Uraian Teoritis 2.1.1 Investasi Perbandingan Keakuratan Capital Assets Pricing Model (CAMP) Dengan Arbitrage Pricing Theory (APT) Dalam Memprediksi Tingkat Pendapatan Saham Pada Perusahaan Logam Dan Baja Yang Terdaftar Di Bei

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Investasi

2.1.1.1 Pengertian Investasi

Menurut Jogiyanto 2003:5, “investasi dapat didefenisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu”. Perkembangan pasar modal sebagai lembaga piranti investasi memiliki fungsi ekonomi dan keuangan yang semakin di perlukan oleh masyarakat sebagai media alternatif dan penghimpun dana. Dalam fungsi ekonominya pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender pihak yang mempunyai kelebihan dana ke borrower pihak yang memerlukan dana dengan menginvestasikan dana yang mereka miliki, lender mengharapkan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut dari sisi borrower, tersedianya dana dari pihak luar lender memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedinya dana hasil operasi perusahaan. Dalam fungsi keuangannya dilakukan dengan menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut Husnan, 2005:4. Universitas Sumatera Utara

2.1.1.2 Langkah-langkah Investasi

Dalam era globalisasi, kegiatan investasi dapat dilakukan menembus batas-batas negara dengan sangat mudah, karena banyak perusahaan investasi yang telah beropersi secara internasional, sehingga investor dapat dengan mudah melakukan jual beli instrumen keuangan dari berbagai perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Hal ini memungkinkan terbukanya kesempatan bagi investor untuk melakukan deversifikasi internasional. Investor baik individual ataupun lembaga dalam melakukan kegiatan investasi baik dalam sektor riil seperti bidang manufaktur, property, perkebunan, peternakan, pertambangan, dan lain-lain sebagainya. Maupun investasi dalam sektor keuangan seperti saham, obligasi, Surat Berharga Pasar Uang SBPU yang diterbitkan oleh perusahaan ataupun negara akan melakukan langkah-langkah dalam investasi seperti yang dinyatakan oleh Samsul 2006:284 dan 285 sebagai berikut : 1. Alokasi investasi adalah tindakan untuk menetapkan bobot investasi atau proporsi instrumen keuangan tak berisiko risk free asset dan instrumen keuangan berisiko risky asset. Risk free assets diartikan sebagai instrumen investasi yang tidak mungkin mengalami gagal bayar bunga dan pokok investasi seperti Sertifikat Bank Indonesia SBI. Risky asset diartikan sebagai instrumen keuangan yang mengandung resiko tidak mendapatkan hasil investasi, atau pokok investasi tidak kembali sebagian atau seluruhnya, seperti saham dan obligasi. Dalam menentukan bobot investasi risky free assets dan risky assets, investor Universitas Sumatera Utara mempertimbangkan kondisi pasar market timing dan siklus ekonomi business cycles yang sedang berlangsung pada saat investasi akan diputuskan. Dalam siklus ekonomi recovery dan siklus prosperity, sebagian besar porsi investasi dilakukan dalam saham dan sebahagian kecil dalam obligasi atau instrumen pasar uang. Dalam siklus resesi dan siklus depresi, porsi investasi dalam saham sangat kecil dan porsi dalam obligasi serta SBPU merupakan bagian terbesar. Investasi saham dalam siklus resesi dan siklus depresi terbatas untuk saham perusahaan yang memproduksi produk tidak tahan lama nondurable goods. Hal ini berarti bobot investasi antara SBPU, obligasi, dan saham tidak bersifat konstan, melainkan berubah-ubah menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang sedang berlangsung atau kondisi pasar yang diprediksi dimasa datang. Risky assets dalam bentuk saham dapat dikelompokkan ke dalam sembilan sektor menurut Bursa Efek Jakarta, yaitu 1 Perkebunan Peternakan, 2 Pertambangan Energi, 3 Industri Dasar Ringan, 4 Industri Berat Otomotif, 5 Makanan Minuman, 6 Properti, 7 Infrastruktur, Transportasi Komunikasi, 8 Perbankan Keuangan, dan 9 Industri Lain-lain. 2. Seleksi Sekuritas securities selection adalah tindakan memilih saham yang akan diinvestasikan dari beberapa jenis saham yang berada dalam suatu sektor. 3. Pergantian sekuritas shifting securities adalah tindakan mengubah komposisi sektor-sektor dalam suatu portofolio atau jenis saham dalam suatu sektor. Penetapan proporsi investasi di setiap sektor tidak sama, tetapi disesuaikan dengan kondisi pasar market timing yang akan berlangsung beberapa bulan ke depan. Proporsi investasi di setiap sektor akan terus berubah secara priodik dan tidak konstan. Sharpe et. al 2005:11 menyatakan langkah-langkah dalam melakukan proses investasi antara lain : 1. Kebijakan investasi, langkah pertama menentukan kebijakan investasi, meliputi penentuan tujuan investor dan banyaknya kekayaan yang dapat diinvestasikan. Karena terdapatnya hubungan Universitas Sumatera Utara positif antara resiko dan return untuk strategi investasi, bukan suatu hal yang tepat bagi seorang investor untuk berkata bahwa tujuannya adalah “memperoleh banyak keuntungan”. Yang tepat bagi seorang investor dalam kondisi seperti ini adalah menyatakan tujuannya untuk memperoleh banyak keuntungan dengan memahami bahwa ada kemungkinan terjadinya kerugian. Tujuan investasi seharusnya dinyatakan dalam resiko maupun return. Langkah dalam proses investasi ini juga meliputi identifikasi potensi kategori aset keuangan yang akan dimasukkan ke portofolio. 2. Analisis sekuritas, langkah kedua dalam proses investasi adalah melakukan analisis sekuritas, yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual atau beberapa kelompok sekuritas yang masuk ke dalam kategori luas aset keuangan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga mispriced. Ada banyak pendekatan terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah analisis tehnikal, analis yang memakai pendekatan ini untuk analisis sekuritas disebut analis tehnis atau analisis tehnikal. Klasifikasi kedua disebut analisis fundamental; mereka yang memakai pendekatan ini disebut fundamentalis atau ahli analisis fundamental. 3. Pembentukan portofolio, langkah ketiga dalam proses investasi, pembentukan penyusunan portofolio, melibatkan identifikasi aset-aset khusus mana yang akan dijadikan investasi, juga menentukan besarnya bagian kekayaan investor yang akan diinvestasikan ke tiap aset tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor. 4. Revisi portofolio, langkah keempat dalam proses investasi, revisi portofolio, berkenaan dengan pengulangan priodik dari ketiga langkah sebelumnya. Yaitu, dari waktu ke waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yang pada gilirannya berarti portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. 5. Evaluasi kinerja portofolio, langkah kelima dalam proses investasi, evaluasi kinerja portfolio, meliputi penentuan kinerja portofolio secara priodik, tidak hanya berdasarkan return yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara tetapi juga resiko yang dihadapi investor. Jadi diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan resiko dan juga standar benchmark yang relevan. Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan kegiatan investasi, baik pada sektor riil ataupun sektor keuangan investor menentukan langkah-langkah yang umum untuk dijalankan. Langkah- langkah tersebut meliputi pengalokasian dana investor pada sekuritas yang akan diinvestasikan berkenaan dengan masalah proporsi dari aset yang sesuai dengan keadaan financial investor, melakukan seleksi sekuritas berkaitan dengan analisis sekuritas yang akan diinvestasikan dalam bentuk individual ataupun deversifikasi melalui pembentukan portofolio dengan menggunakan analisis fundamental atau analisis tehnikal, revisi dan penggantian sekuritas yang telah dibentuk hal ini penting dilakukan agar kegiatan investasi yang dilakukan, diharapkan akan dapat memenuhi tujuan investasi, karena sekuritas yang berada dipasar umumnya tidak memiliki kinerja yang tetap, tetapi berubah sesuai dengan keadaan pasar. Dalam seleksi sekuritas yang akan diinvestasikan terdapat banyak pendekatan analisis yang digunakan tetapi umumnya analisis itu digolongkan kedalam dua kategori utama yaitu analisis tehnikal dan analisis fundamental. Analisis tehnikal, meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham perusahaan tertentu. Mula-mula harga masa lalu dianalisis untuk menentukan trend atau pola pergerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk mengidentifikasi trendpola yang Universitas Sumatera Utara muncul yang mirip dengan pola masa lalu. Sedangkan Analisis saham fundamental berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian mengkonversikannya menjadi nilai sekarang present value dengan menggunakan tingkat diskonto yang tepat. Lebih spesifik lagi, analis tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja tetapi juga aliran deviden dari suatu saham pada masa depan, yang sama artinya dengan meramalkan pendapatan perlembar saham dan pembayaran deviden tunai pay out ratio. Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus diestimasi. Setelah nilai sesungguhnya true value dari saham biasa suatu perusahaan ditentukan, nilai tersebut dibandingkan dengan harga pasar dari saham tersebut dengan tujuan untuk melihat apakah suatu saham sudah dihargai dengan tepat.

