Perumusan Masalah Penelitian Terdahulu

16 semakin tinggi ROI menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk memperoleh laba. DER yang rendah akan cenderung meningkatkan harga saham karena DER yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan lebih sedikit dalam menggunakan hutang sehingga risiko yang dialami perusahaan tersebut juga rendah. Namun pada tabel 1.2, dapat terlihat adanya ketidak sesuaian seperti ROI AMAG pada tahun 2011 mengalami penurunan namun harga sahamnya mengalami peningkatan. PER ASBI mengalami penurunan tiap tahunnya namun harga sahamnya mengalami peningkatan dan DER ASBI, ABDA, MREI dan AMAG meningkat pada tahun 2012, akan tetapi harga sahamnya mengalami peningkatan. Dilatar belakangi masalah dan teori yang dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor makro ekonomi dan faktor fundamental terhadap harga saham. Oleh karena itu, penulis mengkajinya dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah faktor makro ekonomi yang terdiri dari suku bunga, inflasi dan kurs dan faktor fundamental yang terdiri dari Price Earning Ratio PER, Return Universitas Sumatera Utara 17 on Investment ROI, dan Debt to Equity Ratio DER mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menguji dan menganalisis pengaruh faktor makro ekonomi yang terdiri dari suku bunga, inflasi dan kurs dan pengaruh faktor fundamental yang terdiri dari Price Earning Ratio PER, Return on Investment ROI, dan Debt to Equity Ratio DER terhadap harga saham perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut: 1. Bagi Emiten Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para emiten sebagai dasar pengambilan keputusan agar emiten mengetahui pengaruh faktor makro dan fundamental yang mempengaruhi harga saham sehingga saham-saham perusahaan asuransi dapat bertahan di bursa. 2. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan dalam investasi pada saham perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara 18 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang faktor makro ekonomi dan faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham terutama pada harga saham perusahaan asuransi. Juga untuk menambah pengetahuan penulis dalam penulisan karya ilmiah. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian pada bidang yang sama. Universitas Sumatera Utara 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal Menurut Silvanita 2009:3, pasar modal merupakan pasar keuangan yang mentransaksikan sekuritas instrumen yang memiliki waktu jatuh tempo lebih dari satu tahun. Instrumen pasar modal adalah: corporate stock, corporate bonds, U.S. government securities, state and local government bond. Manfaat pasar modal diantaranya Darmaji dan Fakhruddin, 2006:3: 1. Menyediakan sumber pendanaan atau pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha, sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diverifikasi. 3. Menyediakan indikator utama bagi tren ekonomi negara. 4. Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Menciptakan lapangan kerja profesi yang menarik. 6. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dengan prospek yang menarik. 7. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi. Universitas Sumatera Utara 20 8. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha dan memberikan akses kontrol sosial. 9. Mendorong pengolaan perusahan dengan iklim terbuka, pemanfaatan manajemen profesional, dan penciptaan iklim berusaha yang sehat.

