Pengujian Secara Simultan Pembahasan Hipotesis Kedua

– 2014. Kondisi ini berarti Ha diterima. Resiko Sistematis β merupakan nilai -t hitung sebesar -49.669 -t tabel = -2,008 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Resiko Sistematis β berpengaruh negatif signifikan terhadap CAPM pada perusahaan Industri Logam dan baja yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2014. Kondisi ini berarti hipotesis diterima. Return Bebas Resiko Rf t hitung = 14.400 t tabel = 2,008, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Return Bebas Resiko Rf berpengaruh positif signifikan terhadap APT pada perusahaan Industri Logam dan baja yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2014. Kondisi ini berarti Ha diterima. Return Return Pasar RM -t hitung = -0.954 -t tabel = 2,008, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,345 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Return Pasar RM berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap APT pada perusahaan Industri Logam dan baja yang terdaftar di BEI tahun 2011 – 2014. Kondisi ini berarti Ha ditolak.

4.2.2 Pembahasan Hipotesis Kedua

4.2.2.1 Pengujian Secara Simultan

Hasil penelitian diperoleh nilai F hitung yang akan dibandingkan dengan F tabel pada tingkat kepercayaan α = 5 dengan df 1 = 6 – 1 = 5 dan df 2 = 57 – 6 = 56, adalah sebesar 2,38 dengan ketentuan sebagai berikut : Tabel 4.19 Kriteria Pengujian Hipotesis APT secara Simultan F hitung F tabel Signifikan alpha α Kesimpulan 240,638 2,38 0,000 0,05 Hipotesis diterima Sumber : Hasil Penelitian, 2016 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji F maka dapat dibuktikan bahwa pengujian hipotesis simultan untuk variabel terikat APT diperoleh nilai F hitung sebesar 240,638 F tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Return Individu Ri, Resiko Individu α, Resiko Sistematis β, Return Bebas Resiko Rf dan Return Pasar RM secara simultan berpengaruh terhadap APT. Nilai R Square sebesar 0,950 atau 95 yang berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen Return Individu Ri, Resiko Individu α, Resiko Sistematis β, Return Bebas Resiko Rf dan Return Pasar RM terhadap APT adalah sebesar nilai koefisien determinasi atau 95,4. Sedangkan sisanya 5 dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori yang dikembangkan oleh Stephen A. Ross 1976 yang menjelaskan bahwa APT dapat mengakomodasi sumber-sumber resiko sistematis. Asumsi utama dari APT adalah setiap investor, yang memiliki peluang untuk meningkatkan return portofolionya tanpa meningkatkan risikonya, akan memanfaatkan peluang tersebut. Pada model APT faktor – faktor makro ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar mata uang turut diperhitungkan dalam memprediksi return saham. Perubahan kurs mata uang akan mempengaruhi iklim investasi karena perubahan kurs mata uang akan mempengaruhi perdagangan antar negara. Tingkat suku bunga dijadikan patokan dalam perbandingan imbalan investasi bila diinvestasikan pada sektor lain. Jika tingkat pengembalian investasi lebih tinggi dari pada tingkat suku bunga maka investasi tersebut layak diterima. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Premananto dan Madyan 2004 yang membuktikan bahwa variabel-variabel makro pembentuk model APT tingkat bunga yang tidak diharapkan, tingkat inflasi yang tidak diharapkan dan perubahan kurs yang tidak diharapkan dalam penelitian ini kecil sekali kontribusi terhadap variasi pendapatan saham industri manufaktur, dengan kata lain variabel-variabel ini kurang sesuai dimasukkan sebagai variabel pembentuk model APT untuk memprediksi pendapatan saham industri manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Kesimpulan dalam penelitian tersebut juga menyatakan bahwa variabel-variabel makro tersebut kurang cocok sebagai pembentuk model APT. Berbeda dengan model CAPM yang menggunakan pendapatan pasar saham Return market portofolio sebagai variabel pembentuk model. Pendapatan pasar saham dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi dari pendapatan saham industri manufaktur lebih baik dibandingkan dengan variabel-variabel pembentuk model APT yang digunakan dalam penelitian ini.

4.2.2.2 Pengujian Secara Parsial

Dokumen yang terkait

Perbandingan keakuratan CAPM dan Apt dalam memprediksi tingkat pendapatan saham LQ 45 (Periode 2006-2009

1 20 133

Analisis perbandingan keakuratan Capital Asset Pricing Model(CAMP)dan Arbitrage Pricing Theori(APT)dalam memprediksi Return Saham Lq-45 Di Bursa Efek Indonesia

4 33 175

Perbandingan Metode Capm Dan Apt Dalam Menghitung Return Saham Jii

7 57 130

ANALISIS KOMPARATIF CAPITAL ASSET PRICING MODEL DENGAN ARBITRAGE PRICING THEORY DALAM MEMPREDIKSI RETURN DAN RISIKO SAHAM (Studi pada Perusahaan Food and Baverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

4 12 80

ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM LQ 45 DI BURSA EFFEK JAKARTA

0 1 14

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM LQ 45 DI BURSA EFFEK JAKARTA PERIODE 2003-2005.

0 0 8

PERBANDINGAN RETURN SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT).

4 21 50

PERBANDINGAN RETURN SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) - repository UPI S MAT 1006661 Title

0 1 3

View of KEAKURATAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAMP) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA BANK PERSERO (BUMN) DI INDONESIA

0 0 10

PERBANDINGAN KEAKURATAN CAPITAL ASSETS PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) DALAM MENENTUKAN PILIHAN BERINVESTASI PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

0 1 27