108 menggunakan truk milik sendiri dalam bekerja, pekerja
mendapatkan upah bersih 100.000 per hari.
2. Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga Pekerja Pengangkut Pasir Besi
ND : “Saya mendukung apa yang dilakukan anak, dengan memberi
pengarahan terhadap sebab dan akibat dari apa yang dilakukan anak. Ketika anak memperoleh prestasi saya memberikan
pujian kepadanya. Saya tidak membatasi kegiatan anak selama itu hal positif. Biasanya saya hanya membatasi anak untuk
bermain, tujuannya agar bisa belajar disiplin dan bertanggung jawab. Di dalam keluarga pasti ada aturan-aturan yang harus
dipatuhi, tetapi saya tidak memaksakan, tergantung situasi. Ketika
anak tidak
mematuhi perintah
saya tidak
menghukumnya, hanya memberikan nasihat saja. Sebisa mungkin saya memantau aktivitas yang dilakukan anak dan
tidak membiarkanya bertindak sembarangan. Kalau anak melakukan hal yang salah, saya berusaha menasehatinya. Saya
membiarkan anak bergaul dengan siapa saja, yang penting anak ngomong. Saya tidak mengetahui kegiatan anak di luar
rumah. Kalo anak ingin sesuatu, saya tidak selalu menurutinya. Tergantung kebutuhan saja. Kalo memang dirasa penting dan
perlu baru saya menurutinya. ”
LS : “Saya memberi dukungan terhadap anak selama itu hal
positif, caranya dengan memberikann pengarahan terhadap apa yang dilakukan anak. Kalo anak memperoleh prestasi saya
memberi pujian, serta menyuruhnya untuk terus semangat agar lebih berprestasi lagi. Saya biasa membatasi anak dalam hal
bermain, agar anak bisa membagi waktu saat bermain dan saat belajar sehingga anak bisa disiplin dan bertanggungjawab.
Dalam keluarga saya memberlakukan aturan tentang waktu bermain dan mengaji, tetapi saya tidak memaksakan kehendak
109 terhadap anak, tergantung situasi dan kondisi anak saja. Kalo
anak tidak patuh biasanya saya tegur dan meminta alasan kenapa tidak patuh. Saya pernah menghukum anak kalo anak
tidak mau patuh, biar anak tidak mengulang kesalahan lagi. Bentuk hukumannya dengan tidak memberikan uang jajan.
Saya memantau aktivitas anak karena waktu saya bersama anak-anak lebih banyak daripada waktu anak dengan
bapaknya. Kalau anak berbuat onar ya saya marahi. Saya memberikan kebebasan anak untuk bergaul dengan siapa saja,
karena saya rasa anak sudah cukup dewasa untuk membedakan baik dan buruk. Saya tidak selalu menuruti keinginan anak,
tetapi dilihat dulu maksud dan tujuannya serta manfaatn ya. ”
EN : “Saya memberi dukungan terhadap apa yang anak lakukan,
yaitu dengan cara memberi pengarahan terhadap anak untuk melakukan hal yang positif. Ketika anak saya memperoleh
prestasi, saya memberikan pujian. Saya tidak membatasi anak, jika memang itu hal yang positif. Di dalam keluarga saya
memberlakukan aturan – aturan tertentu, misalnya tentang
pembagian waktu belajar dan bermain agar anak bisa disiplin dan bertanggungjawab. Ketika anak tidak mematuhinya, saya
menegurnya secara baik dan memberinya nasihat agar tidak mengulangi kesalahannya. Saya berusaha memantau aktivitas
anak. Saya membiarkannya bertindak sendiri, namun tetap dalam pengawasan. Jadi kalo anak berbuat salah, saya bisa
membimbingnya. Kalau anak berbuat onar, sudah pasti saya akan menasehati karena itu bukan perbuatan yang baik. Saya
memberikan kebebasan anak untuk bergaul dengan siapa saja. Saya tidak menuruti semua keinginan anak, melihat dulu
apakah itu memang perlu atau tidak.” AT
: “Saya memberi dukungan terhadap apa yang anak lakukan selama itu positif, caranya dengan mengarahkan anak untuk
110 melakukan hal yang positif. Kalo anak melakukan hal positif
saya memujinya. Saya suka membatasi anak dalam hal bermain, ini agar anak bisa membagi waktu saat bermain dan
saat belajar sehingga bisa belajar tanggungjawab. Belajar dan mengaji adalah penting, sehingga saya menerapkan aturan-
aturan yang tegas bagi anak-anak. Kalau tidak patuh, saya memberi teguran dan tidak memberi uang jajan agar tidak
mengulangi kesalahannya lagi. Saya memantau aktivitas anak baik di rumah maupun di luar rumah, karena pada dasarnya
waktu saya bersama anak-anak lebih banyak. Saya biasanya membiarkan anak bertindak sendiri, tapi tetap diawasi. Kalau
anak berbuat onar, saya tegur. Saya memberi kebebasan anak untuk bergaul dengan siapa saja, asalkan anak mau bercerita