2.1.2. Saham

Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga juga sebagai pemegang saham Samsul, 2006:45. Saham terdiri atas dua, yaitu: 1. Saham preferen preferrend stock Saham preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti obligasi dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa. Tandelilin, 2001:18 Menurut Koch 2008:130, ciri-ciri dari saham preferen adalah: - Memiliki dividen lebih tinggi - Didahulukan saat likuidasi - Tidak memiliki hak residual Menurut Mishkin dalam Silvanita, 2009:105, pemegang saham preferen berbeda dengan pemegang saham biasa dalam beberapa hal, yaitu: 1 Pemegang saham preferen memperoleh dividen tetap fixed dividend 2 Harga dari saham preferen relatif stabil 3 Pemegang saham preferen tidak selalu menggunakan hak suaranya kecuali perusahaan gagal membayar dividennya Universitas Sumatera Utara 21 4 Pemegang saham preferen mendapat prioritas klaim terhadap aset dibandingkan pemegang saham biasa, tetapi setelah pemegang obligasi. 2. Saham biasa common stock Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset perusahaan Tandelilin, 2001:18. Menurut Anoraga dan Pakarti 2006:54, saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh dividen sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada RUPS Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya one share one vote. Menurut Anoraga dan Pakarti 2006:54, dengan memiliki saham suatu perusahaan maka manfaat yang diperoleh di antaranya sebagai berikut: 1. Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham. 2. Capital gain, keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dan belinya. 3. manfaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Bagi pihak yang memiliki saham akan memperoleh beberapa keuntungan sebagai bentuk kewajiban yang harus diterima, yaitu Fahmi, 2012:275-276: 1. memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun. Universitas Sumatera Utara 22 2. Memperoleh capital gain, yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal. 3. Memiliki hak suara suara bagi pemegang saham jenis common stock saham biasa. Menurut Darmadji dan Fakhruddin 2006:8-9, ditinjau dari kinerja perdagangannya, maka saham dapat dikategorikan: 1. Blue chips: yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2. Income stock: yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari dividen rata-rata yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. 3. Growth stock well known: yaitu saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4. Speculative stock: yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, namun memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Cyclical stock: yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro ataupun situasi bisnis secara umum. Universitas Sumatera Utara 23 Menurut Fahmi 2012:277, ada beberapa alasan yang menjelaskan mengapa suatu perusahaan memutuskan untuk menerbitkan dan menjual saham, yaitu: 1. Membutuhkan dana dalam jumlah yang besar dan pihak perbankan tidak mampu untuk memberikan pinjamna karena berbagai alasan seperti tingginya risiko yang akan dialami jika terjadi kemacetan. 2. Keinginan perusahaan untuk mempublikasikan kinerja perusahaan secara lebih sistematis. 3. Menginginkan harga sahan perusahaan terus naikdan terus diminati oleh konsumen secara luas, sehingga ini nantinya akan memberi efek kuat bagi perusahaan seperti rasa percay diri di kalangan manajemen perusahaan. 4. Mampu memperkecil risiko yang timbul karena permasalahan risiko diselesaikan dengan pembagian dividen. Adapun para pelaku di pasar saham disamping perusahaan yang bersangkutan juga turut melibatkan pihak lain, yaitu Fahmi, 2012:278: 1. Emiten, yaitu perusahaan yang terlibat dalam menjual sahamnya di pasar modal. 2. Underwriter atau penjamin, yaitu yang menjamin perusahaan dalam menjual sahamnya di pasar modal. 3. Broker atau pialang, yaitu perantara antara pembeli dan penjual sekunder. Universitas Sumatera Utara 24

2.1.3. Harga Saham

Harga pasar saham akan sangat berarti bagi perusahaan karena harga tersebut akan menetukan besarnya nilai perusahaan. Tandelilin, 2001:19 Pada monitor-monitor yang memantau perdangangan saham, tertera beberapa istilah harga saham, yaitu Darmadji, 2006:131 : 1. Previous Price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya. 2. Open atau Opening Price menujukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi. 3. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdangangan pada hari tersebut. 4. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdangangan pada hari tersebut. 5. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. 6. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga yang terjadi. 7. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat akhir sesi II, yaitu jam 16.00 sore. Berdasarkan fungsinya, nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut Anoraga dan Pakarti, 2006:58-59: 1. Par Value Nilai NominalStated Value Face Value Nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntasi. Nilai nominal ini tidak digunakan untuk mengukur sesuatu. Dalam pencatatan akuntansi nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan di dalam neraca. Universitas Sumatera Utara 25 2. Base Price Harga Dasar Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. Pada saham baru, harga dasar merupakan harga perdananya. 3. Market Price Market price merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya closing price. Ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham tersebut akan mengalami fluktuasi, yaitu Fahmi, 2012:276-277: 1. Kondisi mikro dan makro ekonomi. 2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi, seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. 3. Pergantian direksi secara tiba-tiba. 4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. 5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya. 6. Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan terlibat. 7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham. Universitas Sumatera Utara 26

2.1.4. Faktor Makro

Menurut Murhadi 2009:19, Ada beberapa variabelindikator makro ekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham seperti Gross Domestic Product GDPProduk Domestik Bruto PDB, interest ratetingkat suku bunga, inflasi, exchange ratenilai tukar, oil prices and commodity prices, hedging, busines cyclesiklus bisnis dan lainnya. Sedangkan menurut Harianto dan Sudomo 2001:9, ukuran aktivitas ekonomi yang biasa digunakan adalah Produk Domestik Bruto PDB, tingkat inflasi, tingkat bunga, tingkat pengangguran, dan nilai tukar Rupiah.

