CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 524 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan c.
Instrumen Keuangan lanjutan G.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan lanjutan
a Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi lanjutan Perhitungan penurunan nilai secara kolektif
Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif, aset keuangan dikelompokkan berdasarkan
kesamaan karakteristik
risiko kredit
seperti mempertimbangkan
segmentasi kredit dan status tunggakan. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang
mengindikasikan kemampuan debitur atau rekanan untuk membayar seluruh liabilitas yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset yang dievaluasi.
Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, diestimasi berdasarkan kerugian historis yang pernah
dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut di dalam Bank. Kerugian historis yang
pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada
periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada pada periode historis namun sudah tidak ada lagi saat ini.
Grup menggunakan statistical model analysis method, yaitu roll rates analysis method dan migration analysis method untuk penilaian penurunan nilai aset keuangan secara
kolektif dengan menggunakan data historis minimal 3 tiga tahun.
Pada migration analysis method, manajemen menentukan estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian untuk setiap portofolio yang
diidentifikasi, yaitu 12 bulan, kecuali untuk segmen mikro dimana estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian adalah 9 bulan.
Ketika kredit yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapus buku dengan menjurnal balik Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. Kredit tersebut dapat dihapus
buku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan. Beban penurunan nilai yang terkait dengan kredit yang diberikan
dan efek-efek di dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo dan pinjaman yang diberikan dan piutang diklasifikasikan ke dalam “Pembentukan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai”.
Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi
setelah penurunan nilai diakui seperti meningkatnya peringkat kredit debitur, maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan
menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Penerimaan kemudian atas kredit yang diberikan yang telah dihapuskan pada tahun berjalan dicatat sebagai pemulihan dari Cadangan Kerugian Penurunan Nilai.
Penerimaan kemudian atas kredit yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada periode sebelumnya dicatat sebagai pendapatan operasional lainnya.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 525 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan c.
Instrumen Keuangan lanjutan G.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan lanjutan
a Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi lanjutan Penyisihan kerugian aset produktif Entitas Anak berbasis syariah
Entitas Anak berbasis syariah menghitung penyisihan kerugian aset produktif sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 821PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006
tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana telah diubah berdasarkan PBI No.
99PBI2007 tanggal 18 Juni 2007, PBI No.1024PBI2008 tanggal 16 Oktober 2008 dan terakhir dengan PBI No.1313PBI2011 tanggal 24 Maret 2011, yaitu:
a. Cadangan umum, sekurang-kurangnya sebesar 1 dari aset produktif yang
digolongkan lancar. b.
Cadangan khusus, sekurang-kurangnya sebesar: -
5 dari aset produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus setelah dikurangi nilai agunan
- 15 dari aset produktif yang digolongkan kurang lancar dikurangi nilai agunan
- 50 dari aset produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai
agunan -
100 dari aset produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.
c. Kewajiban untuk membentuk penyisihan kerugian aset produktif tidak berlaku
bagi transaksi sewa ijarah atau ijarah muntahi’yah bittamlik. b Aset keuangan yang tersedia untuk dijual
Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, Grup mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset
keuangan mengalami penurunan nilai. Lihat Catatan 2c.G.a untuk kriteria bukti obyektif adanya penurunan nilai.
Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar dari investasi dalam instrumen utang di bawah biaya perolehannya merupakan bukti
obyektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut diatas untuk aset keuangan yang tersedia untuk
dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya
telah diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara
obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian, maka kerugian
penurunan nilai tersebut harus dipulihkan melalui laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 526 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan c.
Instrumen Keuangan lanjutan G.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan lanjutan
c Kontrak jaminan keuangan dan komitmen Kontrak jaminan keuangan adalah kontrak yang mengharuskan penerbit untuk
melakukan pembayaran yang ditetapkan untuk mengganti uang pemegang kontrak atas kerugian yang terjadi karena debitur tertentu gagal untuk melakukan
pembayaran pada saat jatuh tempo, sesuai dengan ketentuan dari instrumen utang. Jaminan keuangan tersebut diberikan kepada bank-bank, lembaga keuangan dan
badan-badan lainnya atas nama debitur untuk menjamin kredit dan fasilitas-fasilitas perbankan lainnya.
Jaminan keuangan awalnya diakui dalam laporan keuangan konsolidasian sebesar nilai wajar pada tanggal jaminan diberikan. Nilai wajar dari jaminan keuangan pada
saat dimulainya transaksi pada umumnya sama dengan provisi yang diterima untuk jaminan diberikan dengan syarat dan kondisi normal. Setelah pengakuan awal,
liabilitas Bank atas jaminan tersebut diukur pada jumlah yang lebih tinggi antara jumlah awal, dikurangi amortisasi provisi, dan estimasi terbaik dari jumlah yang
diharapkan akan terjadi untuk menyelesaikan jaminan tersebut. Estimasi ini ditentukan berdasarkan pengalaman transaksi yang sejenis dan kerugian historis
masa lalu, dilengkapi dengan penilaian manajemen. Pendapatan provisi yang diperoleh diamortisasi selama jangka waktu jaminan dengan menggunakan metode
garis lurus.
Peningkatan jumlah liabilitas yang berkaitan dengan jaminan keuangan dilaporkan sebagai biaya operasi lain-lain pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Bank menentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai aset keuangan atas kontrak jaminan keuangan yang memiliki risiko kredit dan komitmen berdasarkan nilai yang
lebih tinggi antara nilai amortisasi nilai tercatat dan nilai kini atas pembayaran liabilitas yang diharapkan akan terjadi ketika pembayaran atas jaminan tersebut
menjadi probable atau nilai Cadangan Kerugian Penurunan Nilai yang dihitung berdasarkan data kerugian historis untuk evaluasi penurunan nilai secara kolektif.
H. Penentuan nilai wajar
Nilai wajar untuk instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif, seperti efek- efek dan Obligasi Pemerintah, ditentukan berdasarkan nilai pasar yang berlaku pada
tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian menggunakan harga yang dipublikasikan secara rutin dan berasal dari sumber yang terpercaya, seperti Bloomberg, Reuters atau
harga yang diberikan oleh broker quoted price. Investasi dalam unit reksadana dinyatakan sebesar nilai pasar sesuai nilai aset bersih dari reksadana pada tanggal
laporan posisi keuangan konsolidasian.
Instrumen keuangan dianggap memiliki kuotasi di pasar aktif, jika harga kuotasi tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa, pedagang efek dealer,
perantara efek broker dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. Jika kriteria di atas tidak terpenuhi, maka pasar
aktif dinyatakan tidak tersedia. Indikasi-indikasi dari pasar tidak aktif adalah terdapat selisih yang besar antara harga penawaran dan permintaan atau kenaikan signifikan
dalam selisih harga penawaran dan permintaan dan hanya terdapat beberapa transaksi terkini.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 527 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan c.
Instrumen Keuangan lanjutan H.
Penentuan nilai wajar
Untuk efek-efek yang tidak mempunyai harga pasar, estimasi atas nilai wajar efek-efek ditetapkan dengan mengacu pada nilai wajar instrumen lain yang substansinya sama atau
dihitung berdasarkan arus kas yang diharapkan terhadap aset bersih efek-efek tersebut.
Untuk Obligasi Pemerintah yang tidak memiliki nilai pasar, estimasi nilai wajar ditentukan dengan menggunakan model internal berdasarkan nilai kini dari arus kas masa depan
yang diharapkan pendekatan next-repricing method dengan menggunakan faktor deflator.
d. Prinsip-prinsip Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian meliputi laporan keuangan Bank Mandiri dan Entitas Anak yang mayoritas sahamnya dimiliki atau dikendalikan oleh Bank Mandiri. Suatu pengendalian atas
suatu Entitas Anak lain dianggap ada bilamana Bank Mandiri menguasai lebih dari lima puluh persen 50,00 hak suara pada Entitas Anak, atau Bank Mandiri dapat menentukan kebijakan
keuangan dan operasi dari Entitas Anak, atau mempunyai kemampuan untuk memberhentikan atau menunjuk mayoritas anggota Direksi di Entitas Anak. Pada laporan keuangan konsolidasian
Bank Mandiri, semua saldo dan transaksi yang signifikan antar perusahaan yang dikonsolidasi telah dieliminasi. Kepentingan nonpengendali atas laba bersih Entitas Anak disajikan sebagai
pengurang dari laba bersih konsolidasian untuk mendapatkan jumlah laba yang menjadi hak pemilik entitas Bank. Kepentingan nonpengendali dalam aset bersih disajikan sebagai bagian
dari ekuitas kecuali kepentingan nonpengendali yang berasal dari konsolidasi atas reksadana disajikan sebagai bagian dari liabilitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.
Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam laporan keuangan konsolidasian telah diterapkan secara konsisten oleh Entitas Anak, kecuali bila dinyatakan lain.
Bila pengendalian atas suatu entitas diperoleh atau berakhir dalam tahun berjalan, hasil usaha entitas tersebut dimasukkan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian sejak tanggal
pengendalian dimulai atau sampai dengan tanggal pengendalian berakhir.
e. Transaksi dan Saldo Dalam Mata Uang Asing
Entitas Anak dan kantor cabang luar negeri Bank Mandiri menyelenggarakan catatan akuntansinya dalam mata uang Rupiah. Untuk tujuan
konsolidasian, laporan keuangan dalam mata uang asing milik cabang dan Entitas Anak luar negeri Bank Mandiri dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan dasar sebagai berikut:
1 Aset dan liabilitas, komitmen dan kontinjensi - menggunakan kurs spot Reuters pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian.
2 Pendapatan, beban, laba dan rugi - menggunakan kurs tengah rata-rata yang berlaku pada bulan terjadinya transaksi.
3 Akun ekuitas - menggunakan kurs historis pada tanggal transaksi. 4 Laporan arus kas - menggunakan kurs spot Reuters pada tanggal laporan posisi keuangan
konsolidasian, kecuali akun-akun laba rugi menggunakan kurs tengah rata-rata dan unsur- unsur ekuitas menggunakan kurs historis.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 528 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan e.