punya teman si A, si B, atau si C. Kalau anak ingin sesuatu, saya tidak selalu menurutinya. Saya melihat dulu apa
keinginannya.” HD
: ”Saya mendukung apa yang anak lakukan, caranya dengan memberi kebebasan anak untuk bertindak sesuai dengan
kemauannya selama itu positif. Kalau anak melakukan hal yang baik saya tidak banyak memujinya, karena takut itu akan
membuatnya menjadi besar kepala. Saya tidak membatasi anak untuk melakukan sesuatu. Dalam keluarga ada aturan-aturan
yang tegas yaitu tentang waktu mengaji, kalau sudah sore anak sudah harus di rumah untuk mengaji. Kalau anak tidak mau
mengaji saya menasehatinya, kalau anak tetap tidak mau menurut saya memarahinya, alasannya agar anak belajar
disiplin tentang agama karena agama adalah landasan utama. Saya tidak memantau setiap aktivitas anak, ketika anak
bermain saya membiarkan anak bertindak sendiri, karena anak saya sudah besar jadi perlu memberikan anak tanggungjawab
dalam melakukan sesuatu. Kalau anak berbuat hal yang tidak
111 baik dan mengganggu sekitarnya, akan saya tegur dan saya
nasehati. Saya biarkan anak bergaul dengan siapa saja, karena bergaul itu juga penting sebagai wadah bersosialisasi. Sebagai
orang tua saya cuma bisa mengawasi saja. Saya tidak menuruti semua keinginan anak. Harus disesuaikan dulu dengan
kebutuhan anak, termasuk penting atau tidak penting.” AG
: “Saya memberi dukungan terhadap apa yang anak lakukan, caranya dengan memberikan dia kebebasan untuk melakukan
suatu halkegiatan dalam pengawasan dan bimbingan, serta memberikan penghargaan setiap anak melakukanmendapatkan
sesuatu yang baik. Saya memberikan pujian kalo anak berprestasi, dan sesekali memberikan hadiah sebagai
penyemangat. Saya membatasi anak untuk melakukan hal hal tertentu misalnya bermain di lingkungan yang tidak sehat,
karena lingkungan bermain anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan mentalkarakter anak. Namun selama anak
melakukan kegiatan yang positif saya tidak pernah membatasi. Di dalam keluarga saya memberlakukan aturan tertentu
misalnya harus menghormati orang yang lebih tua, patuh, dan bertanggungjawab terhadap sekolah. Kalo anak tidak patuh,
pertama saya nasehati. Tapi kalau sudah keterlaluan saya memarahi dengan tetap memberikan alasan dan pengertian
bahwa orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Saya pernah menghukum anak, dengan cara tidak
boleh bermain dulu, dan tidak memberikan uang jajan. Saya memantau aktivitas yang anak lakukan baik di rumah maupun
di luar rumah. Saya biasanya memberikan nasehat sebelum anak melakukan sesuatu agar anak memiliki pedoman sebelum
bertindak, sehingga diharapkan anak tidak melakukan aktvitas yang tidak diinginkan orang tua. Kalau anak berbuat onar, saya
menasehatinya. Kalau tidak bisa ya saya marahi, dan saya
112 hukum. Saya memberikan kebebasan anak untuk bergaul
dengan siapa saja. Saya tidak menuruti semua keinginan anak, tergantung dari penting tidaknya keinginan a
nak.” AB
: “Saya mendukung namun sedikit membatasi anak. Saya bekerja di bengkel, dan anak saya senang menirukan apa yang
saya lakukan. Di bengkel kan banyak barang yang berbahaya untuk
anak-anak. Jadi
kalau ibunya
sedang tidak
mengawasinya saya melarangnya brada dekat dengan saya karena saya takut itu akan membahayakan keselamatan anak.
Saya mendukung dengan memberikan kebebasan bermain di bengkel, selama ada yang mengawasai. Kalau anak melakukan
hal yang baik saya memujinya secara wajar tidak berlebihan, agar dia bisa mengrti tentang konsekuensi atas apa yang dia
lakukan. Kalo melakukan hal yang baik dapat pujian, kalo nakal dapat hukuman. Saya tidak membatasi anak untuk
melakukan sesuatu selama itu positif dan tidak mengancam keselamatan anak, tujuannya agar tidak terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan. Dalam keluarga tidak ada aturan yang mengikat, namun saya selalu mengajarkan anak untuk tidak
mengatakan hal yang tidak sopan. Kalo anak melanggarnya biasanya saya nasehati. Saya memantau anak, tapi tidak bisa
setiap saat. Kalau anak melakukan hal yang tidak baik saya berusaha membimbing dan menasehatinya. Saya tidak
membiarkan anak bergaul dengan sembarangan orang, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya tidak menuruti
setiap keinginan anak, kalau dirasa penting ya dituruti. Kalau tidak, buat apa dituruti.”
AN : “Saya mendukung apa yang anak saya lakukan. Anak saya
kan suka bermain di bengkel bersama bapaknya, mengutak atik sesuatu. Saya membiarkanya bermain selama itu tidak
mengancam keselamtannya, yang penting masih dalam
113 pengawasan saya. Kalau anak melakukan hal yang baik saya
memujinya secara wajar tidak berlebihan, agar dia bisa membedakan oh ini baik oh ini tidak baik. Saya tidak
membatasi anak untuk melakukan sesuatu selama itu positif dan tidak mengancam keselamatan anak, tujuannya agar tidak
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena anak saya kan masih kecil, jadi masih butuh banyak pengawasan dalam
bertindak. Di dalam keluarga tidak ada aturan yang mengikat, hanya saja saya selalu mengajarkan anak untuk tidak
mengatakan hal yang tidak sopan. Kalo anak melanggarnya biasanya saya nasehati, kalo anak masih rewel saya jewer.
Saya memantau kegiatan anak. Itu sudah otomatis, karena hampir seharian penuh saya selalu bersama anak. Kalau anak
berbuat tidak baik, saya menasehati. Saya membiarkan anak bergaul dengan siapa saja, tapi saya selalu mengawasinya.
Kalau anak menginginkan sesuatu saya tidak langsung menurutinya, tergantung seberapa penting kemauannya.”
Kesimpulan : Berdasarkan jawaban responden, diketahui bahwa:
a. Orang tua memberikan dukungan terhadap anak. Caranya
ialah dengan memberikan kebebasan terhadap anak untuk bertindak atau beraktivitas sesuai dengan keinginannya,
namun orang tua tetap memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap apa yang dilakukan anak.
b. Ketika anak melakukan hal positif, orang tua memberikan
penghargaan berupa pujian dan motivasi untuk menjadi lebih baik lagi.
c. 4 empat responden memberikan batasan-batasan terhadap
anak dalam beberapa hal yang dianggap berpotensi memberikan dampak negatif terhadap anak, seperti
manajemen waktu
yang kurang
baik, dan
lebih mengutamakan bermain. Serta berpotensi mengancam
114 keselamatan anak, seperti lingkungan bermain yang kurang
aman dan tidak sesuai untuk anak. Dan 4 empat responden mengungkapkan
tidak memberikan
batasan-batasan terhadap anak selama hal tersebut dirasa positif oleh orang
tua. d.
Di dalam keluarga dibuat aturan-aturan tidak tertulis yang bersifat tegas, yaitu mengenai kedisiplinan sekolah,
kedisiplinan mengaji, waktu bermain, dan sopan santun terhadap orang lain terutama orang tua.
e. Ketika terjadi pelanggaran terhadap aturan yang dibuat,
orang tua memberlakukan sanksi tertentu terhadap anak, dengan tujuan agar anak tidak mengulangi kesalahan yang
sama. Sehingga anak bisa belajar mengenai konsekuensi atas tindakan yang dilakukan.
f. 1 satu responden tidak memantau aktivitas anaknya, dan 7
tujuh responden memantau aktivitas anaknya. g.
Ketika anak melakukan sesuatu yang tidak baik atau melakukan sesuatu yang dapat mengganggu sekitarnya,
orang tua tidak berpangku tangan dan membiarkannya. Orang tua memberikan teguran dan nasehat, agar anak
tidak bertindak sembarangan. Namun jika anak tetap tidak bisa diberitahu dengan cara halus, orang tua memarahi dan
memberikan hukuman, misalnya tidak boleh bermain untuk sementar waktu atau tidak memberikan uang jajan kepada
anak. h.
7 tujuh dari 8 delapan orang tua memberikan kebebasan terhadap anaknya untuk bergaul dengan siapa saja, tetapi
orang tua tua tetap memberikan pengawasan terhadap kegiatan yang anak lakukan, baik itu di luar rumah maupun
di rumah sehingga orang tua mengetahui aktivitas yang anak
115 i.
Orang tua tidak selalu menuruti keinginan anak, tergantung penting atau tidaknya keinginan anak.
Berdasarkan jawaban responden, dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan anak yang diterapkan dalam
keluarga lebih mengarah kepada jenis pola pengasuhan demokratis namun tetap dipengaruhi oleh pengasuhan
otoriter. Ini dapat dilihat dari cara orang tua dalam memberikan kesempatan kepada anaknya untuk beraktivitas
sesuai keinginannya, namun kebebasan tersebut diikuti dengan aturan-aturan yang tidak kaku dan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada. Kemudian orang tua tetap memberikan pengawasan terhadap anak, baik oleh
suami maupun oleh istri.
3. Pengasuhan Anak dilihat dari Status Pekerjaan Orang Tua dalam