Teknik Pengumpulan Data Pengolahan Data Defenisi Operasional Variabel

56

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer, diperoleh dari wawancara langsung, dalam hal ini yang menjadi responden yaitu pemegang polis Asuransi Mitra Beasiswa Berencana pada AJB Bumi Putera 1912, cabang Pematangsiantar melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan. 2. Data Sekunder, data yang diperoleh dari pihak yang berwenang pada AJB Bumi Putera 1912, cabang Pematangsiantar, buku literatur, media internet serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung ke AJB Bumi Putera 1912, cabang Pematangsiantar mengenai permintaan terhadap produk Asuransi Mitra Beasiswa Berencana dilihat melalui besarnya premi. 2. Wawancara yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan mewawancarai nasabah dan agen asuransi pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912, cabang Pematangsiantar. 3. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet dan lain- lain. Universitas Sumatera Utara 57 4. Kuesioner, penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Kuesioner ini ditujukan kepada pemegang polis Asuransi Mitra Beasiswa Berencana. Jawaban atas pertanyaan ini digunakan sebagai pelengkap dan pendukung kebenaran data-data yang ada.

3.6. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputer SPSS 16. Disamping itu juga digunakan aplikasi Microsoft World 2007 dalam penulisan penelitian dan Microsoft Excel 2007 sebagai program pembantu, untuk dapat meminimalkan kesalahan dalam pencatatan data jika dibandingkan dengan pencatatan ulang secara manual.

3.7. Analisa Data

Dalam upaya pembuktian atas hipotesis yang telah dibuat maka harus dilakukan pengujian atas hipotesis itu sendiri dengan menggunakan metode stategi pendekatan desain penelitian yang sesuai. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang dibuat maka penelitian ini menerapkan metode analisa data deskriptif kuantitatif dengan pemodelan regresi linier berganda. Penerapan metode ini akan menghasilkan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Dengan demikian dapat ditunjukkan seberapa besar kontribusi variabel-variabel bebas variabel independen terhadap variabel terikatnya variabel dependen serta arah hubungan yang terjadi hubungan negatif atau positif. Universitas Sumatera Utara 58

3.7.1. Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisa adalah model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai adalah metode Ordinary Least Squares OLS atau metode kuadrat terkecil biasa. Metode ini dikemukakan oleh Carls Friedrich Gauss. Data-data yang digunakan, dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linier berganda. Variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut: Y = f X 1 ,X 2 ,…………………………………………………1 Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan persamaan sebagai berikut: Y = α+β 1 X 1 + β 2 X 2 + μ…………………………………………2 Dimana; Y = Besarnya Permintaan Asuransi Mitra Beasiswa Berencana Premi Rupiah bulan α = Intercept X 1 = Tingkat Pendapatan Masyarakat Rupiah X 2 = Tingkat Pendidikan Masyarakat Variabel Dummy β 1 β 2 = Koefisien Regresi μ = Terms of Error Bentuk hipotesisnya sebagai berikut; 1 X Y ∂ ∂ 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X 1 pendapatan maka Y premi mengalami kenaikan, ceteris paribus. Universitas Sumatera Utara 59 2 X Y ∂ ∂ 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X 2 pendidikan maka Y premi mengalami kenaikan, ceteris paribus. 3.7.2. Uji Kesesuaian Test of Goodness of Fit 3.7.2.1. Uji Koefisien Determinasi R-square Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel- variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen dimana nilai R 2 berkisar antara 0 sampai 10 ≤R 2 ≤1. Semakin bear nilai R 2 , maka semakin besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel – variabel independen. Sebaliknya jika R 2 kecil, maka akan semakin kecil variasi variabel dependen yang dapat di jelaskan oleh variabel independen.

3.7.2.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian untuk mengetahui apakah masing- masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan menganggap variabel independen lainya konstan. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus: t hitung = bi Se b bi − Dimana : bi = koefesien variabel ke – i b = nilai hipotesis nol Sebi = simpangan baku dari variabel independent ke-i Universitas Sumatera Utara 60 Dalam uji t ini digunakan perumusan bentuk hipotesis sebagai berikut : Ho : bi = b Ha : bi ≠ b Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke I nilai parameter hipotesis, dan biasanya b dianggap=0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. Pengujian dilakukan melalui uji-t dengan membandingkan t-statistik dengan t tabel. Apabila hasil perhitungan menunjukkan : a. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t-hitung t-tabel dengan tingkat kepercayaan sebesar α. Artinya variasi variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat, dimana tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar α. b. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t-hitung t-tabel dengan tingkat kepercayaan α. t-hitung t-hitung t-tabel t-tabel Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak Gambar 3.1 Kurva Uji t-statistik Universitas Sumatera Utara 61 Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat, dimana terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar α.

3.7.2.3. Uji F-statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap dependen variabel. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus: F-hitung = 1 1 2 2 k n R k R − − − Dimana: R 2 : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel independen n : Jumlah sample Gambar : 3.2 Kurva Uji F-statistik Gambar 3.2 Kurva Uji F-statistik Untuk uji F-statistik ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho ditolak Ho diterima F-tabel Universitas Sumatera Utara 62 H : b 1 = b 2 = bn………..bn=0tidak ada pengaruh Ha : b 1 ≠ 0………………bi=1ada pengaruh Kriteria pengambilan keputusan: Ho: β 1 = β 2 = 0 , H diterima F-hitung F-tabel artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha : β 1 ≠ β 2 ≠0, Ha diterima F-hitung F-tabel artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 3.7.3. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.3.1. Uji Multikolinieritas Multikolinearitas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat kombinasi linier diantara independen variabel. Multikolinieritas dikenalkan oleh Ragnar Frisch 1934. Suatu model regresi linier akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinieritas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi. Adanya multikolinieritas ditandai dengan: • Standard error tidak terhingga • Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α= 1, α= 5, α= 10 • Terjadi perubahan tanda atau berlawanan dengan teori • R 2 sangat tinggi Universitas Sumatera Utara 63 Ada banyak uji formal untuk mendeteksi keberadaan multikolinieritas yang dapat dilakukan, tetapi dalam skripsi ini hanya akan diberikan uji formal yang sangat populer, dan tersedia dalam paket program SPSS yaitu: • Uji Eigenvalues dan Conditional Index, multikolinieritas ditenggarai ada di dalam persamaan regresi bila nilai Eigenvalues mendekati nol. Dan jika Conditional Index berada antara nilai 10 sampai 30 maka model mengandung kolinieritas. • Melihat nilai Variance Inflation Factor VIF dan Tolerance TOL. Kolinieritas tidak ada jika nilai VIF dan TOL mendekati angka 1. Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, 2006:100

