Agama Sebagai Instrumen Perekat Dalam Membangun Keserasian Sosial

88 Di samping seorang tokoh utama yang mampu memberi solusi dalam permasalahan etnik secara umum, ada juga tokoh di masing-masing etnik yang berperan penting dalam memberikan nasehat untuk selalu menjaga kerukunan. Misalnya pada masyarakat Melayu yakni Datuk Zul, pada masyarakat Jawa yakni Sarno.

4.4.4. Agama Sebagai Instrumen Perekat Dalam Membangun Keserasian Sosial

Bagi bangsa Indonesia, agama sebagai nilai fundamental yang mendasari dan mengarahkan seluruh kehidupannya. Agama merupakan salah satu alat pengintegrasi antara etnik di Bandar Selamat. Melalui berbagai kegiatan ritual-ritual keagamaan, masyarakat yang berbeda budaya ini berbaur menjadi satu. Agama mendidik umatnya untuk senantiasa menerapkan ahlakul karimah perilaku yang baik sebagai cara bergaul dengan sesama. Prinsip-prinsip inilah yang mendasari hubungan-hubungan sosial antara Masyarakat Bandar Selamat yang kebetulan masih dominan satu agama yaitu Islam. Prinsip-prinsip ahlakul karimah menjadikan seseorang bersikap santun dan dapat menghargai orang lain yang berbeda. Dengan prinsip ini maka suasana kebersamaan akan terbangun karena tidak ada orang yang merasa harga dirinya dilecehkan. Beberapa tokoh adat di Bandar Selamat yang telah peneliti wawancarai, menyambut dengan positif setiap permasalahan yang terjadi, agama mereka jadikan cermin perdamaian. Seperti ungkapan pak Sayuti di bawah ini: Universitas Sumatera Utara 89 “Saat ini, mungkin ada gesekan, tapi gak sampai pada konflik etnik, yang kami jadikan pegangan atau yang kami pakai dalam kehidupan adalah agama yang bersifat rahmatan lil ‘alamiin. Untuk menyelesaikan permasalahan antar etnik biasanya di rumah saya. Dalam kehidupan bermasyarakat, rasa persatuan dan rasa senasib yang kita tanamkan. Bahkan ketika di kelurahan ini ada kegiatan keagamaan maka semua etnik yang melaksanakan acara keagamaan tersebut dan mengundang yang lainnya karena dalam agama islam kita diajarkan rasa saling menghargai antar sesama”. Penjelasan di atas oleh seorang tokoh Batak tersebut sangatlah bijak, dan di dalamnya terkandung makna anjuran untuk saling menghormati antar sesama. Hal senada juga diungkapka oleh pak Datuk Zul sebagai berikut: “Justru dari peran agama yang menjaga kerukunan di Bandar Selamat ini. Kami di sini menjaga kerukunan ini karena kami memegang 3 sikap yaitu berfikir yang baik, berbuat yang baik, berbicara yang baik, sebenarnya penjabaran dari 3 sikap tersebut panjang sekali. Misalnya dari pikiran muncul pembicaraan dan dari pembicaraan muncul sikap. Ada juga yang disebut dengan“tata susila” atau tata krama. Dan yang terpenting resepnya kita saling menghargai dan menghormati”. Hal lain yang diajarkan oleh agama adalah satu ajaran yang menyatakan bah- wa antara laki-laki dan perempuan adalah saudara. Persaudaraan yang dibangun atas jalinan kesamaan agama telah menyatukan berbagai kelompok masyarakat yang berbeda baik dalam garis keturunan atau darah maupun dalam berbudaya. Nilai persaudaraan inilah yang dapat meredam potensi konflik yang muncul dalam proses interaksi. Organisasi sosial menjadi sarana interaksi sosial yang bagus bagi masyarakat multietnik di Bandar Selamat. Banyak dijumpai berbagai kelompok pengajian dan Universitas Sumatera Utara 90 yasinan serta rukun kematian. Dalam kelompok ini warga masyarakat berbaur menjadi satu. Kelompok-kelompok ini menyatukan etnik-etnik yang berbeda. Perkumpulan yasinan dan pengajian serta arisan cukup efektif di dalam upaya pembauran antar kebudayaan yang berbeda. Hal ini sangat dirasakan dan disadari oleh masyarakat. Dalam organisasi ini, mereka dapat bertukar pikiran dan saling mendalami karakter masing-masing sehingga menimbulkan pemahaman akan perbedaan-perbedaan dan memunculkan sikap toleransi di antara mereka seperti yang dikatakan oleh ibu Erna dan Wanti sebagai berikut: “ kami para ibu-ibu yang gabung dalam perkumpulan yasinan dan pengajian sangat berbaur mengenal satu sama lain sehingga perbedaan etnik diantara kami mencair seperti saudara aja kami udah. Kalau ada hajatan atau kemalangan kami saling bantu bahkan yang diluar aja kadang kami bantu karena kan sesama muslim bersaudara”. Universitas Sumatera Utara 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Bandar Selamat, maka dapat ditarik kesimpulan terkait berbagai macam fenomena dan realitas yang terjadi dalam masyarakat majemuk yakni, masyarakat Bandar Selamat yang terkenal dengan kerukunan dan keharmonisan hidup masyarakatnya yang multietnik, tidak serta merta jauh dari gejolak dan benturan kepentingan masing-masing etnik. Tetapi hal demikian, mampu diminimalisir dan dicarikan suatu desain spesifik untuk tetap berada dalam pusaran integrasi dan keharmonisan hidup. Berbagai macam gejolak yang terjadi pada masyarakat Bandar Selamat, mulai dari gejolak antar etnik yakni, antar pemuda yang saling berburuk sangka, kemudian gejolak mengenai fitnah yang dilontarkan untuk menghancurkan keharmonisan antar etnis, hingga pada gejolak pengakuan hak atas tanah pun pernah terjadi. Hal demikian mampu mereka bendung, sehingga benturan kepentingan tersebut tidak merambah ke konflik sosial. Realitas keragaman ini, merupakan manifestasi yang tertuang dalam sebuah Falsafah Bhineka Tunggal Ika berbeda-beda tetap satu. Setidaknya, terdapat juga beberapa instrumen perekat ukhuwah yang dilakukan oleh masyarakat di Bandar Selamat, antara lain: saling mengundang dan mengunjungi ketika ada kegiatan keagamaan dan kegiatan kelurahan, misalnya Majelis Ta’lim, perayaan Hari Raya, dan kegiatan lainnya. Universitas Sumatera Utara