BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan dibidang kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan kesejahteraan bangsa secara berkesinambungan dan terus-menerus dilakukan oleh
bangsa Indonesia untuk menggapai cita-cita luhur yakni terciptanya masyarakat yang adil dan makmur baik spiritual maupun material. Djojodibroto, 1999
Pembangunan ekonomi berbasis pada pemberdayaan sumber daya manusia yang produktif. Sumber daya manusia menjadi pusat perhatian karena merupakan modal dasar
pembangunan dan kekuatan potensial dalam kegiatan ekonomi. Tenaga kerja yang merupakan subjek dan objek pembangunan harus benar-benar dilindungi haknya. Oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan agar menghasilkan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Depdikbud, 1999
Dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, dikatakan bahwa “Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal yang meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja dimana hal tersebut wajib diselenggarakan kesehatan kerja setiap
tempat kerja”. Depkes, 1992 Perkembangan teknologi yang semakin meningkat saat ini terasa sangat kompleks
dampaknya. Disatu pihak perkembangan itu memberikan manfaat dan kemudahan-kemudahan pada tenaga manusia, tetapi dilain pihak menimbulkan masalah-massalah yang membutuhkan
perhatian khusus. Bekerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja
Universitas Sumatera Utara
karena ada sesuatu yang ingin dicapai dan orang berharap aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawakan suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya. Anoraga, 2001
Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan teknologi maju dan
modern. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri yang sangat pesat dan persaingan yang ketat antar perusahaan di Indonesia sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja
dalam perusahaan supaya terus-menerus berproduksi selama 24 jam. Dengan demikian diharapkan ada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang
maksimal. Imansyah, 2004 Pada dasarnya tujuan utama dari perindustrian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dengan lebih memperhatikan subyek-subyek yang terlibat didalamnya, terutama dalam hal perlindungan terhadap manusia dan lingkungan kerja. Peranan manusia dalam industri tidak
dapat diabaikan karena sampai saat ini dalam proses produksi masih terdapat adanya ketergantungan antara alat-alat kerja atau mesin dengan manusia, atau dengan kata lain adanya
interaksi antara manusia, alat dan bahan serta lingkungan kerja yang dapat menimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga kerja yang merupakan beban tambahan dari tenaga kerja, dan
bisa menimbulkan kelelahan. Sutaryono, 2002 Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam
bekerja. Semua jenis pekerjaaan akan menghasilkan kelelahan kerja. Lelah bagi setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan bersifat subyektif. Lelah merupakan suatu perasaan.
Kelelahan berbeda dengan kejemuan, sekalipun kejemuan adalah suatu faktor dari kelelahan. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang
sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban
Universitas Sumatera Utara
kerja melebihi 30-40 dari tenaga aerobik. Pengaruh seperti ini berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah.
Suma’mur, 1999 Semua jenis pekerjaan akan menimbulkan kelelahan kerja yang akan menurunkan kinerja
dan meningkatkan kesalahan kerja. Karakteristik kelelahan kerja akan meningkat dengan semakin lamanya pekerjaan dilakukan. Faktor fisik akan merugikan tenaga kerja apabila terjadi
ketidakseimbangan dan ketidaknyamanan pada saat bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja juga harus merupakan sikap tubuh yang alami, tidak dipaksakan dan tidak canggung, sehingga dicapai
efisiensi dan produktifitas kerja yang optimal dan memberikan kenyamanan waktu kerja. Depnaker, 2004
Orang bekerja maksimal 40 jam minggu atau 8 jam sehari. Setelah 4 jam kerja seorang tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman.
Budiono, 2003 Oleh sebab itu perlu diusahakan agar semua pekerjaan dilakukan dalam sikap atau posisi
tubuh yang ergonomis karena dalam bekerja memiliki hubungan yang positif dengantimbulnya kelelahan kerja. Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk atau dalam sikap posisi kerja
yang lain. Pertimbangan-pertimbangan ergonomik yang berkaitan dengan sikap posisi kerja akan sangat penting. Nurmianto, 2003
PT. Socfin Indonesia Socfindo Kebun Mata Pao merupakan salah satu dari beberapa perusahaan milik PT. Socfindo yang bergerak dibidang perkebunan yang hanya memproduksi
sekaligus mengolah buah kelapa sawit elais guinensis jacq menjadi minyak mentah atau Crude Palm Oil CPO dan inti kelapa sawit kernel. Hasil produksi
Universitas Sumatera Utara
CPO ini nantinya langsung dikirim ke Tanah Gambus untuk diolah menjadi produk jadi seperti minyak makan.
Namun ada juga CPO yang diproduksi diekspor ke luar negeri melalui pelabuhan Belawan, tergantung permintaan pasar atau rekomendasi dari pusat mengenai pemasaran.
Perusahaan bertujuan mengembangkan agroindustri serta usaha yang berbasis coro business untuk dapat menambah devisa negara dan penghasilan daerah, mengurangi pengangguran di
lingkungan setempat, serta mensejahterakan taraf hidup karyawan. PT. Socfin Indonesia Socfindo Kebun Mata Pao terdiri dari 3 tiga afdeling, dimana
setiap afdeling menghasilkan rata-rata 50 ton tandan buah segar per hari yang diangkut dengan 1 unit dumptruck. 1 unit dumptruck memiliki kapasitas 8 ton brondolan sehingga dilakukan 6 trip
pengangkutan dari kebun ke pabrik yang membutuhkan waktu lebih kurang 2,5 jam. Maka, pabrik mengolah lebih kurang 150 sawit per hari dengan kapasitas pengolahan 12 ton jam.
Sedangkan dinas jam kerja terdiri dari 2 dua shift kerja yaitu shift pagi dan shift malam dengan 7 jam kerja per shift atau 14 jam per hari. Untuk mencapai target 168 ton per hari, pabrik
biasanya menerima buah sawit dari pihak ketiga yaitu dari masyarakat. Shift pagi dimulai pada saat datangnya buah sawit, yaitu mulai pukul 11.00 – 18.00 WIB,
sedangkan pergantian shift malam dimulai pukul 19.00 – 02.00 WIB atau hingga proses pengolahan selesai. Selama 7 jam kerja, secara khusus pekerja pada bagian proses produksi tidak
mendapat kan waktu istirahat khusus selama 2 dua jam sesuai teori karena pekerja dianggap beristirahat disela pekerjaan atau melakukan roker istirahat.
Secara umum ada 5 lima tahap proses produksi, yaitu proses penuangan buah, proses sterilize, proses screw press, proses klarifikasi pemurnian, dan proses pengolahan
Universitas Sumatera Utara
inti. Pada proses pengolahan sawit di pabrik, pekerja melakukan aktivitas lebih banyak manual daripada mesin seperti mensortir buah untuk dimasukkan ke dalam janjang kosong atau timbah
buah, mengisi penguapan untuk perebusan, menarik tandan dan buah yang telah dipipil dari stripper. Hal ini berlangsung setiap hari sehingga kemungkinan hal ini dapat menyebabkan
pekerja merasa lelah. Berdasarkan hal inilah peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian.
1.2. Perumusan Masalah