Kontribusi Anak Kontribusi Pekerja Anak Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Pasar V Kebun Kelapa Desa Amal Bakti, Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kontribusi

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri ataupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi maupun tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Dengan berkontribusi berarti individu tersebut telah terintegrasi dengan komunitas dan lingkungannya. Dengan cara berkontribusi berarti individu tersebut juga berarti berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi dan perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis. http:patriotproklamasi.blogspot.com200906afiliasi-partisipasi-dan kontribusi.html, diakses pada tanggal 1 Mei 2014 pukul 12:08 wib. Dalam hal ini kontribusi dapat diartikan seorang anak memposisikan dirinya dalam peran keluarga dalam membantu dalam aspek social maupun aspek ekonomi.

2.2. Anak

2.2.1. Pengertian Anak

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, anak juga penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis, dan mempunyai cirri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Anak perlu mendapat kesempatan Universitas Sumatera Utara 11 seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan mempunyai akhlak yang mulia. Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. Anak juga merupakan cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak adalah aset bangsa. Masa depan bangsa dan negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik kepribadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu pula sebaliknya, apabila kepribadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang. Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang panjang dalam rentang kehidupan. Bagi Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk pada saat dalam kandungan. Anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap- kehidupan anak, masa kanak-kanak seringkali dianggap tidak ada akhirnya, sehingga mereka tidak sabar menunggu saat yang didambakan yaitu pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan lagi anak-anak tapi orang dewasa Universitas Sumatera Utara 12 tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak anak. Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya. Menurut Konvensi Hak Anak pasal 1, anak berarti setiap manusia yang berusia dibawah delapan belas tahun kecuali, berdasarkan undang undang yang berlaku untuk anak-anak, kedewasaan telah dicapai lebih cepat. Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 1973, pengertian anak adalah seorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sementara itu UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia 0 sampai dengan 18 tahun. Undang–undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan undang – undang perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun. Huraerah, 2006:31. Sebagai anak tentu mereka mempunyai hak dan kewajiban, anak mempunyai hak asasi yang disebut Hak Asasi Anak. Hak Asasi Anak meliputi: 1. Hak untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2. Hak atas suatu nama sebagai indentitas diri dan status kewarganegaraan. 3. Hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua. Universitas Sumatera Utara 13 4. Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. 5. Dalam hal karena suatu sebab orangtuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. 6. Hak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. 7. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan bakatnya. 8. Hak memperoleh pendidikan luar biasa bagi anak yang menyandang cacat dan mendapatkan pendidikan khusus bagi anak yang memiliki keunggulan. 9. Setiap anak berhak menyatakan dan didengarkan pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi, sesuai dengan tingakt kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan. 10. Hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, dan berekreasi seusai minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri. Universitas Sumatera Utara 14 11. Hak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak yang menyandang cacat. Dan setiap anak juga memiliki kewajiban yaitu: 1. Menghormati orang tua, wali, dan guru 2. Mencintai keluarga, masyarakat dan teman. 3. Mencintai tanah air, bangsa dan negara. 4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. 5. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia. Kewajiban negara dalam memberikan hak – hak anak tertuang pada Konvensi Hak – Hak Anak yang telah ratifikasi oleh pemerintah Indonesia, yaitu: 1. Menghormati dan menjamin hak – hak anak 2. Mempertimbangkan kepentingan utama anak 3. Menjamin adanya perlindungan anak 4. Menghormati hak anak dan mempertahankan identitasnya 5. Jaminan anak tidak dipisahkan dengan orang tuanya 6. Jaminan hak pribadi anak Prinst, 1997: 103-109 Demikian juga pengakuan terhadap anak secara internasional dilakukan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa PBB melalui suatu konvensi yaitu pada tahun 1989. Prinsip-prinsip yang dianut dalam konveksi hak anak adalah a. Non Diskriminasi Pasal 2, semua hak anak yang diakui dan terkandung dalam KHA Konvensi Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa perbedaan apapun. Universitas Sumatera Utara 15 b. Kepentingan terbaik untuk anak Pasal 3, semua tindakan yang menyangkut anak, pertimbangannya adalah apa yang terbaik untuk anak. c. Kelangsungan hidup dan perkembangan anak Pasal 6, hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui atas perkembangan hidup dan perkembangannya harus dijamin. d. Penghargaan terhadap pendapat anak Pasal 12 pendapat anak terutama yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan http:Pekerja.anak,erka.htmdiakses tanggal 15 mei 2014 pukul 22.05 WIB. Sistem struktural masyarakat, anak seringkali dianggap sebagai pelaksana dari keputusan yang ditetapkan oleh orang dewasa karena masih belum memiliki kapasitas untuk mandiri. Anak hanya dianggap sebagai konsumen dari budaya yang telah dikembangkan oleh orang dewasa. Agar proses menuju kematangan sebagai seorang individu diperlukan tindakan sosialisasi dari orang-orang dewasa sekitarnya. Sehubungan dengan konsep pemaknaan anak children, pada masa kanak-kanak childhood beberapa ahli sosiologi seperti Jenks serta James dan Prout menyatakan ada beberapa ciri-ciri paradigma tentang anak yaitu: a. Masa kanak-kanak childhood dipahami sebagai sebuah konstruksi sosial. Pandangan ini memilki perbedaan dan kematangan biologis yang memandang bahwa masa kanak-kanak sebagai sebuah gambaran natural dan universal. Memandang childhood sebuah komponen struktural dan kultural yang khusus dari berbagai masyarakat. Universitas Sumatera Utara 16 b. Childhood merupakan sebuah variabel dari analisis sosial. Hal ini tidak bisa terlepas dari variabel lain seperti gender, kelas, dan etnisitas. Analisis komparatif dan cross-kultrural lebih mengungkapkan keberagaman dari childhood dari pada sebuah fenomena yang bersifat tunggal dan universal. c. Hubungan sosial anak. Hubungan sosial anak dan budaya merupakan studi yang berguna dalam hak right anak, bebas dari perspektif dan kepentingan orang dewasa adults. d. Anak merupakan dan harus dipandang sebagai subjek yang aktif dalam konstruksi dan determinasi dari kehidupan sosial mereka sendiri, kehidupan di seputar mereka dan dari masyarakat dimana mereka tinggal. Anak bukanlah subjek pasif dari struktur dan proses sosial e. Childhood merupakan sebuah fenomena dalam kaitan dengan mana hermeneutik ganda dari ilmu pengetahuan sosial merupakan pernyataan yang benar atau tajam acutely. Untuk menyatakan sebuah paradigma baru dari sosiologi, childhood juga perlu ikut terlibat dalam proses rekonstruksi childhood dalam masyarakat James, Prout, Allans, 1997: 8.

2.2.2. Pekerja Anak

Pekerja anak merupakan sebuah istilah untuk mempekerjakan anak kecil, dimana istilah pekerja anak ini memilki konotasi pengeksploitasian anak kecil atas tenaga mereka, dengan gaji yang kecil atau pertimbangan bagi perkembangan pribadi mereka, keamanannya, kesehatan, dan prospek masa depannya Ensiklopedia Wikipedia. Universitas Sumatera Utara 17 Ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 25 Tahun 1997 Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seorang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun. Disamping itu, Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 31999 yang dikeluarkan pada tanggal 26 Januari 1999 tentang Pelaksanaan Penanggulangan Pekerja Anak juga menyatakan bahwa yang disebut pekerja anak adalah anak yang berusia di bawah 15 tahun yang sudah melakukan pekerjaan berat dan berbahaya baik yang tidak bersekolah maupun yang bersekolah. Pekerjaan berat dan berbahaya yang dimaksudkan di sini adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pekerja anak yang dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak, baik fisik maupun nonfisik. Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pengertian pekerja anak sebagai berikut: a. Tenagakerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. b. Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 15 tahun. Pengertian tersebut berlaku bagi tenagakerja anak yang bekerja di sektor formal seperti perusahaanlembaga. Sedangkan batasan usia tenagakerja di sektor informal tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO 138 tentang Usia Minimum Anak Untuk Diperbolehkan Bekerja Lembaran Negara No. 56 Tahun 1999. Dalam Undang-Undang tersebut berdasarkan Pasal 2 Universitas Sumatera Utara 18 konvensi ini dijelaskan bahwa dalam hal pekerjaan nonindustri pertanian, perdagangan, dan sektor informal lainnya usia minimum tidak kurang dari 15 tahun. Menurut Biro Pusat Statistik BPS yang dimaksud pekerja anak adalah anak usia kerja 10-14 tahun yang melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara kontinu dalam seminggu yang lalu. Bekerja juga mengandung arti yang luas yang mencakup semua sektor baik secara formal maupun informal. Namun BPS hanya mengenal pengkategorian pekerjaan sektor pertanian, industri, perdagangan, kontruksi, serta transportasi dan jasa diolah dari data situs www. BPS.go.id. Secara teori, batasan pengertian tenaga kerja anak bermacam-macam tergantung siapa yang memberikan batasan dan untuk tujuan apa. Pekerja anak diartikan sebagai anak yang harus melakukan pekerjaan yang menghalangi mereka bersekolah dan membahayakan kesehatan, fisik dan mentalnya Damanik, 2006. Para ahli mendefenisiskan pekerja anak juga diartikan sebagai anak yang aktif bekerja, yang membedakannya dengan anak yang pasif bekerja, karena tidak semua pekerjaan yang dilakukan oleh anak dapat menjadikan anak sebagai pekerja. Selain itu, Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya atau untuk orang lain yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima imbalan atau tidak Tjandraningsih, 1995. Kertonegoro 1997, pekerja anak merupakan tenaga kerja yang dilakukan anak dibawah umur 15 tahun. Pengertian anak menurut Putranto dalam Bagong, 1999, menyebutkan Universitas Sumatera Utara 19 bahwa pekerja anak adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun selain membantu keluarga, pada komunitas tertentu misalnya pada sektor pertanian, perikanan, dan industri kerajinan yang dari sejak kecil mereka sudah dididik untuk bekerja. Menurut Manurung 1998, Pekerja anak adalah mereka yang berusia 10-14 tahun dan sedang bekerja paling sedikit satu jam secara kontinyu dalam seminggu. Fenomena pekerja anak di Indonesia merupakan masalah serius karena mengancam kualitas kehidupan anak, hak-hak mereka dan masa depan mereka sekaligus masa depan bangsa. Oleh karena itulah pekerja anak merupakan salah satu kategori anak-anak yang perlu mendapat perlindungan khusus. Konvensi ILO No.138 disahkan Pemerintah Indonesia melalui UU No.1 Tahun 2000 mengenai usia minimum untuk diperbolehkan bekerja menyatakan bahwa usia minimum bagi anak untuk diperbolehkan bekerja adalah 15 tahun jika pekerjaan itu tidak mengganggu kesehatan, keselamatan, pendidikan, dan pertumbuhannya. Sementara usia minimum untuk diperbolehkan bekerja atau melakukan pekerjaan yang berbahaya tidak boleh kurang dari 18 tahun. Namun ternyata masih banyak anak berusia kurang dari 15 tahun yang harus bekerja di Indonesia.