3.7.3.2. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi apabila variabel pengganggu Error Term tidak mempunyai varian yang konstan sama untuk semua observasi sehingga residual variabel pengganggu tidak bernilai nol atau 2 2 σ µ ≠ i E . Ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi klasik tentang model regresi linier berdasarkan metode kuadrat terkecil biasa. Heterokedastisitas pada umumnya lebih banyak ditemui pada data cross section yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu misalnya data hasil suatu survei. Keberadaan heterokedastisitas akan dapat menyebabkan kesalahan dalam penaksiran sehingga koefisien regresi menjadi tidak efisien dan dapat meyesatkan. Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, 2006:112 Universitas Sumatera Utara 64 Pengujian untuk mendeteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan metode grafik. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana Var μ i 2 tidak konstan. Oleh karena itu, bila nilai-nilai μ i 2 diplot dengan nilai-nilai variabel bebas akan ditemui suatu pola atau bentuk yang tidak random pola yang sistematis. Gambar 3.3 Pola Hipotesis Residual Gambar a menunjukkan adanya pola yang sistematik , dimana semakin besar nilai Ỷ, fliktuasi μ i 2 semakin besar, gambar b menunjukkan adanya trend, dan gambar c menunjukkan pola yang mengikuti fungsi logaritma. Pola-pola sistematis ini menunjukkan Var μ i 2 tidak konstan untuk semua nilai Ỷ, atau variannya Heteroskedastis. Sedangkan pada gambar d, titik-titik pada gambar tersebut tidak mencerminkan suatu pola yang sistematis atau dapat dikatakan μ i 2 μ i 2 μ i 2 Ỷ Ỷ a b c μ i 2 Ỷ d Ỷ Universitas Sumatera Utara 65 random. Dengan kata lain, Var μ i 2 konstan untuk semua nilai Ỷ, atau variannya Homoskedastis . Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, 2006:114

3.7.3.3. Uji Normalitas

Output SPSS memberikan 2 buah gambar untuk mengukur syarat kenormalan suatu model estimasi, yaitu berupa histogram dan plot. Untuk gambar yang berupa histogram, residual akan membentuk pola sebagaimana halnya distribusi normal yang berbentuk lonceng, dengan nilai tengah 0 dan varian 1. Sedangkan plot mempunyai aturan jika titik-titik gradien antara Probabilita Kumulatif Observasi dan Probabilita Kumulatif Harapan berada sepanjang garis, maka residual mengikuti distribusi normal. Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Usman, 2006:117

3.8 Defenisi Operasional Variabel

1. Permintaan Asuransi Y adalah nilai premi yang dibayar oleh pemegang polis per bulan Dalam Rupiah. 2. Pendapatan 1 Χ adalah penghasilan yang didapat oleh pemegang polis baik itu gaji pokok dan juga di luar gaji pokok Dalam Rupiah per Bulan. 3. Pendidikan 2 Χ adalah jenjang pendidikan terakhir pemegang polis variabel dummy: D=1 Tamat perguruan tinggi D=0 Tidak tamat perguruan tinggi Universitas Sumatera Utara 66

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum AJB Bumiputera 1912 4.1.1. Sejarah Berdirinya Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Asuransi Jiwa Bersama AJB Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi jiwa nasional milik bangsa Indonesia yang pertama dan tertua. Ia didirikan pada tanggal 12 Februari 1912 di Magelang Jawa Tengah, dengan nama Onderlinge Levensverzekering Maatschappij Persatuan Guru-guru Hindia Belanda atau disingkat OLMij PGHB. Perusahaan ini digagas dan didirikan oleh Mas Ngabei Dwidjosewojo, seorang guru di Jogjakarta yang juga sekretaris Budi Utomo, sebuah organisasi yang mempelopori kebangkitan nasional. Dua orang guru lainnya yaitu Mas Karto Hadi Soebroto dan Mas Adimidjojo turut mendirikan perusahaan ini, masing-masing sebagai Direktur dan Bendahara. Bersama R Soepadmo dan M Darmowidjojo, kelima pendiri yang juga anggota OLMij PGHB ini menjadi pemegang polis yang pertama. Bumi Putera memulai usahanya tanpa modal. Pembayaran premi pertama oleh kelima tokoh tersebut dianggap sebagai modal awal perusahaan, dengan syarat uang pertanggungan tidak akan dibayarkan kepada ahli waris pemegang polis yang meninggal sebelum berjalan tiga tahun penuh. Para pengurus saat itu juga tidak mengharapkan honorarium, sehingga mereka bekerja dengan sukarela. Namanya kemudian berubah menjadi OLMij Boemi Poetera yang dalam perkembangannya berganti nama menjadi Asuransi Jiwa Bumiputera 1912. Mas Ngabei Dwidjosewojo, Universitas Sumatera Utara