13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPOLISIAN INDONESIA DAN JEPANG
2.1 Sejarah Kepolisian
Sejalan dengan perkembangan kepolisian yang ada pada saat ini, sebenarnya ada banyak perubahan-perubahan di masa lalu yang telah dilalui dan
patut dijadikan pembelajaran bagi kedepannya. Sejarah kepolisian akan menggambarkan bagaimana hal-hal yang tejadi dalam suatu pemerintahan dapat
mempengaruhi eksistensi kepolisian.
2.1.1 Sejarah Kepolisian Indonesia
Lahir, tumbuh dan berkembangnya kepolisian Indonesia tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak proklamasi. Sejak
kemerdekaan Indonesia, polisi telah dihadapkan pada banyak tugas. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, polisi juga terlibat langsung
dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai opersai militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain. Dalam perkembangan paling akhir di
kepolisian yang semakin modern dan global, Polisi Republik Indonesia yang sering disingkat dengan sebutan Polri, bukan hanya mengurusi keamanan dan
ketertiban dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah-masalah keamanan dan ketertiban regional maupun internasional, sebagaimana yang
ditempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian
http:www.polri.go.id.
Universitas Sumatera Utara
14 Tabah 2002:18 menggolongkan sejarah kepolisian di Indonesia kedalam
delapan periode yaitu, zaman penjajahan Belanda, zaman pendudukan Jepang, zaman revolusi fisik, zaman RIS, zaman demokrasi parlementer, zaman
demokrasi terpimpin, zaman Orde Baru setelah pemberontakan G.30.SPKI dan zaman Reformasi dewasa ini.
Dalam penelitian ini, sejarah kepolisian Indonesia akan digolongkan menjadi dua periode. Periode pertama adalah masa sebelum kemerdekaan
Indonesia yang mencakup masa kolonialisme Belanda dan masa kependudukan Jepang. Periode kedua adalah masa sesudah kemerdekaan Indonesia serta
perkembangannya sampai sekarang. 1. Masa Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Masa kolonialisme Belanda dimulai pada tahun 1800-1942. Pada zaman Kerajaan Majapahit
,
Patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan kerajaan. Pada
masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi untuk
menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang pribumi
untuk menjaga keamanan mereka http:id.wikipedia.orgwikiKepolisian_Negara_Republik_Indonesia.
Dari data di atas kita dapat mengetahui bahwa pasukan keamanan bayangkara yang dibentuk pada zaman kerajaan merupakan pembentukan pasukan
keamanan pertama yang ada di Indonesia dengan tugas untuk melindungi raja dan kerajaan. Ketika Belanda masuk ke Indonesia, pasukan keamanan ditugaskan
Universitas Sumatera Utara
15 untuk menjaga aset kekayaan orang Eropa. Sistem pengrekrutan anggota
keamanan juga tidak memiliki prosedur atau kriteria yang sulit. Kunarto 2001:102 menyatakan bahwa pada masa penjajahan Belanda,
kepolisian Indonesia berada dibawah Kementrian Dalam Negeri seperti yang ada di negara Belanda.
Pada masa ini polisi adalah penegak hukumnya penjajah, hal ini menyebabkan polisi di masa kolonilalisme Belanda merupakan musuh rakyat.
Polisi dianggap pembela kepentingan penjajah. Kondisi itu membawa prilaku polisi berbeda dan jauh dari kondisi polisi yang ideal. Memelihara keamanan dan
ketertiban umum pada masa itu juga bermakna, kestabilan dan kekuasaan penjajah yang kalau perlu menindas rakyat. Sehinggah perilaku opolisi bukannya melayani
tetapi menakuti masyarakat, dan harus bersikap sebagai penguasa. Tabah 2002:19 menyatakan bahwa pada masa Kolonialisme Belanda
terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti veld politie polisi lapangan, stands politie polisi kota, cultur politie polisi pertanian, bestuurs politie polisi
pamong praja, dan lain-lain. Sejalan dengan administrasi negara pada waktu itu, pada kepolisian juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan
pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent bintara, inspekteur van politie, dan commisaris van politie. Untuk polisis dari
kalangan pribumi selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi yang kedudukannya lebih rendah dari
polisi Belanda. Kolonialisme yang terlihat pada sistem kepolisian yang dibentuk adalah
adanya pembatasan kedudukan pangkat kepolisian pada masyarakat pribumi.
Universitas Sumatera Utara
16 Kedudukan, tugas, fungsi, organisasi, hubungan dan tata cara kerja kepolisian
pada masa itu diabdikan untuk kepentingan pemerintah kolonial. Kepolisian masa kolonial Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 di Indonesia adalah
merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini.
Masa kependudukan Jepang dimuali dari tahun 1942 - 1945. Pada masa ini Jepang membagi wiliyah kepolisian Indonesia menjadi wilayah yaitu:
1. Kepolisian Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta
2. Kepolisian Sumatera yang berpusat di Bukittinggi
3. Kepolisian wilayah Indonesia Timur berpusat di Makasar
4. Kepolisian Kalimantan yang berpusat di Banjarmasin.
Setiap kantor polisi yang ada di daerah-daerah, meskipun dikepalai oleh seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi selalu didampingi oleh pejabat
Jepang yang dalam praktik lebih berkuasa dari kepala polisi. http:id.wikipedia.orgwikiKepolisian_Negara_Republik_Indonesia
.
