Analisis Kasus Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Korupsi dalam Proyek Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ( Studi Putusan No. 64/ Pid.Sus. K/ 2013/ PN.Mdn)

c. Surat Petikan Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor:166 tahun 2011 tanggal 11 Juli 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Struktural Eselon II, III, dan IV Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir d. Daftar pengisian penggunaan anggaran DIPA T.A. 2012 Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir e. Daftar Kegiatan Fisik Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir Tahun Anggaran 2012 f. Foto Copy Suat Perjanjian Jual-Beli Truk tertanggal 8 Nopember 2011 g. Rekening Koran Bank Mandiri Nomor 1070100331877 atas nama Marojahan Pangaribuan yang mengeluarkan cek EF 461014 senilai Rp. 500.000.000,- Lima ratus juta rupiah h. Tanda transaksi pencairan cek Nomor 461014 dari Nomor Rekening 1070100331877 atas Nama Marojahan Pangaribuan, yang dikeluarkan dan ditanda tangani oleh Hombar Tua Simanjuntak sebagai Community Branch Balige PT. Bank Mandiri Persero Tbk, dikembalikan kepada Jaksa Penuntut umum guna dipergunakan dalam perkara lain 4 Menghukum Terdakwa untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp. 5.000,- lima ribu rupiah.

F. Analisis Kasus

Setelah membaca dan mempelajari putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 64 Pid. Sus. K 2013 PN. Mdn, dapat diketahui bahwa telah terjadi tindak pidana korupsi berbentuk suap dalam proses pengadaan barangjasa di Dinas Kesehatan Toba Samosir T.A. 2012 dengan terdakwa dr. Haposan Siahaan, Universitas Sumatera Utara M.Kes. Terdakwa adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013. Dalam hal ini kedudukan terdakwa dalam pengadaan barang dan jasa di Dinas Kesehatan Toba Samosir ini adalah sebagai Pengguna Anggaran PA. Adapun yang menjadi tugas pokok dan kewenangan Pengguna Anggaran PA adalah menetapkan Rencana Umum Pengadaan, mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan, menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen PPK, menetapkan Pejabat Pengadaan, menetapkan PanitiaPejabat Penerima Hasil Pekerjaan, menetapkan pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya dengan nilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 Seratus Miliar Rupiah atau pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultasi dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,00 Sepuluh Miliar Rupiah, mengawasi pelaksanaan anggaran, menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, menyelesaikan perselisihan antara Pejabat Pembuat Komitmen PPK dengan ULPPejabat Pengadaan dalam hal terjadi perbedaan pendapat dan mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan BarangJasa. Dalam proses pengadaan barang dan jasa terlihat bahwa Pengguna Anggaran PA mempunyai tugas dan kewenangan yang sangat besar dan hal ini dapat mengakibatkan rentan terjadi dengan tindak pidana korupsi. Terdakwa didakwa menerima suap fee proyek Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir sebesar Rp. 950.000.000,- Sembilan ratus lima puluh Universitas Sumatera Utara juta rupiah yang terdiri dari uang tunai sebesar Rp. 450.000.000,- empat ratus lima puluh juta rupiah dan dalam bentuk cek sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah, yang mana pemberian suap fee ini ditujukan supaya terdakwa membagi-bagikan proyek kepada para pemberi fee tersebut namun faktanya para pemberi fee tersebut tidak pernah mendapatkan proyek. Dalam pengadaan barang dan jasa, ada 3 kemungkinan yang menjadi tujuan para pelaku melakukan suap-menyuap yaitu: 4. Supaya pengelola kegiatan pengadaan barangjasa menerima penawaran barangjasa yang diajukan oleh rekanan. 5. Supaya pengelola kegiatan pengadaan barangjasa memenangkan perusahaan penyuap dalam tenderlelang. 