2.2.3. Karakteristik Pekerja Anak Buruh Anak

Pekerja anak bekerja demi meningkatkan penghasilan keluarga atau rumah tangganya secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan kerja yang diterapkan pada pekerja anak ada bermacam-macam bentuk, yaitu buruh, magang, dan tenaga keluarga. Sebagai buruh, anak-anak diberi imbalan atau upah. Untuk Universitas Sumatera Utara 20 pekerjaannya sebagai magang, dan tenaga kelurga, mereka ada yang dibayar dan ada yang tidak dibayar Tjandraningsih, 1995. Menurut Usman dan Nachrowi 2004, jika ditinjau dari pendidikan pekerja anak, pekerja anak baik disektor garmen maupun rotan atau kayu adalah anak-anak yang minimal menduduki bangku sekolah dasar SD, ataupun tamatan SD. Namun karena pekerjaan inilah yang menyebabkan anak-anak yang asih duduk di bangku SD sebagan harus drop-out dari sekolahnya dikarenakan waktu mereka sebagian besar dihabiskan untuk bekerja Menurut Tjandraningsih 1995, sebagian besar pekerja anak disektor industri manufaktur hanya mempunyai pendidikan rendah. Dari segi pendidikan, anak-anak yang bekerja disinyalir cenderung mudah putus sekolah, baik putus sekolah lantaran bekerja terlebih dahulu atau putus sekolah dahulu baru kemudian bekerja Bagong, 1999. Menurut White Tjandraningsih 1999, di sektor industri formal, pekerja anak umumnya berada dalam kondisi jam kerja yang panjang, berupah rendah, menghadapi resiko kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan, atau menjadi sasaran pelecehan dan sewenang-wenang orang dewasa. Secara umum karakteristik tenaga kerja anak tidak jauh berbeda, kecuali dari segi usia, dengan karakteristik tenaga kerja dewasa perempuan, bahkan tenaga kerja laki-laki Tjandraningsih Haryadi, 1995.

2.2.4. Faktor Penyebab munculnya Tenaga Kerja anak Buruh Anak

Menurut Usman dan Nachrowi 2004: 100, faktor-faktor yang menjadi penyebab anak-anak bekerja dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu penawaran supply dan permintaan demand. Sisi penawaran ditunjukkan untuk melihat faktor-faktor Universitas Sumatera Utara 21 yang melatarbelakangi masyarakat yang menyediakan tenaga anak-anak untuk bekerja, sedangkan sisi permintaan untuk menunjukkan faktor-faktor yang mendukung pengusaha memutuskan untuk menggunakan pekerja anak sebagai faktor produksi. Dari sisi penawaran, menurut berbagai penelitian yang dilakukan di dalam maupun luar negeri, kemiskinan merupakan faktor utama yang membuat anak- anak masuk ke pasar tenaga kerja. ILO dan Unicef 1994 menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan akar permasalahan terdalam dan faktor utama anak-anak terjun ke dunia kerja. Bencana alam, buta huruf, ketidakberdayaan, kurangnya pilihan untuk bertahan hidup, serta kemiskinan orangtua yang membuat semakin buruknya keadaan yang dihadapi oleh keluarga sehingga mereka merasa terpaksa meletakkan anaknya ke dunia kerja. Penjelasan di atas dapat diringkas bahwa faktor utama yang membuat anak- anak masuk ke pasar kerja adalah sebagai berikut: a. Kemiskinan b. Pendidikan c. Perubahan proses produksi d. Ketidaktauan oang tua tentang konvensi hak-hak anak dan undang-undang tentang anak. sesuai dengan konvensi hak anak e. Faktor nilai budaya masyarakat

2.2.3. Kesejahteraan Anak

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, Universitas Sumatera Utara 22 maupun sosial. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Dasar dari undang-undang ini mengacu kepada pasal 34 UUD 1945, yang menyatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Apabila ketentuan pasal 34 UUD 1945 ini diberlakukan secara konsekwen, maka kehidupan fakir miskin dan anak terlantar akan terjamin Siregar, 2014: 43. Dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979, juga disebutkan hak- hak anak sebagai berikut: a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang di dalam keluarga maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh kembang secara wajar b. Anak berhat atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warga Negara yang baik dan berguna c. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun seseudah dilahirkan d. Anak berhak atas perindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannnya secara wajar Menurut kamus istilah kesejahteraan sosial, defenisi kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera pada umumnya yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah, dan sosial dan bukan hanya perbaikan dan pemberantasan keburukan sosial tertentu saja, jadi merupakan suatu keadaan dan kegiatan Suparlan, 1983:58. Universitas Sumatera Utara 23

2.3. Pengertian Sosial Ekonomi