Transaksi dan Saldo Dalam Mata Uang Asing lanjutan
Entitas Anak dan kantor cabang luar negeri lanjutan Selisih yang timbul dari proses penjabaran laporan keuangan tersebut disajikan sebagai “Selisih
Kurs karena Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing” pada kelompok Ekuitas dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.
Transaksi dan saldo dalam mata uang asing Transaksi dalam mata uang asing dicatat ke dalam Rupiah menggunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi. Pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, semua aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan kedalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs spot Reuters pada pukul 16.00 WIB untuk tanggal 31 Desember 2013 dan 28 Desember 2012. Keuntungan atau kerugian yang timbul dibebankan pada laba rugi
komprehensif konsolidasian tahun berjalan.
Kurs yang digunakan untuk menjabarkan mata uang asing ke dalam Rupiah pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian adalah sebagai berikut Rupiah penuh:
2013 2012
1 Pound Sterling Inggris 20.110,93
15.514,93 1 Euro
16.759,31 12.731,62
1 Dolar Amerika Serikat 12.170,00
9.637,50 100 Yen Jepang
11.575,00 11.177,00
f. Transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi
Bank Mandiri dan Entitas Anak melakukan transaksi dengan pihak - pihak berelasi seperti yang didefinisikan dalam PSAK 7 tentang “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi” dan Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan OJK dahulu Bapepam dan LK No. KEP-347BL2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang “Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan
Publik” yang didefinisikan antara lain:
I. perusahaan di bawah pengendalian Bank dan Entitas Anak;
II. perusahaan asosiasi;
III. investor yang memiliki hak suara, yang memberikan investor tersebut suatu pengaruh yang
signifikan; IV. perusahaan di bawah pengendalian investor yang dijelaskan dalam Catatan III di atas;
V. karyawan kunci dan anggota keluarganya; dan
VI. entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi secara signifikan oleh Pemerintah yaitu Menteri keuangan atau Pemerintah Daerah yang merupakan pemegang
saham dari entitas. Semua transaksi signifikan dengan pihak-pihak berelasi, telah diungkapkan pada Catatan 55.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012
Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain
Lampiran 529 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI lanjutan g.
Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, dan investasi jangka pendek likuid lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo 3 tiga bulan atau kurang sejak
tanggal perolehan.
h. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain
Giro pada Bank Indonesia dan Bank lain diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang. Lihat Catatan 2c untuk kebijakan akuntansi atas pinjaman yang diberikan dan piutang.
Entitas Anak yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip syariah, giro pada Bank Indonesia dan Bank lain dinyatakan sebesar saldo giro dikurangi dengan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai.
Giro Wajib Minimum Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia PBI No. 1019PBI2008 tanggal 14 Oktober 2008
tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing, sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 1025PBI2008 tanggal 23 Oktober 2008 yang telah
diubah dengan PBI No. 1219PBI2010 tanggal 4 Oktober 2010 yang telah diubah kembali dengan PBI No. 1310PBI2011 tanggal 9 Februari 2011 yang telah diubah terakhir dengan PBI
No.1515PBI2013 tanggal 24 Desember 2013, Bank wajib memenuhi Giro Wajib Minimum GWM pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan valuta asing. GWM dalam Rupiah terdiri dari
GWM Primer, GWM Sekunder dan GWM Loan to Deposit Ratio LDR.
GWM Primer dalam Rupiah ditetapkan sebesar 8,00 dari Dana Pihak Ketiga DPK dalam Rupiah, GWM Sekunder dalam Rupiah ditetapkan minimum sebesar 4,00 dari DPK dalam
Rupiah dan GWM LDR dalam Rupiah ditetapkan sebesar perhitungan antara Parameter Disinsentif Bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR
Target dengan memperhatikan selisih antara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM Bank dan KPMM Insentif. GWM Primer dan Sekunder dalam Rupiah mulai berlaku pada tanggal
1 November 2010 dan GWM LDR mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 2011.
Sejak tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011, GWM dalam valuta asing ditetapkan sebesar 5,00 dari DPK dalam valuta asing dan sejak 1 Juni 2011 GWM dalam
valuta asing ditetapkan sebesar 8,00 dari DPK dalam valuta asing.
Entitas Anak yang menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip syariah menerapkan Giro Wajib Minimum sesuai PBI No. 621PBI2004 tanggal 3 Agustus 2004 tentang Giro Wajib Minimum
dalam Rupiah dan valuta asing bagi Bank Umum yang melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan prinsip syariah sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 823PBI2006 tanggal
5 Oktober 2006 dan terakhir berdasarkan PBI No. 1023PBI2008 tanggal 16 Oktober 2008, setiap Bank diwajibkan memelihara Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan valuta asing yang
besarnya ditetapkan sebesar 5,00 dan 1,00 dari dana pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing.