku karo diambil dari Marga keluarga Ayahnya, yang Universitas Sumatera Utara dimana dalam Suku Karo itu terdapat lima Marga besar yaitu Sembiring, Ginting, Perangin- Angin, Karo-karo dan Tarigan. Contoh pemakain Merga atau Beru: Bapak saya bermarga Sembiring Brahmana, maka saya bermarga Sembiring Brahmana, begitu juga dengan adik perempuan saya yang mempunyai beru Sembiring Brahmana. Bre-bre Bere-bere yang dipakai seseorang dalam Suku Karo, berasal dari beru yang dipakai oleh ibu. Pengunaan bere-bere dalam Suku Karo sama dengan pemakaian Margaberu dalam seseorang, bedanya kalau Marga beru yang digunakan seseorang itu berasal dari Marga ayah, tetapi kalau bere-bere dalam seseorang itu berasal dari Beru ibu. Bere-Bere dalam Rakut Sitelu disebut juga dengan Kalimbubu Simupus. Contoh pemakaian Bere-Bere dalam seseorang Suku Karo: Ibu saya Beru Ginting maka saya bere-bere Ginting, begitu juga dengan adik-adik saya. - Binuang Binuang yang terdapat dalam seseorang Suku Karo, berasal dari bere-bere ayah atau dengan kata lain beru yang digunakan oleh nenekibu dari ayah. Binuang dalam Rakut Sitelu disebut juga dengan kalimbubu Bena-Bena. Contoh pemakaian Binuang dalam seseorang Suku Karo: ayah saya mempunyai bere-bere Ketaren, maka binuang dalam diri saya adalah Ketaren. - Kempu atau Perkempun Kempu atau Perkempun dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere ibu atau dengan kata lain beru yang dimiliki nenek ibu dari ibu. Kempu dalam Rakut Sitelu disebut juga dengan Kalimbubu Singalo Perkempun. Contoh pemakain Kempu atau Perkempun dalam seseorang Suku Karo: ibu saya mempunyai bere-bere Sitepu, maka Kempu atau Perkempun dalam diri saya adalah Sitepu. Universitas Sumatera Utara - Kampah Kampah dalam seseorang Suku Karo berasal dari beru dari ibu kakek, kakek yang dimaksud adalah ayah dari ayah, atau dengan kata lain bere-bere dari kakek ayah dari ayah. Kampah sendiri disebut juga denggan kalimbubu dari seseorang. Contoh pemakaian kampah dari seseorang Suku Karo; kakek ayah dari ayah mempunyai bere-bere Sebayang, maka Kampah dalam diri saya adalah Sebayang. - Entah Entah dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere dari nenek ibu dari ayah, atau dengan lain Entah adalah beru dari nini nenek dari bapak. Entah dalam Rakut Sitelu disebut jugad dengan puang kalimbubu. Contoh pemakian Entah dalam seseorang Suku Karo: nenek ibu dari ayah saya mempunyai bere-bere Sembiring Kloko, jadi saya Entah saya adalah Sembiring Kloko. - Ente Ente dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere kakek ayah dari ibu, dalam Ruku Sitelu Ente termasuk ke dalam Puang Kalimbubu. Contoh pemakaian Ente dalam seseorang Suku Karo : kakek ayah dari ibu saya mempunyai bere-bere Sembiring Brahamana, sehingga Ente saya adalah Sembiring Brahmana. - Soler Soler dalam seseorang Suku Karo berasal dari bere-bere nenek ibu dari ibu, yang dimana dalam Rakut Sitelu Soler termasuk ke dalam Puang ni Puang. Contoh pemakaian Soler dalam seseorang Suku Karo: nenekibu dari ibu saya mempunyai bere-bere Sembiring Depari, sehingga saya mempunyai Soler Sembiring Depari. Rakut Si Telu adalah tiga ikatan hubungan pada masayarakat Karo yang menjadi 1. Sukut 2. Kalimbubu Universitas Sumatera Utara 3. Anak beru Rakut Si Telu sangat berperan penting dalam upacara adat bagi masyarakat Karo, jika dalam sebuah upacara adat salah satu dari Rakut Sitelu belum hadir maka acara adat tersebut tidak dapat dimulai.

2.5 Mata Pencaharian