6. Supaya pengelola kegiatan pengadaan barangjasa menerima barangjasa yang diserahkan oleh rekanan yang kualitas danatau kuantitasnya sebenarnya lebih rendah dibandingkan dengan kualitas dan kuantitas barangjasa yang diperjanjikan dalam kontrak. Dalam kasus ini, yang menjadi tujuan para calon rekanan melakukan penyuapan kepada Kepala Dinas Terdakwa adalah supaya Kepala Dinas dapat memenangkan perusahaan para penyuap dalam proses tenderlelang oleh karenya kasus suap ini merupakan kasus korupsi dalam tahap perencanaan pengadaan barang dan jasa. Proses pengadaan seharusnya transparan, dan transparansi disini mencakup kecukupan informasi mengenai syarat-syarat pengadaan, aturan-aturan dan kriteria pemenang. Keterbukaan mencakup pengumuman rencana pengadaan, Universitas Sumatera Utara pengumuman lelang, peserta lelang dan pengumuman pemenang lelang pada papan pengumuman instansi atau melalui website pengadaan nasional. 245 Dalam surat dakwaan alternatif ini, antara dakwaan yang satu dengan yang lain saling mengecualikan dan memberi “pilihan” kepada Hakim atau pengadilan untuk menentukan dakwaan mana yang tepat dipertanggungjawabkan kepada terdakwa sehubungan dengan tindak pidana yang dilakukannya. Dalam putusan Pengadilan Negeri Medan, yaitu Putusan Nomor : 64 Pid. Sus. K 2013 PN.Mdn, Terdakwa didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan surat dakwaan yang berbentuk alternatif. 246 Dalam surat dakwaan yang berbentuk alternatif terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis, lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada lapisan lainnya. Dalam dakwaan alternatif ini, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang Jaksa Penuntut Umum JPU telah mendakwa Terdakwa melakukan tindak pidana sebagaimana dalam Pasal 5 ayat 2 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau Pasal 11 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau Pasal 12 huruf a Jo. Pasal 18 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 245 Rohim, op.cit, hlm. 53-54. 246 M. Yahya Harahap, Pembahasan dan Permasalahan KUHAP-Penyidikan dan Penuntutan Edisi Kedua, Cetakan Kesebelas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 400. Universitas Sumatera Utara dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Oleh karena dalam dakwaan yang berbentuk alternatif hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi, maka dalam hal ini akan terlebih dahulu dipertimbangkan dakwaan kesatu yaitu melanggar Pasal 5 ayat 2 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Untuk membuktikan unsur-unsur Pasal 5 ayat 2 tersebut maka dapat diperoleh dari bukti keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan Terdakwa serta bukti rekaman data atau informasi yang dijadikan sebagai bukti petunjuk Pasal 26A Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yaitu sebagai berikut : a Unsur “Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara” Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menjelaskan pengertian Pegawai Negeri sebagai berikut : a Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Kepegawaian. b Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. c Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan Negara atau daerah. Universitas Sumatera Utara d Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan Negara atau daerah, atau e Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari Negara atau masyarakat. Bahwa pengertian Penyelenggara Negara didasari pada pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, menegaskan bahwa Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Bahwa Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, menyebutkan bahwa Penyelenggara Negara meliputi : a Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara b Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara c Menteri d Gubernur e Hakim f Pejabat Negara yang lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku, dan g Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan Penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku. Bahwa benar Terdakwa dr. Haposan Siahaan, M.Kes adalah seorang Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013 yang dapat diketahui berdasarkan fakta- fakta yang terungkap dipersidangan, yaitu sebagai berikut: 1 Keterangan Terdakwa pada yang pada pokoknya menerangkan bahwa benar Terdakwa adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir sejak Universitas Sumatera Utara Tahun 2011 sampai dengan diberhentikan pada Februari 2013. Selain keterangan terdakwa, diperkuat pula dengan adanya Surat Petikan Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor: 116 Tahun 2011 tanggal 11 Juli 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Struktural Eselon