2.1.1.3 Return Investasi

Dalam kegiatan investasi, investor selalu menginginkan peningkatan pengembalian dari kegiatan investasi yang dilakukan, return merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi. Return investasi dapat dibagi menjadi dua yaitu return realisasi dan return ekspektasi. Menurut jogiyanto 2003:109, defenisi return realisasi dan return ekspektasi adalah : “Return realisasi realized return merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Reutrn realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan Sedangkan return ekspektasi expected return adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.” Universitas Sumatera Utara Menurut Horne dan Wachowicz, Jr. 2005:144 menyatakan : “Pengembalian return dari kepemilikan suatu investasi dalam periode tertentu misalnya satu tahun-adalah pembayaran yang diterima karena hak kepemilikannya, ditambah dengan perubahan dalam harga pasar, yang dibagi dengan harga awal”. Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengembalian adalah keuntungan atau pembayaran yang diterima pemilik modal atau investor dari kepemilikannya atas suatu investasi yang berasal dari dua sumber yaitu perubahan dalam harga pasar ditambah dengan pembagian hasil pada priode tersebut. Sementara itu Samsul 2006:291 dan 292 menyatakan : “Return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini meliputi keuntungan jual beli saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika rugi disebut capital loss. Disamping capital gain, investor juga akan menerima deviden tunai setiap tahunnya. Emiten akan membagikan deviden tunai dua kali setahun, dimana yang pertama disebut deviden interim yang dibayarkan selama tahun berjalan, sedangkan yang kedua disebut deviden final yang dibagikan setelah tutup tahun buku. Pembagian deviden tunai ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS atas usulan Direksi Perseroan”. Salah satu pengukuran return realisasi yang sering digunakan adalah return total. Menurut Jogiyanto 2003:110, “return total merupakan return keseluruhan dari investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total Universitas Sumatera Utara terdiri dari capital gain loss dan yield.” Return total dapat diformulasikan

Dokumen yang terkait

Perbandingan keakuratan CAPM dan Apt dalam memprediksi tingkat pendapatan saham LQ 45 (Periode 2006-2009

1 20 133

Analisis perbandingan keakuratan Capital Asset Pricing Model(CAMP)dan Arbitrage Pricing Theori(APT)dalam memprediksi Return Saham Lq-45 Di Bursa Efek Indonesia

4 33 175

Perbandingan Metode Capm Dan Apt Dalam Menghitung Return Saham Jii

7 57 130

ANALISIS KOMPARATIF CAPITAL ASSET PRICING MODEL DENGAN ARBITRAGE PRICING THEORY DALAM MEMPREDIKSI RETURN DAN RISIKO SAHAM (Studi pada Perusahaan Food and Baverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

4 12 80

ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM LQ 45 DI BURSA EFFEK JAKARTA

0 1 14

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) PADA PERUSAHAAN YANG TERMASUK DALAM LQ 45 DI BURSA EFFEK JAKARTA PERIODE 2003-2005.

0 0 8

PERBANDINGAN RETURN SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT).

4 21 50

PERBANDINGAN RETURN SAHAM LQ45 DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) - repository UPI S MAT 1006661 Title

0 1 3

View of KEAKURATAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAMP) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA BANK PERSERO (BUMN) DI INDONESIA

0 0 10

PERBANDINGAN KEAKURATAN CAPITAL ASSETS PRICING MODEL (CAPM) DAN ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) DALAM MENENTUKAN PILIHAN BERINVESTASI PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

0 1 27