Penerapan Low Cost Carrier Bagi Industri Penerbangan

BAB II TINJAUAN TENTANG LOW COST CARRIER DAN EKSISTENSINYA

DALAM DUNIA PENERBANGAN

A. Penerapan Low Cost Carrier Bagi Industri Penerbangan

Istilah Penerbangan “low cost” atau sering disebut Low Cost Carrier LCC. LCC sering juga disebut sebagai Budget Airlines atau No Frills Flight atau juga Discounter Carrier. LCC merupakan model penerbangan yang unik dengan strategi penurunan operating cost. Dengan melakukan efisiensi cost di semua lini, maskapai melakukan hal-hal di luar kebiasaan maskapai pada umumnya, kalau Airlines pada umumnya melakukan penambahan layanan yang memiliki value added dengan penambahan catering, penyediaan newspaper atau magazine, in flight entertainment, in flight shop, lounge, free taxy after landing, exclusive frequent flier services, dan lain sebagainya. Berlawanan dengan hal itu, LCC melakukan eleminasi layanan maskapai tradisional yaitu dengan pengurangan catering, minimize reservasition persediaan dikurangi dengan bantuan teknologi sehingga layanan nampak sederhana dan bisa cepat. Pelayanan yang minimize ini berakibat dalam hal penurunan cost, namun safety factor tetap dijaga untuk menjamin keselamatan penumpang sampai ke tujuan. LCC adalah redefinisi bisnis penerbangan yang menyediakan harga tiket yang terjangkau serta layanan terbang yang minimalis. Intinya produk yang ditawarkan senantiasa berprinsip low cost untuk menekan dan mereduksi operasional cost sehingga bisa menjaring segmen pasar bawah yang lebih luas. Universitas Sumatera Utara Awal mula LCC ini dirintis oleh Maskapai Southwest yang didirikan Rollin King, Lamar Muse dan Herber Kelleher pada tahun 1967. Fenomena Southwest menjadi fenomena kajian bisnis penerbangan yang sangat menarik dibahas di Universitas Harvard dan diberbagai sekolah bisnis di seluruh belahan dunia. Efisiensi yang dilakukan mencakup mulai dari harga murah, teknologi, struktur biaya, rute hingga berbagai peralatan operasional yang digunakan. Keberhasilan Southwest kemudian banyak ditiru oleh maskapai lainnya seperti Vanguard, America West, Kiwi Air, Ryanair yang berdiri tahun 1990, Easyjet yang berdiri tahun 1995, Shuttle anak Perusahaan United Airlines, MetroJet anak perusahaan USAir dan Delta Express anak perusahaan Delta, Continental Lite anak perusahaan Continental Airlines. Langkah LCC kemudian juga ditiru di Asia dengan munculnya Air Asia di tahun 2000 yang bermarkas di Malaysia, Virgin Blue di Australia, sedangkan di Indonesia kemudian berdiri Lion Air, dan Wings Air yang merupakan anak perusahaan Lion Air. Umumnya, ciri-ciri maskapai penerbangan dengan menerapkan LCC antara lain; 75 1. Semua penumpangnya adalah kelas ekonomi, tidak ada penerbangan kelas premium atau bisnis. 2. Kapasitas penumpangnya lebih banyak dari pada kapasitas pesawat dengan layanan tradisional sehingga terlihat penumpang berdesak-desakkan. Hal ini untuk menaikkan revenue pesawat mengingat tarif yang sangat murah. 3. Maskapai tersebut memiliki satu tipe pesawat untuk memudahkan training dan mengurangi biaya maintenance dan penyediaan sparepart cadangan. 75 http:maskapai.wordpress.com20080313fenomena-low-cost-carrier, diakses terakhir tanggal 5 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara Biasanya pesawat yang digunakan baru dan umurnya masih muda sehingga hemat dalam konsumsi fuel atau avtur. 4. Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau tarif sub classis dengan harga mulai dari tarif diskon hingga mencapai 90. 5. Tidak memberikan layanan catering, di pesawat umumnya hanya disuguhkan air mineral. 6. Kursi yang disediakan tidak melalui pemesanan, siapa penumpang yang masuk lebih dahulu dalam pesawat, dia yang pertama memilih kursi yang dia tempati. 7. Penerbangan dilakukan di pagi buta atau malam hari untuk menghindari biaya yang mahal pada layanan bandara pada saat jam-jam sibuk. 8. Rute yang diterbangi sangat sederhana biasanya point to point untuk menghindari miss conection di tempat transit dan dampak delay dari akibat delay flight sebelumnya. 9. Memberlakukan penanganan ground handling yang cepat dan pesawatnya mempunyai utilisasi jam terbang yang tinggi. 10. Maskapai melakukan penjualan langsung direct sales, biasanya via call center dan internet untuk mengurangi biaya distribusi. LCC tidak dijual melalui travel agent, dan tidak menggunakan Channel Distribution atau GDS Global Distribution System seperti Abacus, Galileo, dan lain-lain. 11. Penjualan tidak menggunakan tiket konvensional, cukup secarik kertas berupa kupon untuk mereduksi ongkos cetak tiket. 12. Seringkali maskapai melakukan ekspansi promosi besar-besar untuk memperkuat positioning dan komunikasi karena menerapkan strategi direct sales. 13. Karyawannya melakukan multi role dalam pekerjaannya, seringkali pilot dan pramugari juga sebagai cleaning services saat ground handling. Di samping itu LCC menerapkan outsourcing dan karyawan kontrak terhadap SDM non vital, termasuk pekerjaan ground handling pesawat di bandara. Saat ini dunia sedang menggalakkan penerbangan berbasis LCC, dimana LCC ini melakukan beberapa efisiensi. Efisiensi dari LCC dapat dilihat seperti dalam hal berikut ini: 76 1. Pemesanan tiket lewat online internet. Pemesanan ini akan menghemat tenaga kerja bagian ticketing, tidak perlu agen yang fee-nya juga berpengaruh pada harga; 76 “Penerbangan Berbiaya Murah”, Kompas, Selasa 1 April 2008 hal. 21, lihat juga di http:forum.detik.comshowthread.php?t=31900, diakses terakhir tanggal 5 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara 2. Pengadaan Low Cost Carrier Terminal LCCT. Pengadaan terminal tanpa garbarata belalai gajah, tidak ada karpet mewah yang boros perawatan, tidak ada ban berjalan yang boros listrik sehingga maskapai bisa meminimalisir sewa fasilitas yang tidak perlu, pesawat tidak perlu sewa push back car mobil pendorong, pesawat berbelok sedikit lalu berangkat, di Indonesia belum punya terminal ini, saat ini terminal tiga basoetta akan dijadikan terminal model ini; 3. Tidak menyediakan transportasi bagi pilot dan awak kabin, mereka harus datang sendiri ke bandara; 4. Punya pusat pelatihan pilot sehingga menghemat biaya training pelatihan; dan 5. Menyewa kantor sederhana, tidak ada furniture mahal. Di negara Indonesia belum ada yang menerapkan pola bisnis LCC yang sejati, karena operasional cost maskapai yang dianggap LCC di Indonesia seperti Lion Air dan Wings Air masih di atas rata-rata maskapai LCC pada umumnya. Banyak analis keuangan masih menyatakan bahwa cost per available seat mil masih berada di atas ambang standard operating cost dari suatu LCC yang sejati, namun meskipun price structure-nya sendiri sudah sesuai dengan konsep LCC sehingga mungkin akan lebih tepat disebut dengan Low Far Carrier LFC karena hanya menawarkan harga murah tetapi belum sepenuhnya mendukung prinsip-prinsip LCC dimana struktur cost dan produktifitas maskapai masih tergolong mahal. 77 Adanya konsep LFC tentu sangat menguntungkan bagi calon konsumen, karena konsumen dihadapkan pada pilihan menggunakan transportasi udara yang berbiaya murah dan cepat. Seringkali harganya jauh lebih murah dari perjalanan darat dengan bus atau kereta api yang membutuhkan waktu lebih lama. Contoh saja perjalanan Bus dari Jakarta ke Denpasar selama 24 jam membutuhkan biaya sebesar 77 Ibid, hal. 22. Universitas Sumatera Utara Rp.350.000,- sedangkan dengan pesawat, harga tiketnya ada yang menawarkan harga mulai dari Rp.269.000,- dengan waktu tempuh 1,5 jam. Bahkan pada saat-saat tertentu Air Asia menawarkan kursi gratis ke Bali dengan membayar administrasi saja yang nilainya hanya Rp.199.000,-. Fenomena ini membuat “Make People Can Fly” sesuai slogan dari Lion Air yang menyadarkan kita bahwa sekarang ini semua orang bisa terbang dengan harga yang terjangkau dan tidak lagi seperti jaman dahulu di mana penggunaan transportasi udara hanya monopoli orang-orang dari kalangan menengah ke atas. Perkembangan bisnis penerbangan ke depannya masih menghadapi tantangan yang berat, mengingat harga fuel avtur yang terus meningkat yang merupakan komponen biaya yang paling besar dalam total operating cost di bisnis penerbangan di samping maintenance pesawat. Secara otomatis dengan biaya operasi yang makin meningkat, maskapai terpaksa harus menaikkan tarif. Oleh karena itu, strategi bisnis LCC yang sejati yang secara agresif mampu melakukan penghematan terhadap konsumsi fuel akan sangat sesuai diterapkan di Indonesia mengingat para calon penumpang di Indonesia adalah sangat sensitif terhadap harga price, maka kecenderungannya penumpang akan memilih maskapai yang menawarkan harga murah, namun maskapai LCC tetap mendapatkan keuntungan profit dari bisnisnya tersebut. Maka ke depannya, kemungkinan maskapai dengan pola LCC akan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan maskapai yang berpedoman pada pola dan layanan non LCC. Universitas Sumatera Utara Salah satu maskapai penerbangan menerapkan LCC adalah Air Asia yang dalam prakteknya didasarkan pada beberapa asumsi antara lain: 78 a. Penghapusan service ekstra seperti: makananminuman untuk penumpang, dan digantikan dengan penjualan makanan kecil atau minuman atau gift, yang harus dibayar oleh penumpang yang menghendaki. Hasil penjualan ini digolongkan sebagai penghasilan tambahan oleh operator penerbangan; b. Pemisahan biaya ekstra seperti airport tax, PPN dari biaya pokok, sehingga biaya penerbangan itu sendiri terlihat sangat murah; c. Tidak ada reservasi tempat duduk penumpang, sehingga penumpang dipaksa untuk melakukan boarding dini dengan cepat. Ini suatu bentuk penghematan waktu; d. Skema reservasi dini, dimana harga tiket akan naik saat tempat duduk pesawat makin terbatas atau makin penuh. Hal ini akan memaksa penumpang untuk melakukan reservasi dini dimana makin dini kita memesan maka harga tiket akan semakin murah. Biasanya pembatalan reservasi akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar hampir 100 harga tiket yg sudah dibayarkan; e. Skema “single class” untuk semua penumpang. Memudahkan dan menyederhanakan sistem boarding; f. Penggunaan satu jenis pesawat. Bertujuan untuk memudahkan dan menyederhanakan serta memangkas biaya perawatan dan suku cadang, tanpa mengorbankan kualitas perawatan; g. Memakai terminal sekunder dan meminimalisir penggunaan fasilitas tambahan seperti garbarata belalai penumpang yang akan memangkas biaya “airport service”. Dan para penumpang harus berjalan kaki ke pesawat; h. Route Airlines biasanya difokuskan pada penerbangan yang pendek dan turn around yang juga pendek agar dapat mengoptimalkan penggunaan pesawat; i. Penjualan tiket secara langsung umumnya dipermudah lewat internet secara online, sehingga dapat memangkas biaya kantor cabang dan komisi kepada agen perjalanan; j. Awak pesawat dipekerjakan secara berganda, misalnya pramugari dan pramugara juga bertindak sebagai pekerja pembersih atau sebagai gate officer, sehingga memangkas biaya operasional dan jumlah personil secara keseluruhan; dan k. Fuel Hedging Programme biasanya dilakukan secara terencana dan merupakan salah satu perencanaan terpenting, karena biaya bahan bakar termasuk salah satu biaya terbesar dalam industri penerbangan. 78 http:www.forums.apakabar.wsviewtopic.php?p=78873sid=7ad6b4b6772413569c985fd dda787d29, diakses terakhir tanggal 5 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara Lion Air juga sering digembar-gemborkan sebagai salah satu maskapai yang menerapkan LCC yang sukses di Indonesia, akan tetapi keduanya terlihat tidak menerapkan seluruh konsep business model LCC yang murni seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Keduanya masih mengoperasikan lebih dari satu jenis atau model pesawat. Masih ada gimmick atau makanan kecil atau minuman yang dibagikan kepada penumpang walaupun kualitasnya makanan warung kaki lima. Hampir semua LCC di Indonesia masih memakai terminal primer, dan beberapa masih mengoperasikan dual class atau business dan economy class. Serta masih menerapkan sistem reservasi lewat agen perjalanan dan belum mengoptimalkan pemesanan online. Mungkin memang bukan salah operator penerbangan LCC di Indonesia untuk dapat menerapkan seluruh konsep business model LCC murni, lantaran infrastruktur dan kondisinya yang tidak memungkinkan misalnya tidak adanya dukungan serius dari pihak PT. Angkasa Pura untuk membangun terminal sekunder di kota-kota besar Indonesia, ataupun masih rendahnya partisipasi calon penumpang untuk bisa melakukan reservasi online.

B. Maskapai Penerbangan Murah dan Terbesar di Eropa dan Dunia