Kouban 交番 di Jepang Pos Polisi

38 perangkat desa, masih belum mendapat kesempatan untuk melaksanakan fungsi sepenuhnya. Dengan adanya FKPM seharusnya ajakan dan pembelajaran bagi masyarakat untuk mencegah dan mengatasi kejahatan di lingkungan bisa terlaksana. Sehinggah menjadikan masyarakat sebagai polisi di lingkungan masyarakat sendiri atau pencegah masalah ditengah-tengah masyarakat. Polisi masih belum mendapat kepercayaan di tengah-tengah masyarakat. Pengadaan pos FKPM dan BKPM juga masih sebatas dambaan para penegak hukum. Anggaran yang tidak ada menjadikan FKPM yang seharusnya menjadi garda pemolisian masyarakat Indonesia tidak dapat bekerja secara maksimal.

2.3.2 Kouban 交番 di Jepang

Soichi Ito dalam Kunarto dan Kuswaryono 1998:42, Sejarah kouban dimulai sejak 100 tahun yang lalu. akarnya sudah tertanam sejak sekitar tahun 1880. Sebelumnya, petugas polisi bekerja dalam kelompok atau bertugas berdiri menjaga di suatu tempat yang sudah ditetapkan, yang dikhusukan pada daerah perkotaan. Sistem kouban ini terpelihara dengan baik sampai berakhirnya Perang Dunia II sehinggah mengakar di seluruh Jepang. Parker dalam Wahyniarti 2009:10 menyatakan bahwa sejak zaman pemerintahan Shogun, istilah kouban telah digunakan. Istilah kouban ini digunakan untuk setiap tempat yang ada di pintu gerbang kediaman para Shogun. Kouban pada masa ini merupakan sebuah bangunan kecil yang berfungsi sebagai kantor dan tempat untuk melakukan penjagaan oleh para pengawal atau samurai. Di dalam kouban samurai berjaga secara bergantian untuk menjaga keamanan tempat tersebut. Universitas Sumatera Utara 39 Dari hal di atas dapat kita lihat bahwa sistem penjagaan kouban saat ini merupakan pengembangan dari sistem kouban yang dulu ada pada masa Edo, dimana sudah ada bangunan kouban sebagai kantor, serta shift penjagaan yang dilakukan secara bergantian oleh para samurai yang berfungsi sebagai penjaga keamanan. Bayley dalam Lubis 1988:6, Kouban adalah lembaga yang dapat menyesuaikan diri, sifatnya ditentukan oleh corak lokasinya. Kouban lebih dari sekedar sumber bantuan darurat, ia merupakan sarana pelayanan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kouban yang memiliki bentuk yang berbeda-beda antara satu dan lainya. Kouban selalu mengikuti situasi dan perkembangan sekitarnya. Ketika berada di wilayah yang modern, kouban tampil dengan gaya bangunan atau bentuk fisik yang menarik. Hal ini salah satunya ditujukan agar citra kouban tidak kaku melainkan dekat dengan kehidupan masyarakat dan tidak menimbulkan batasan yang berlebihan di antara kouban dan masyarakat. Soichi Ito dalam Kunarto dan Kuswaryono 1998:39, Setiap Markas Besar daerah kepolisian memiliki 10-100 Kantor Polisi Cabang dan sistem kouban dioperasikan di daerah kantor cabang tersebut. Sistem kouban tertanam pada masyarakat Jepang dan telah menarik perhatian dunia, menjamin ketentraman dan keselamatan kehidupan masyarakat melalui kontak hubungan kesehatan dengan penduduk setempat. Karena relatif hanya terdapat jumlah petugas polisi yang sedikit dengan fokus tugas untuk melindungi keamanan daerah setempat, maka kerjasama antara polisi dan masyarakat adalah syarat mutlak dalam sistem ini. Kouban adalah unit satelit police station dan berlokasi di wilayah sub- distrik. Pos ini menjadi titik utama community police dan melayani masyarakat Universitas Sumatera Utara 40 setempat sebagai pusat keamanan masyarakat comunity safety center. Mereka memainkan peranan utama dalam menjaga keamanan masyarakat setempat melalui hubungan dengan orang-orang dan badan pemerintahan lokal Suzuki, 2009:3. Hal ini menunjukan bahwa interaksi kouban dan masyarakat serta badan pemerintahan lokal adalah kunci utama dalam pelaksanaan tugas. Keamanan terwujud ketika petugas kouban mengetahui dengan permasalahan yang ada di masyarakat, sehinggah penanggulangan yang tepat dapat dilakukan. Soichi Ito dalam Kunarto dan Kuswaryono 1998:40 menyatakan bahwa unit dasar dari sistem kouban adalah kouban dan chuzaisho. Kurang lebih terdapat 6.000 kouban dan 8.500 chuzaisho yang tersebar di Jepang. Jumlah ini mengelami peningkatan dari data ynag sebelumnya yaitu pada tahun 1988 terdapat kurang lebih 5.800 kouban di Jepang. Bayley dalam Lubis 1988:2, Kouban melayani daerah-daerah kecil berpenduduk sangat padat. Di Tokyo terdapt kira-kira 1.000 kouban dengan rata- rata daerah yang luas meliputi kurang lebih 0,22 mil persegi dengan penduduk 11.500 orang. Setiap berjalan kaki dalam radius 1,5 km atau 15 menit akan ditemukan sebuah kouban dengan lampu merah yang selalu menyala http:www.keishicho.metro.tokyo.jpsikumikoubangenkyo.htm. Jumlah kouban yang ada saat ini sebelumnya telah mengalami penyusutan. Hal ini terjadi pada saat pendudukan Amerika Serikat di Jepang. Banyaknya jumlah kouban di Jepang dianggap Amerika Serikat dapat menyatukan kembali masyarakat Jepang dan melawan Amerika. Universitas Sumatera Utara 41 Pada Kepolisan dan kouban di Tokyo terdapat karakter logo yang diberi nama peopo atau pipo kun yang merupakan singkatan dari People and Rescue Police. Karakter logo ini berasal dari logo tikus luar angkasa yang memiliki antena di bagian kepalanya. Antena tersebut merupakan simbol bahwa polisi selalu mampu mendeteksi keinginan dan masalah yang ada pada masyarakat www.ikatansakuraindonesia.com. Disetiap wilayah kepolisian Jepang memiliki bentuk logo atau karakter yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan hubungan polisi dengan masyarakat sehingga tidak timbul jarak melainkan hubungan interaksi yang baik di antara polisi dan masyarakat Jepang. Universitas Sumatera Utara 42 2.4 Struktur Kepolisian 2.4.1 Struktur Kepolisian Indonesia