Kadar Zat Pewarna Pada Mie Sagu

Sedangkan menurut Cahyadi 2006, jika formaldehid terakumulasi dalam jumlah besar didalam tubuh, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh dan bahkan bisa menyebabkan kanker. Dalam jumlah sedikit, formalin akan larut dalam air, serta akan dibuang ke luar bersama cairan tubuh. Sehingga formalin sulit dideteksi keberadaannya di dalam darah. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Pada usia anak, usus imatur belum sempurna atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal ini juga akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya. Judarwanto, 2006

5.2. Kadar Zat Pewarna Pada Mie Sagu

yang di Jual di Pasar Tradisional Kota Bengkalis Riau Tahun 2012 Selain formalin salah satu masalah keamanan pangan yang juga memerlukan pemecahan masalahnya yaitu penggunaan bahan tambahan pada bahan makanan yang juga sering digunakan yaitu pewarna makanan. Penampilan makanan termasuk dari segi warnanya, memang sangat berpengaruh untuk menggugah selera. Pewarna makanan merupakan benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap makanan yang di warnainya. Tujuan pemberian warna dimaksudkan agar makanan terlihat lebih berwarna sehingga menarik perhatian konsumen. Bahan pewarna umumnya berwujud cair dan bubuk yang larut di air. BP, 2011 Zat warna menurut Witt 1876 merupakan gabungan zat organik tidak jenuh, kromofor dan auksokrom. Zat organik tidak jenuh adalah molekul zat warna yang berbentuk senyawa aromatik yang terdiri dari hidrokarbon aromatik, fenol dan senyawa yang mengandung nitrogen. Kromofor adalah pembawa warna sedangkan auksokrom adalah pengikat antara warna dengan serat. Sorandaka, 2012. Menurut Winarno 1997, penggunaan zat pewarna pada makanan dan minuman adalah untuk mempertajam atau menyeragamkan warna bahan makanan yang mengalami perubahan pada saat atau proses pengolahan, memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Purba, 2009. Metode yang digunakan pada pemeriksaan pewarna pada mie sagu yaitu dengan menggunakan uji kualitatif, yaitu menentukan ada atau tidaknya zat pewarna dalam sampel yaitu dengan metide ekstraksi dan uji kuantitatif, yaitu menentukan kadar pewarna pada makanan dengan menggunakan metode gravimetri. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif terhadap seluruh sampel yang dilakukan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan, diperoleh dari seluruh sampel tidak mengandung bahan pengawet zat pewarna, ini menunjukkan bahwa seluruh sampel yang diperiksa memenuhi syarat kesehatan karena jumlah kandungan zat pewarna tidak melebihi Nilai Ambang Batas bahkan tidak ada sama sekali sesuai yang telah ditetapkan oleh Permenkes No. 722MenkesPerIX1988 tentang zat pewarna. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan diperoleh bahwa mie sagu bebas dari bahan kimia berbahaya karena tidak mengandung kadar zat pewarna. Hal ini menunjukkan bahwa mie sagu memenuhi syarat kesehatan dalam tambahan kandungan zat pewarna sesuai standard Permenkes No. 722MenkesPerIX1988 tentang bahan tambahan makanan yang menyatakan bahwa pada mie sagu tidak boleh memakai bahan pewarna makanan. Penelitian secara kuantitatif pada 10 sampel mie sagu yang dijual di Pasar Tradisional Bengkalis Riau digunakan dengan menggunakan metode Gravimetri. Metode ini dilakukan untuk mengetahui kadar zat pewarna pada mie sagu. Penelitian secara kuantitatif tidak dilakukan pada sampel karena berdasarkan metode kualitatif diketahui bahwa sampel tidak mengandung zat pewarna baik alami maupun sintetik sehingga metode kuantitatif tidak perlu dilakukan Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN