Suratman Kontribusi Pekerja Anak Dalam Ekonomi Keluarga

66 Jika dilihat dari penghasilan, Lili bisa memperoleh penghasilan sebanyak 45 ribuhari. Dengan bahagia, Lili mengaku bahwa sekitar 75 dari penghasilan yang diterimanya tiap bulan selalu diberikan kepada orangtuanya, sedangkan sisanya ia dipergunakan untuk kebutuhannya sendiri. Alasan utama bekerja karena kesadaran sendiri dan kebiasaan membantu orang tua. Jadi memang ada rasa ingin bekerja. Lili mencari sendiri dimana kilang batu bata yang membutuhkan pekerjaan dan tidak ada yang melarang dari pihak pemilik kilang. Sudah 4 tahun Lili bekerja di kilang batu bata tersebut, majikannya pun tetap memberikan keleluasaan kepadanya untuk dapat berkembang dan lebih maju. Lili tidak pernah merasa malu atau minder menjadi pekerja di kilang batu bata karena kakak dan beberapa tetangganya ada juga yang berprofesi sebagai pekerja di kilang batu bata. Daripada menjadi beban orangtua dan tidak ada kegiatan lain lebih baik ia bekerja sebagai pekerja di kilang batu bata.

b. Suratman

Tidak seperti teman-teman lainnya yang memiliki keluarga lengkap, sejak usia 6 tahun, Suratman 14 tahun, tidak pernah merasakan kasih sayang sebenarnya dari kedua orangtuanya. Tidak jelas alasan apa yang menyebabkan ayah Suratman memutuskan untuk meninggalkan keluarganya. Kedua orangtua Suratman hidup berpisah pada tahun 2000, dengan meninggalkan istri dan ketiga anaknya salah satunya Suratman. Setelah kepergian ayahnya Suratman dan keluarga sama sekali tidak mengetahui keberadaan ayahnya sampai dengan saat ini. Dengan keprihatinan Universitas Sumatera Utara 67 yang amat sangat, Ibu Suratman pun memutuskan untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga bersama anak tertuanya agar dapat menghidupi keluarga dan anaknya. Sedangkan ketiga anaknya termasuk Suratman juga bekerja di kilang batu bata. Sayangnya, impian Suratman untuk sekolah tidak pernah terwujud. Suratman harus mengerjakan beban pekerjaan yang sangat berat, bangun pukul 5 pagi untuk menyapu, mengepel, mencuci, memasak dan mengasuh adik-adiknya. Bagi Suratman, pekerjaan tidak pernah ada habis-habisnya, harapan untuk masuk sekolah pun sepertinya semakin hari semakin kecil. Setelah pekerjaan rumag telah selesai, Suratman pun pergi ke kilang batu bata untuk memulai bekerja hingga siang pukul 12.00 karena pukul 13.00 Suratman harus bersekolah. Sebagian besar penghasilannya digunakan untuk kebutuhan keluarga dan adik-adiknya yang masih sekolah.

5.2. Kontribusi Pekerja Anak Dalam Ekonomi Keluarga

Desa Amal Bakti Kecematan Beringin Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu sentra pembuatan batu bata. Para pekerja pengrajin batu bata tersebut sebagian anak-anak yang masih di bawah umur yang seharusnya tidak bekerja kini harus bekerja. Kondisi kemiskinan dan pekerjaan orang tua dengan pendapatan yang rendah telah memaksa anak untuk bekerja membantu orang tua dan merupakan kewajiban dan tanggung-jawab anak bila tetap ingin hidup. Keadaan sosial ekonomi orang tua walaupun sudah bekerja keras belum mampu untuk mencukupi kebutuhan anaknya sehari-hari. Keadaan inilah yang Universitas Sumatera Utara 68 memaksa anak-anak untuk memberikan kontribusi kepada orang tua berupa uang hasil dari anak bekerja. Para pekerja anak tersebut, mencari nilai rupiah dari yang kecil sampai yang nilai rupiahnya besar diantara hasil batu bata yang mereka buat, bermodalkan alat kerja yang biasa mereka pakai untuk membantu melancarkan pekerjaan mereka. Hanya untuk satu tujuan mendapatkan uang. Dapat kita lihat deskripsi kehidupan empat keluarga pekerja anak dengan profesi kerja yang berbeda-beda dalam memberikan kontribusi kepada keluarga.