II, III, dan IV di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir. Bahwa Terdakwa adalah Pegawai Negeri Sipil yang menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai jabatan dan kewenangan yang mana hal ini dibuktikan berdasarkan keterangan Terdakwa yang dikuatkan dengan barang bukti berupa Surat Petikan Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor: 116 Tahun 2011 tanggal 11 Juli 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Struktural Eselon II, III, dan IV di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir maka unsur “Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara” sebagaimana tersebut diatas telah terpenuhi. b Unsur “Yang Menerima Pemberian atau Janji” Bahwa sebagaimana tersebut dalam dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum Terdakwa telah didakwa sehubungan dengan adanya pelaksanaan proyek pada Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir Propinsi Sumatera Utara pada Tahun Anggaran 2012, telah menerima uang dari dr. Wesli Napitupulu sebagai bentuk fee proyek yang besarnya Rp. 950.000.000,- Sembilan ratus lima puluh juta rupiah, yang terdiri uang tunai sebesar Rp. 450.000.000,- empat ratus lima puluh juta rupiah dan bentuk cek senilai Rp. 500.000.000,- Lima ratus juta rupiah. Sehubungan dengan adanya perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa, maka perlu dikaji lebih lanjut apakah Terdakwa terbukti telah menerima uang Universitas Sumatera Utara yang dapat diketahui berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan yang diperoleh dari bukti-bukti yang ada baik itu berupa bukti surat, keterangan saksi, keterangan ahli, bukti petunjuk maupun bukti lainnya, yaitu sebagai berikut : 1 Berdasarkan keterangan saksi Rommi Simanungkalit, saksi Gustaf Manaor Saragi, saksi dr. Wesli Napitupulu, saksi Panal Simanjuntak serta keterangan dari Terdakwa, diperoleh fakta bahwa telah terjadi pertemuan di Siantar Hotel dengan terdakwa dr. Haposan Siahaan, M.Kes. 2 Berdasarkan keterangan saksi Rommi Simanungkalit bahwa saksi melihat dr. Wesli Napitupulu membawa tas berwarna hitam ke lobby Siantar Hotel yang mana tas tersebut diduga berisi uang yang akan diserahkan kepada dr. Haposan Siahaan, M.Kes Terdakwa dan saksi tidak lagi melihat dr. Wesli Napitupulu membawa tas tersebut ke dalam mobil. Keterangan saksi Rommi Simanungkalit juga dikuatkan dengan keterangan dari saksi Tahan Manullang dan saksi Panal Simanjuntak yang pada pokoknya sama-sama menerangkan bahwa dr. Wesli Napitupulu ada membawa tas berwarna hitam yang diduga berisi uang, namun setelah kembali ke mobil, dr. Wesli Napitupulu tidak lagi membawa tas tersebut sebagaimana pula Terdakwa telah menerima tas tersebut. 3 Sesuai dengan keterangan saksi Rommi Simanungkalit, uang yang ada dalam tas tersebut diberikan oleh Panal Simanjuntak kepada Maruhum Sinambela di depan Bank Sumut Cabang Balige dan selanjutnya uang tersebut diserahkan Maruhum Sinambela kepada saksi untuk dimasukkan ke dalam sebuah tas warna hitam yang telah tersedia di dalam mobil yang terparkir di depan Bank Universitas Sumatera Utara Sumut Cabang Balige, tas yang berisi uang tersebut kemudian dibawa oleh saksi, Maruhum Sinambela dan Panal Simanjuntak ke rumah dr. Wesli Napitupulu untuk diserahkan ke dr. Wesli Napitupulu yang mana saat turun dari mobil saksi lah yang membawa turun tas tersebut dan kemudian saksi letakkan di atas meja kerja Marlina Simanjuntak, dan selanjutnya Panal Simanjuntak mengambil tas tersebut dan kemudian bersama-sama dengan Maruhum Sinambela mengantarkan tas tersebut ke ruangan belakang rumah dr. Wesli Napitupulu. 4 Adapun jumlah uang sebesar Rp. 950.000.000,- Sembilan ratus lima puluh juta rupiah yang diduga diterima terdakwa dr. Haposan Siahaan, M.Kes dari dr. Wesli Napitupulu di Siantar Hotel berasal dari Marojahan Pangaribuan Pemilik Lindur Plan Laguboti sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah dalam bentuk cek, dari Maruhum Sinambela sebesar Rp.200.000.000,- dua ratus juta rupiah, Dra. Lisbet Rialam Siahaan sebesar Rp. 150.000.000, seratus lima puluh juta rupiah, dan dr. Wesli Napitupulu sebesar Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah. Fakta tersebut terbukti atas adanya keterangan dari saksi Rommi Simanungkalit yang mana saksi jelas mengetahui bahwa Dra. Lisbet Siahaan juga menyerahkan uang yaitu sebesar Rp.150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah kepada Maruhum Sinambela, dan disamping itu bahwa di kalangan para kontraktor dan pengusaha, hal tersebut sudah sering dibicarakan dan hal tersebut saksi yakini memang benar. Hal ini juga diperkuat dengan keterangan saksi Pamahar Pardosi dipersidangan yang menyatakan bahwa saksi Lisbet Siahaan pernah Universitas Sumatera Utara menelepon saksi setelah ribut-ribut masalah proyek, dan mengatakan supaya saksi jangan lagi meributkan masalah pemberian fee proyek tersebut, karena uang Lisbet Siahaan juga ada untuk mengurus proyek tersebut. 5 Terhadap adanya pemberian uang dalam bentuk cek senilai Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah oleh Marojahan Pangaribuan dibuktikan dengan adanya pencairan cek yang dicairkan dengan alasan adanya jual-beli Truk sebagaimana tersebut dalam bukti Foto Copy Surat Perjanjian Jual-Beli Truk tertanggal 6 Nopember 2011 yang tertuang dalam Rekening Koran Bank Mandiri Nomor: 1070100331877 atas nama Marojahan Pangaribuan yang mengeluarkan cek EF 461014 senilai Rp. 500.000.000,- Lima ratus juta rupiah, dengan bentuk tanda transaksi pencairan cek nomor 461014 dari nomor Rekening 1070100331877 atas Nama Marojahan Pangaribuan, yang dikeluarkan dan ditanda tangani oleh Hombar Tua Simanjuntak sebagai Community Branch Balige PT. Bank Mandiri Persero Tbk. 6 Adanya pemberian uang dari saksi Maruhum Sinambela kepada terdakwa dr. Haposan Siahaan, M.Kes sebesar Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah yang dibuktikan dari adanya keterangan dari saksi Maruhum Sinambela pada saat pemeriksaan BAP tanggal 20 November 2012 oleh Penyidik Kejaksaan Negeri Balige yang pada pokoknya terdakwa menerangkan bahwa selama saksi bekerja atau mengikuti proyek-proyek Pemerintah bahwa saksi sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan atau proyek. Dan memang sekitar bulan Nopember 2011 dr. Wesli datang kepada saksi dan menerangkan tentang pekerjaan T.A. 2012 di Dinas Kesehatan Tobasa maka yang bersangkutan dr. Universitas Sumatera Utara Wesli meminta sejumlah uang yaitu sebesar 10 dari rencana proyek kepada saksi dan yang bersangkutan juga menyatakan “kalau tidak begitu ya tidak dapat proyek”, dan karena saksi ingin mendapat proyek demi kelangsungan hidup keluarga saksi, maka dengan berat hati saksi mencoba untuk mencari pinjaman untuk memenuhi permintaan dr. Wesli tersebut yang katanya akan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tobasa, dan sekitar hari Sabtu tanggal 10 Desember 2011 saksi mendapat pinjaman sebesar Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah dan langsung saksi serahkan ke dr. Wesli di rumahnya di jalan Sisingamangaraja di ruangan tamu belakang, saksi datang ke rumah dr. Wesli adalah bersama dengan Rommi Simanungkalit dengan mobilnya, namun yang masuk ke rumah tersebut adalah hanya saksi sendiri dan Rommi Simanungkalit berada di dalam mobil. 7 Terhadap adanya pengumpulan uang oleh dr. Wesli Napitupulu sebesar Rp. 950.000.000,- Sembilan ratus lima puluh juta rupiah yang diduga akan diberikan kepada dr. Haposan Siahaan, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir dalam rangka pengurusan proyek di Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir, telah dibuktikan pula dengan adanya keterangan ahli Drs. Flansius Tampubolon, M.Hum atas adanya rekaman suara yang ada di Memory Card yang dijadikan barang bukti dalam perkara ini, dimana suara yang ada dalam rekaman tersebut diduga suara terdakwa dr. Haposan Siahaan, M.Kes, Maruhum Sinambela, dan Pamahar Pardosi yang pada umumnya menggunakan bahasa Batak Toba, dimana ahli menerangkan bahwa ada pengumpulan sejumlah uang yang dilakukan oleh dr. Wesli Universitas Sumatera Utara Napitupulu untuk pengurusan proyek di Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir. Adanya uang yang terkumpul sebanyak Sembilan Setengah karena dalam rekaman hanya disebutkan Sembilan Setengah dan dari rekaman dapat disimpulkan uang sebanyak Sembilan Setengah tersebut terhimpun dari uang dr. Wesli Napitupulu sebesar Seratus, dari Lisbet Siahaan sebesar Seratus Lima Puluh, dan uang dari Maruhum Sinambela sebesar Dua Ratus dan dari Marojahan Pangaribuan sebesar Lima Ratus berupa cek. Adanya penyerahan uang sebesar Sembilan Ratus Lima Puluh dari tangan Maruhum Sinambela kepada terdakwa dr. Haposan Siahaan, M.Kes dilakukan pada malam hari di Siantar Hotel. Sehubungan dengan adanya alat bukti sebagaimana tersebut diatas, untuk mengkaji lebih mendalam apakah Terdakwa ada menerima uang atau tidak, maka hal tersebut akan dipertimbangkan dengan menggunakan alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat 1 huruf d KUHAP, yakni alat bukti Petunjuk. Sebagaimana dalam Pasal 188 ayat 1 KUHAP, bahwa Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. 