Pemerintahan kepolisan Jepang membagi Indonesia dalam dua lingkungan kekuasaan yaitu:
1. Sumatera, Jawa dan Madura dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang. 2. Indonesia bagian timur dan Kalimantan dikuasai Angkatan Laut Jepang.
http:makalahkepolisiannegara.blogspot.com201003kepolisian-negara.html Pembagian lingkungan kekuasaan yang dibuat oleh bangsa Jepang pada
masa ini ditujukan untuk mempermudah pengawasan di seluruh bangsa Indonesia oleh bangsa Jepang.
Universitas Sumatera Utara
17 Kunarto 2001:102, Kepolisian dalam masa kependudukan Jepang dinilai
jauh lebih keras dan kejam dibanding dengan polisi pada masa Belanda. Keadaan ini disebabkan oleh kondisi Jepang yang saat itu dalam keadaan perang, sehinggah
perilaku hukum yang diterapkan dan sistem serta perilaku diimplemantasikan dengan tata kerja Polisi Militer.
Perilaku polisi pada masa itu sangat mencekam bagi rakyat dan jauh dari falsafah dan hakekat polisi sebagai pelayanan dan pengabdian masyarakat.
Tabah 2002:20, Dalam masa ini banyak terjadi pergantian kedudukan dan kepangkatan kepolisian Indonesia dari masa kolonialisme Belanda
sebelumnya. Pusat kepolisian di Jakarta dinamakan Keisatsu Bu. 2. Masa Setelah Kemerdekaan Indonesia dan Perkembangannya samapai sekarang
Tabah 2002: 21, Setelah Bangsa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, Pemerintah militer Jepang membubarkan semua bentuk organisasi yang
telah dibentuk di Indonesia, sedangkan polisi tetap bertugas. Pada 17 Agustus 1945 secara resmi kepolisian menjadi Kepolisan
Indonesia yang merdeka. Setelah Proklamasi, masih diberlakukan peraturan perundang-undangan Hindia-Belanda, termasuk untuk menangani kepolisian.
Pemerintah membentuk suatu Lembaga Kepolisian Negara yang betanggung jawab langsung kepada perdana menteri. Semua fungsi kepolisian disatukan dan
diataur melalui Lembaga Kepolisian Negara yang telah dibentuk. Sampai sekarang dikenal sebagai hari Bayangkara atau dalam artian hari lahirnya
Kepolisian Nasional Indonesia. Tabah 2002: 22, Saat pembentukan sejarah Kepolisian Negara tahun
1946, jumlah anggota Polri sudah mencapai 31.620 personil sedangkan jumlah
Universitas Sumatera Utara
18 penduduk saat itu belum mencapai 60 juta jiwa. Dengan demikian, “Police
population ratio” watu itu sudah 1:500. Hal ini menunjukan bahwa diawal kemerdekaan, polisi sudah mampu
bekerja secara aktif. Terlihat dari jumlah personil polisi yang tinggi dengan mencapai rasio perbandingan 1:500.
Tabah 2002: 21, Dalam perkembangannya, terjadi perubahan kedudukan pada struktur Kepolisian. Pada tahun 1946, kepolisian bertanggung jawab
langsung kepada Perdana Menteri. Semua fungsi kepolisian disatuakan dalam Lembaga Kepolisian Negara yang memimpin kepolisian di seluruh tanah air.
Tahun 1947 kepolisian berada dibawah naungan Menteri Pertahanan Suyono, 2013:93. Hal ini dikarenakan adanya pertimbangan perubahan situasi
revolusi pada saat itu. Kepolisian selain menjalankan tugas kepolisian juga diperintahkan untuk menjalankan pekerjaan tentara atas perintah komando tentara.
Pada masa ini polri juga ikut bertempur di seluruh wilayah RI, polisi berjuang bersama angkatan perang dan rakyat pejuang.
Tabah 2002: 22, Pada tanggal 4 Februari 1948 dikeluarkan TAP Pemerintah No. 11998 yang menetapkan Polri dipimpin langsung oleh
PresidenWakil Presiden dalam kedudukan sebagai Perdana MentriWakil Perdana Mentri.
Kemudian pada masa berlakunya demokrasi liberal dan pemerintahan parlementer. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintahan pada tanggal 2
November 1951 adalah Polri berada dibawah Perdana Menteri dan pos polisi merupakan struktur organisasi berbentuk fungsional dan usur terbawah paling
kecil dari Polri Kunarto, 2001:104.
Universitas Sumatera Utara
19 Tabah 2002:25, Dalam TAP MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan
bahwa ABRI terdiri atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Dalam Undang- Undang Pokok Kepolisian No. 131961, dinyatakan bahwa kedudukan Polri
sebagai salah satu unsur ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD , AL DAN AU. Dengan adanya keputusan tersebut, pendidikan AKABRI disamakan begi
Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun. Pada masa ini Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan kepolisian.
Suyono 2013:100, Menyatakan bahwa tahun 1999 merupakan momentum keluarnya Polri dari unsur angkatan bersenjata. Tahun 2002,
dikeluarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Dalam memajukan sistem kepolisian Indonesia, dengan jumlah yang terbatas, Polri mulai belajar dari sistem kepolisian luar negri. Untuk bidang
reserse dari Jerman, Police management dari Inggris dan Polisi lalu lintas dari Belanda Tabah, 2002:28.
Dalam perkembangannya Struktur kedudukan Polri mengalami banyak perubahan. Hal ini dipengaruhi oleh Pemerintahan Indonesia yang masih terus
mencari sistem pemrintahan yang sempurna, hingga akhirnya Polri keluar dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau ABRI dan secara langsung
bertanggung jawab kepada Presiden. Kedudukan Polri yang mandiri ini menjadikan Polri dapat menentukan kebijakan organisasinya sendiri tanpa
pengaruh dari tekanan apapun.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.2 Sejarah Kepolisian Jepang