5.2.1. Motif Responden Bekerja

Dari data yang diperoleh disebutkan bahwa banyak anak memberikan kontribusi di dalam keluarganya bekerja dengan motif kemauan sendiri. Dapat dilihat dengan jumlah responden sebanyak 12 responden juga menjawab hal yang hampir sama. Sembilan orang mengatakan memang karena kemauan sendiri. Mereka sadar betapa keluarga membutuhkan kontribusi mereka dalam mencari nafkah hidup semua keluarganya. Dengan kemauan sendiri mereka bekerja banting tulang demi terpenuhinya kebutuhan keluarganya. Pernyataan di atas sesuai dengan hasil wawancara dengan responden Suratman yang mengatakan: “kami bang kerja ini memang kemauan sendiri, kami kerja bukan karena dipaksa tapi kami ingin cari duit biar orang tua kami gak susah-susah lagi, kalau kamu kerja kan bisa pake duit sendiri” Hal senada juga disampaikan oleh responden Lili dalam wawancara yang mengatakan: Universitas Sumatera Utara 69 “aku memang mau sendiri kerja disini bang, daripada kami main-main, mending kami cari duit, kan lumayan bisa buat jajan bisa bantu mamakku bang” Distribusi responden dengan alasan yang lain juga memang ada selain kemauan sendiri yakni karena disuruh orang tua untuk bekerja dan karena ikut- ikutan dengan teman. Pernyataan tersebut diperkuat dalam wawancara dengan responden Galuh yang mengatakan bahwa: “aku disuruh orang tua kerja bang, daripada aku main-main lebih baik aku kerja, orang tua aku juga sering membawa aku ketempat kerja, jadi mau gak mau ikut kerja juga” Keluarga responden merasa sangat terbantu ekonomi kelurga mereka. Mereka merasa begitu banyak perubahan yang terjadi didalam keluarga mereka, terutama masalah ekonomi. Selanjutnya, mereka merasa kebutuhan hidup keluarga cukup terbantu setelah mereka bekerja membantu kebutuhan keluarga. Kemudian dengan bekerja keluarga mereka cukup terbantu terutama kondisi ekonominya. Hal diatas menunjukkan bahwa responden merasa kebutuhan keluarga mereka cukup membantu walaupun sangat jauh dari kata terpenuhi. Persoalan tersebut tergambarkan dengan susahnya keluarga mereka membeli beras untuk makan sehari-hari. Responden merasa kurang terpenuhi kebutuhan hidup keluarganya sebelum anak mereka bekerja. Kurang terpenuhinya disini mereka merasa pas-pasan dalam pemenuhan hidup sehari-hari. Penghasilan yang didapat orang tua mereka sebelum mereka bekerja membantu ekonomi keluarga hanya cukup untuk makan sehari-hari keluarga mereka. Universitas Sumatera Utara 70 Para anak mereka bekerja membantu orang tua hanya untuk menambah penghasilan mereka sendiri dan orang tua. Penghasilan yang responden dapatkan diberikan kepada orang tua dan untuk diri mereka sendiri tanpa harus susah-susah memikirkan hal lain dikeluarganya. Hal ini mereka lakukan karena penghasilannya memang harus dberikan oleh orang tua mereka agar terpenuhi kebutuhan hidup semua anggota keluarganya. Mereka beranggapan orang tua mampu mengatur semua kebutuhan yang diperlukan. Mereka memberikan sebahagian penghasilannya untuk keluarga dan sebahagian lain untuk diri mereka sendiri. Responden beranggapan mereka bekerja bukan sepenuhnya untuk pemenuhan keluarga saja. Mereka juga membutuhkan uang untuk membeli kebutuhan diri mereka sendiri dari penghasilan mereka sendiri.

5.2.2. Pemanfaatan Penghasilan Responden Dalam Perumahan

Keluarga Dari data responden pemanfaatan penghasilan yang mereka dapat di gunakan untuk kebutuhan keluarga selain itu penghasilannya dinmanfaatkan untuk membayar sewa rumah, biaya air dan listrik. Selanjutnya pemanfaatan penghasilannya untuk membiayai adiknya sekolah. Hal ini mereka lakukan demi masa depan adik-adik mereka agar pekerjaan yang mereka dapat kelak lebih baik dari kakak atau abang-abang mereka yang hanya bekerja dengan upah yang pas- pasan. Pernyatan di atas diperkuat dalam wawancara saya dengan seorang responden Suratman yang menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara 71 “saya ikut membayar biaya kontrakan rumah karena penghasilan orang tua saya tidak cukup untuk membayarnya, saya adalah anak pertama, saya merasa turut bertanggung jawab untuk membiayai perumahan keluarga saya” Namun demikian, responden juga memilih penghasilannya digunakan untuk diri mereka sendiri. Dengan alasan mereka bekerja untuk menghidupi diri mereka sendiri tanpa harus memikirkan orang lain. Dengan bekerja mereka mampu membeli semua apa yang mereka inginkan. Responden juga menjelaskan bahwa pemanfaatan penghasilan untuk memperbaiki bagian-bagian dari rumah mereka yang rusak atau sudah waktunya untuk diganti agar rumah mereka menjadi layak untuk dihuni Terkadang memiliki kontribusi untuk membantu membayar biaya rekening listrik dan air. Sisanya untuk membantu biaya kontrakan rumah keluarga. Wawancara saya dengan seorang responden Lili menyatakan bahwa “ya terkadang saya juga membantu bayar listrik dan air, karena penghasilan orang tua saya tidak cukup, mereka juga banyak biaya yang lain, saya adalah anak laki-laki satunya, saya merasa turut bertanggung jawab untuk membiayai kehidupan keluarga saya”

5.2.3. Kontribusi Yang Diberikan Responden Terhadap Keluarga

kesehatan, pendidikan, sandang pangan Data yang didapat menunjukkan bahwa umumnya responden memberikan kontribusi dalam bentuk pembangunan rumah.Dan saat mereka libur bekerja dapat digunakan keluarga untuk pergi kemana pun mereka mau. Tetapi tidak semua responden mampu membeli kendaraan, terdapat 6 responden memberikan Universitas Sumatera Utara 72 kontribusi berupa pembiayaan hidup untuk semua keluarganya. Memberikan penghasilan mereka untuk biaya hidup sehari-hari semua anggota keluarganya Data wawancara dengan responden Suratman mengatakan bahwa: “saya sering membantu keluarga saya untuk membiayai adik saya sekolah, kadang juga duitnya untuk membenari rumah, kadang sering bocor kalau hujan”. Hal senada juga diutarakan responden Lili dan Galuh untuk membayar rumah sewa dalam wawancara yang mengatakan: “duitku kadang buat bayar rumah sewa kami bang, kadang dipake buat belanja beras, tapi biasanya buat sewa rumah sebulan” Dari hasil pengamatan ternyata pekerja anak memberikan kontribusi untuk keluarga berupa membiayai adik mereka untuk sekolah. Selanjutnya dengan 3 reponden memberikan kontribusi berupa perbaikan rumah. Dilihat dari perubahan rumah mereka dari bagian-bagian rumah mereka yang sudah tidak layak diganti oleh responden dengan penghasilan yang mereka dapat. Kemudian dengan 2 responden mampu memberikan kontribusi untuk keluarganya dalam bentuk membayar sewa rumah mereka. Selain kontribusi yang diberikan di atas, ada juga responden memiliki kontribusi dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam keluarga. Sedangkan yang tidak memiliki kontribusi juga ada. Hal ini dikarenakan orang tua mereka msh sanggup memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Jika dilihat dari kontribusi terhadap kesehatan. Rata-rata responden tidak ada yang berkontribusi dalam kondisi kesehatan keluarga. Hal ini dikarenakan Universitas Sumatera Utara 73 kebanyakan keluarga responden jika sakit melakukan pengobatan sendiri dengan menggunakan obat – obat tradisional. Namun ada juga yang berkontribusi. Seperti wawancara saya dengan seorang anak Galuh dan Lili yang mengatakan bahwa “ibu saya sudah lama sakit, saya dan ayah saya menanggung biaya pengobatan ibu saya, karena dalam keluarga saya hanya saya anak yang bekerja” Dari hasil wawancara yang dilakukan, dapat kita lihat bahwa kebanyakan responden memiliki kontribusi dalam hal sandang, pangan, pendidikan maupun kesehatan anggota keluarga. Ada yang membiayai pendidikan sendiri dan ada juga yang membiayai pendidikan anggota kelurga lainnya. Sedangkan yang tidak berkontribusi dikarenakan tidak adanya anggota keluarga yang bersekolah.

5.2.4. Perubahan Kondisi Ekonomi Keluarga Sebelum Dan

Setelah Responden Bekerja Kontribusi responden dalam menambah pendapatan keluarga memang sangat membantu. Dalam hal ini responden langsung menyerahkan sejumlah uang kepada orang tuanya dari hasil pendapatannya bekerja di kilang batu bata. Tanpa mempedulikan untuk apa uang itu digunakan oleh orang tua responden. Data hasil pengamatan dan wawancara dilapangan menunjukkan bahwa umumnya responden merasa ada perubahan yang baik dikeluarga mereka dan mereka mampu merubah kondisi perekonomian keluarga mereka. Mereka merasa tidak sia-sia mempertaruhkan pendidikannya dengan ikut bekerja membantu merubah kondisi ekonomi keluarga. Mereka mampu membahagiakan keluarga dengan ikut berkontribusi mencari nafkah bagi keluarga. Universitas Sumatera Utara 74 Pernyataan di atas diperkuat atas wawancara dengan orang tua responden orang tua Suratman dan Lili yang mengatakan bahwa: “kalau anakku bekerja, pastilah kami terbantu. Anakku juga sering memberikan sebagian duitnya untuk keperluan keluarga kami. Saya dan suamiku Cuma kerja serabutan penghasian gk tetap, makanya penghasilan anakku bisa menambah biaya untuk pengeluaran keluarga kami” Selain itu, ada pula orang tua responden dengan beranggapan kadang- kadang mampu memberikan perubahan yang berarti bagi keluarganya. Yang dahulunya tidak bisa setiap hari makan, sekarang dengan kontirbusi yang mereka berikan keluarga dapat makan 3 tiga kali sehari sebagaimana seharusnya manusia makan. Berdasarkan hasil wawancara dapat kita simpulkan bahwa responden menjawab cukup baik dalam merubah kondisi ekonomi setelah anak ikut bekerja. Hal ini berarti terdapat perubahan dalam hal ekonomi didalam keluarga mereka. Merasa kondisi ekonomi keluarganya menjadi baik. Kontribusi yang mereka berikan mampu menghidupi semua keluarganya dengan baik. Kemudian mereka ikut bekerja membantu orang tua mencari nafkah demi terpenuhinya kehidupan mereka sekeluarga. Walaupun mereka tidak mampu memberikan perubahan yang berarti bagi keluarga tetapi mereka tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk semua anggota keluarganya. Universitas Sumatera Utara 75

5.3. Analisis Kontibusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi