12 Perbedaan jangkauan penetrasi sinar UV ke dalam kulit dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut ini :
Gambar 2.1 Perbedaan jangkauan penetrasi sinar UV ke dalam kulit
Radiasi UVC di saring oleh ozon pada lapisan stratosfer, sehingga hanya UVA dan UVB yang dapat mencapai permukaan bumi. UVA lebih mudah untuk
berpenetrasi ke dalam lapisan kulit terdalam dibandingkan dengan UVB. UVA tidak dapat tersaring oleh gelas dan diperkirakan sekitar 50 dari pemaparan
UVA timbul dalam tempat teduh Velasco, et al., 2008; Dutra, et al., 2004.
2.4 Mekanisme Perlindungan Alami Kulit
Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap paparan sinar matahari. Mekanisme pertahanan tersebut adalah dengan penebalan
stratum korneum dan pigmentasi kulit. Perlindungan kulit terhadap sinar UV disebabkan oleh peningkatan jumlah melanin dalam epidermis. Butir melanin
yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran UVB akan berpindah ke
Universitas Sumatera Utara
13 stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar UVA. Jika
kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari Ditjen POM., 1985; Velasco, et al., 2008.
Semakin gelap warna kulit tipe kulit seperti yang dimiliki ras Asia dan Afrika, maka semakin banyak pigmen melanin yang dimiliki, sehingga semakin
besar perlindungan alami dalam kulit. Namun, mekanisme perlindungan alami ini dapat ditembus oleh tingkat radiasi sinar UV yang tinggi, sehingga kulit tetap
membutuhkan perlindungan tambahan EPA., 2006.
2.5 Bahan Tabir Surya
Banyak bahan tabir surya yang sudah beredar dipasaran. Beberapa syarat- syarat bahan aktif untuk preparat tabir surya yaitu:
a. Efektif menyerap radiasi UVB tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan dapat menjadi toksik atau
menimbulkan iritasi b. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap
c. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya d. Tidak berbau atau boleh berbau ringan
e. Tidak toksik, f. Tidak mengiritasi
g. Tidak menyebabkan sensitisasi COLIPA., 2007; EPA., 2006. Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan
kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam suatu sediaan kosmetika
Wasitaatmadja, 1997.
Universitas Sumatera Utara
14 Ada 2 macam bahan tabir surya, yaitu:
1. Tabir surya kimia Merupakan bahan-bahan yang dapat melindungi kulit dengan
mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu pengabsorbsi kimia
UVB dan UVA Velascao, et al., 2008. Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktilmetoksisinamat
sebagai UVB filter yang paling banyak digunakan. Oksibenson adalah benzofenon yang paling luas digunakan, mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua
bahan ini memiliki kekurangan yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi Nguyen dan Rigel, 2005.
Kandungan tabir surya kimia memungkinkannya terserap ke dalam tubuh dan bekerja dengan menyerap radiasi sinar UV. Umumnya, tabir surya kimia
hanya menyerap sinar UVB saja, dan agar dapat bekerja sempurna jenis tabir surya ini harus digunakan minimal 20 menit sebelum terpapar sinar matahari
WHO., 2002; Iskandar, 2008. 2. Tabir surya fisik
Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan radiasi UV. Tabir surya fisik secara umum adalah oksida logam. Bahan ini
menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia karena memberikan perlindungan terhadap UVA dan UVB, dan juga merupakan bahan
yang tidak larut dalam air EPA., 2006. Sebagai pembanding, bahan ini kurang diterima oleh kebanyakan orang karena bahan ini biasanya membentuk lapisan
film penghalang pada kulit yang menimbulkan rasa kurang nyaman. Zink oksida
Universitas Sumatera Utara
15 merupakan tabir surya fisik yang lebih efektif dibandingkan titanium dioksida
Wasitaatmadja, 1997. Sediaan dengan bahan yang mampu memantulkan cahaya dapat lebih
efektif bagi mereka yang terpapar radiasi UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung. Popularitas bahan-bahan ini meningkat belakangan ini karena
toksisitasnya yang rendah. Zat-zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman, karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya.
Bahan ini juga stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau fotoalergik EPA., 2006; Nguyen dan Rigel, 2005.
2.5.1 Oktilmetoksisinamat
Oktilmetoksisinamat OMC adalah bahan yang paling banyak digunakan dalam sediaan tabir surya. Penggunaan secara topikal jarang menimbulkan iritasi
kulit. Konsentrasi penggunaan berkisar antara 2-7,5. Oktilmetoksisinamat
tergolong dalam tabir surya kimia yang melindungi kulit dengan cara menyerap energi dan radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Senyawa-senyawa
golongan ini menyerap radiasi UV dan mengubahnya ke dalam bentuk radiasi dengan panjang gelombang yang lebih besar Barel, et al., 2009; Wahlberg, et al.,
1999. Senyawa golongan sinamat menyerapa sinar pada panjang gelombang 290-
320 nm pada daerah UVB. Saat terekspos ke cahaya, oktilmetoksisinamat berubah dari bentuk oktil-p-metoksi-trans-sinamat E-OMC menjadi oktil-p-
metoksi-cis-sinamat Z-OMC. Walaupun tidak terbentuk produk degradasi lain selain cis oktilmetoksisinamat namun perubahan ini menyebabkan berkurangnya
efikasi UV filter dari trans oktil metoksisinamat Pattanargson et al., 2004.
Universitas Sumatera Utara
16 Rumus bangun oktilmetoksisinamat dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah
ini :
Gambar 2.2 Rumus bangun oktilmetoksisinamat
Sifat fisikokimia oktilmetoksisinamat menurut Wahlberg, et al., 1999 Nama Kimia
: 2 Ethylhexyl 3-4-Methoxyphenyl-2 Propenoate Struktur Kimia
: C18H26O3, BM 290,40 gmol Penampilan
: cairan minyak berwarna kuning pucat yang jernih Rasa
: tidak berasa Kelarutan
: larut dalam etanol, propilen glikol, isopropanol Indeks refraksi
: 1,5420 – 1,5480
2.5.2 Titanium dioksida
Titanium dioksida TiO
2
berbentuk serbuk putih tidak berbau, tidak berasa dan tidak larut air serta pelarut organik. Titanium dioksida tergolong ke dalam
jenis tabir surya fisik. Tabir surya fisik adalah partikel yang memantulkan energi dari radiasi UV. Dalam jumlah yang cukup, tabir surya jenis ini mampu berfungsi
sebagai pelindung fisik terhadap paparan UV dan cahaya tampak. Senyawa ini memiliki fotostabilitas yang tinggi dan tingkat toksisitas yang rendah Setiawan,
2010. Penggunaan titanium dioksida pada sediaan tabir surya bertujuan
meningkatkan perlindungan terhadap bahaya yang disebabkan oleh radiasi ultraviolet karena umumnya sediaan tabir surya yang hanya mengandung UV
Universitas Sumatera Utara
17 filter kimia tidak dapat menahan radiasi sinar UVA ke kulit EPA., 2006;
COLIPA., 2007.
2.6 Sediaan Tabir Surya
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membaurkan atau menyerap secara efektif sinar matahari, terutama daerah emisi
gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari. Mencegah interaksi sinar UV dengan
kromofor kulit merupakan fungsi utama dari tabir surya EPA., 2006. Tabir surya tersedia dalam bentuk lotion, krim, salep, gel, dan larutan
solution. Efektivitas penggunaannya tergantung dari bahan kimia, daya larut dalam vehikulum bahan pembawa lipofilik atau hidrofilik, kemampuan absorbsi
UV, konsentrasi bahan kimia, dan jumlah tabir surya yang dioleskan. Untuk hasil terbaik, disarankan pemakaian tabir surya dilakukan secara tipis pada permukaan
kulit. Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan standar international, pemakaian tabir surya dengan ketebalan hanya sebanyak 2 mgcm
2
Sayre, et al., 1979; WHO., 2002.
Tabir surya yang baik adalah dapat mengabsorbsi 99 gelombang UV dengan panjang gelombang 297 nm pada ketebalan 0,001 dan dapat meneruskan
radiasi eritemogenik 15–20. Dapat melindungi radiasi UV paling sedikit 25 kali dosis eritema minimal, dapat menahan radiasi selama 8 jam. Setiawan, 2010;
Velasco, et al., 2008. Syarat-syarat preparat kosmetik tabir surya yaitu:
a. Mudah dipakai
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
18 c.
Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur, bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit Tranggono dan
Latifah, 2007.
2.7 Sun Protection Factor