247 Alat bukti Petunjuk sebagaimana dimaksud hanya dapat diperoleh dari Keterangan Saksi, Surat, dan Keterangan Terdakwa. 248 247 Pasal 188 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana. 248 Pasal 188 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pemeriksaan Terdakwa dipemeriksaan persidangan, pada dasarnya Terdakwa telah mengakui atas adanya hasil rekaman yang telah diterangkan dipersidangan oleh saksi ahli Drs. Flansius Tampubolon, M.Hum sebagaimana juga tersebut dalam barang bukti 1 buah Memory Card yang berisikan rekaman suara pembicaraan yang diduga suara Terdakwa, Maruhum Sinambela, Pamahar Pardosi terkait fee proyek Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir T.A. 2012 dengan size 6.76 Mb sebagaimana mana atas Memory Card tersebut telah dipergunakan dengan menggunakan barang bukti Handphone HP Merk Nokia. Berdasarkan hasil rekaman pembicaraan secara tidak langsung Terdakwa yang terlibat dalam pembicaraan mengakui atas uang yang diterimanya, hal ini terlihat dalam kalimat pada point 6A yang dalam Bahasa Indonesia berbunyi : “Saya tidak tahu jika uang itu milikmu, yang jelas uang itu adalah miliknya, itu informasi yang saya dengar ketika itu. Saya tidak tahu kalau uang itu hasil patungan”. Dari hasil rekaman pembicaraan terdapat kalimat yang mempunyai arti atas uang yang telah diserahkan oleh dr. Wesli telah sampai kepada Terdakwa sebagaimana pula Terdakwa dalam rekaman pembicaraan telah mengakuinya, hal ini terdapat pada hasil rekaman yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia pada point 24A, yang berbunyi : “Saya Terdakwa tidak tahu dari mana uang itu dikumpulkan. Menurut dokter Wesli, itu adalah uangnya. Teken saja, dia katakan kepada Pak Bupati, ini bantuan dari pak weslikan? Kata Pak Bupati belum diberi tahu”. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas, dan diperkuat pula atas bukti petunjuk dimana atas bukti petunjuk tersebut diperoleh dari Keterangan Saksi, Surat dan juga Keterangan Terdakwa, maka oleh karena itu atas bukti petunjuk tersebut mempunyai penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu sehingga dengan demikian unsur “menerima hadiah atau janji telah terpenuhi. c Unsur “Supaya Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya “atau” karena berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya” Bahwa dalam hal ini perlu dibuktikan apakah Terdakwa ada “berbuat sesuatu dalam jabatanya, yang bertentangan dengan kewajibannya “atau” karena berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan dalam jabatannya”. Sehubungan dengan adanya perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa yaitu menerima uang sejumlah Rp. 950.000.000,- Sembilan ratus lima puluh juta rupiah dari dr. Wesli Napitupulu yang bertempat di Siantar Hotel, maka perlu dikaji lebih lanjut apakah Terdakwa ada “berbuat sesuatu dalam jabatanya, yang bertentangan dengan kewajibannya “atau” karena berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan dalam jabatannya”, yang dapat diketahui berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan dipersidangan yang diperoleh dari bukti-bukti yang ada, baik itu bukti surat, Universitas Sumatera Utara keterangan saksi, keterangan ahli, bukti petunjuk maupun bukti lainnya, yaitu sebagai berikut : 1 Keterangan Terdakwa pada yang pada pokoknya menerangkan bahwa benar Terdakwa adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir sejak Tahun 2011 sampai dengan diberhentikan pada Februari 2013. Selain keterangan terdakwa, diperkuat pula dengan adanya Surat Petikan Keputusan Bupati Toba Samosir Nomor: 116 Tahun 2011 tanggal 11 Juli 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Struktural Eselon II, III, dan IV di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Toba Samosir. Dalam hal ini jelaslah bahwa Terdakwa mempunyai jabatan yaitu sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kabupaten Toba Samosir yang menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013. 2 Berdasarkan keterangan Terdakwa di dalam pemeriksaan persidangan, Terdakwa mengatakan bahwa fungsi dan kewajiban Terdakwa dalam jabatannya sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir adalah sebagai berikut : a. Membantu Bupati dalam melaksanakan bidang kebijakan dibidang Kesehatan b. Mengumpulkan bahan perumusan pedoman petunjuk teknis kebijakandan pembinaan dibidang kesehatan c. Melaksanakan tugas pemantauan yang diberikan oleh Pemerintah d. Merumuskan kebijakan sektor Kesehatan yang meliputi program kesehatan, pemberantasan dan pencegahan penyakit menular, penyehatan lingkungan, Universitas Sumatera Utara kesehatan keluarga, penyuluhan kesehatan masyarakat, pelayanan keluarga berencana dan pengelolahan kefarmasian serta makanan dan minuman e. Membuat penyusunan rencana kerja jangka panjang, jangka menegah dan jangka pendek Dinas f. Membuat penyusuanan rancangan standart,pedoman, petunjuk, pelaksanaan dan tata kerja dalam bidang kesehatan g. Mengkordinasi program Dinas dengan program instansi yang terkait h. Membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya i. Memberikan saran dan pertimbangan dibidang tugasnya kepada Bupati j. Membina, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahannya k. Memberikan petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tulisan l. Menetapkan DP-3 PNS dilingkungan Dinas Kesehatan m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati kepada Kepala Dinas n. Melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada Sekretaris Daerah. Bahwa telah terjadi pengumpulan uang yang dilakukan oleh saksi dr. Wesli Napitupulu dari para pihak yang ingin mendapatkan proyekpekerjaan dari Dinas Kesehatan Toba Samosir T.A. 2012 seperti saksi Maruhum Sinambela sebanyak Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah dan saksi Lisbet Siahaan sebanyak Rp. 150.000.000,- seratus lima puluh juta rupiah, dan dari saksi Marojahan Pangaribuan sebesar Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah dalam bentuk cek guna diberikan kepada Terdakwa dengan maksud agar Terdakwa dalam jabatannya selaku kepala Dinas Kesehatan Toba Samosir pada saat itu Universitas Sumatera Utara akan memberikan proyek pekerjaan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir T.A. 2012 kepada para pihak yang telah mengumpulkan uangnya kepada dr.Wesli Napitupulu yang telah dibuktikan berdasarkan alat bukti surat, keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa, serta petunjuk sebagaimana tersebut diatas, padahal nyata bahwa para pengumpul dan pemberi uang tersebut mengetahui hal itu bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku maupun bertentangan dengan jabatan yang di emban oleh Terdakwa. Bahwa sehubungan dengan adanya fungsi dan kewajiban Terdakwa dalam jabatannya sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir dalam hal ini tidak ditemukan adanya fungsi dan kewajiban Terdakwa dalam mengumpulkan uang bagi para pihak yang ingin mendapatkan proyek pada Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir, sebagaimana Terdakwa telah menerima uang dari hasil pengumpulan tersebut, maka oleh karena itu atas adanya perbuatan Terdakwa yang telah menerima uangdana yang dikumpulkan oleh dr.Wesli Napitupulu sebagai fee Proyek, dalam hal ini jelas-jelas Terdakwa telah melakukan suatu perbuatan berbuat sesuatu dalam jabatanya, yang bertentangan dengan kewajibannya atau karena berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan dalam jabatannya. Maka dengan demikian unsur “Dengan maksud supaya Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya “atau” karena berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya” juga telah terpenuhi. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan seluruh uraian pertimbangan tersebut di atas, maka perbuatan Terdakwa yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum JPU melanggar pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana tersebut dalam Surat Dakwaan Pertama Kesatu, telah terbukti secara sah dan meyakinkan.

G. Analisis tentang Pertanggungjawaban Pidana

Dokumen yang terkait

Pengadaan Barang Yang Menyebabkan Kerugian Keuangan Negara Ditinjau Dari Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi ( Studi Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor 19/Pid.Sus.K/2014/PT.MDN)

6 100 148

Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Analisis Yuridis Putusan Pengadilan Negeri Boyolali No. 142/Pid.Sus/2011/Pn-Bi)

5 92 87

Praktek Persekongkolan Tidak Sehat Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembeantasan Tindak Pidana Korupsi

4 90 101

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Analisis Tentang Tindak Pidana Korupsi Dalam Penyalahgunaan Wewenang Proyek Pengadaan Barang

1 40 2

Analisis Tentang Tindak Pidana Korupsi Dalam Penyalahgunaan Wewenang Proyek Pengadaan Barang Dan Jasa Di PTPPN II Medan, Studi Kasus Putusan No. 411/Pid.K/2003/PN-Lubuk Pakam

1 41 181

Penerapan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Narkotika ( Studi Putusan No. 847/Pid.B/2013/PN.MDN)

2 58 104

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Analisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan Ijazah (Studi Putusan Hakim No. 945/PID.B/2010/PN.TK)

0 4 71

Praktek Persekongkolan Tidak Sehat Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dikaitkan Dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembeantasan Tindak Pidana Korupsi

0 0 35