2.1.4.1. Suku Bunga

Menurut Harianto dan Sudomo 2001:19-20, tingkat bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh oleh pemodal dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal. Sedangkan menurut Samuelson dan Nordhaus 2004:190, suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Faktor-faktor penting yang menentukan tingkat suku bunga adalah Bodie et.al, 2006:180: 1. Suplai dana dari para penabung terutama sektor rumah tangga. 2. Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan persediaan. 3. Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral. Universitas Sumatera Utara 27

2.1.4.2. Inflasi

Menurut Mankiw 2006:75, inflasi adalah kenaikan dalam tingkat harga rata–rata, dan harga adalah tingkat dimana uang dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan jasa. Sedangkan menurut Putong dan Andjaswati 2010:133, inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Inflasi adalah ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. Harianto dan Sudomo, 2001: 18-19 Menurut Putong dan Andjaswati 2010:138-139, inflasi dibagi atas: 1. Menurut sifatnya, dibagi menjadi 4 kategori: a. Inflasi merayap rendah yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10 per tahun b. Inflasi menengah besarnya antara 10 - 30 pertahun yang ditandai dengan naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. c. Inflasi berat, yaitu inflasi yang besarnya antara 30 - 100 pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik. d. Inflasi sangat tinggi yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga mencapai 4 digit di atas 100. Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang karena nilainya merosot sangat tajam sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang. Universitas Sumatera Utara 28 2. Berdasarkan sebabnya a. Demand pull inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disatu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh. Untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru. b. Cost push inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi yang dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh menurun, dan sebagainya. 3. Berdasarkan asalnya a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri yang timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasa pemerintah mencetak uang baru. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri. Karena negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, maka harga barang dan ongkos produksi relatif mahal sehingga bila terpaksa, negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jual di dalam negeri tentu akan bertambah mahal.

2.1.4.3. Kurs

Nilai tukar atau kurs valuta asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Nilai tukar valuta Universitas Sumatera Utara 29 asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya Rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Supriana, 2008:201 Menurut Supriana 2008:201, ada dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu: 1. Model Eropa yang sering disebut dengan indirect quote. Penetapan kursnya dilakukan berdasarkan pada beberapa unit mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang dalam negeri. 2. Model Amerika yang sering disebut direct quote. Model ini menjelaskan beberapa unit Rupiah yang dibutuhkan untuk membeli satu unit US Dollar. Kurs ini merupakan kurs yang biasa dipakai di Indonesia. Cara lainnya dalam menentukan niali tukar valuta asing adalah: 1. Berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing pasar bebas. 2. Ditentukan oleh pemerintah. Nilai tukar valuta asing dapat dibedakan menjadi 2, yaitu Supriana, 2008:202-204: 1. Sistem Nilai Tukar Tetap Fixed Exchange Rate Dalam sistem ini, niali tukar ditentukan oleh pemerintah. Pemerintah melakukan intervensi dalam menentukan nilai tukar valuta asing. Tujuannya adalah untuk memastikan nilai tukar yang terjadi tidak memberikan pengaruh buruk terhadap perekonomian. Apabila harga suatu mata uang domestik yang ditetapakan oleh pemerintah lebih rendah dari nilai tukar pasar bebas, maka mata uang Universitas Sumatera Utara 30 domestik dinilai terlalu rendah undervalued currency. Sedangkan apabila harga mata uang domestik yang ditetapakan oleh pemerintah lebih tinggi dari yang ditentukan oleh pasar bebas, maka mata uang tersebut dinamakan mata uang yang dinilai terlalu tinggi overvalued currency. Sistem nilai tukar tetap membutuhkan cadangan devisa yang sangat besar karena Bank Sentral harus berukang kali mengintervensi pasar agar nilai tukar berada pada posisi yang dikehendaki. 2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Flexible Exchange Rate Dalam sistem ini, nilai tukar ditentukan oleh besarnya jumlah permintaaan dan jumlah penawaran. Sistem ini tidak membutuhkan cadangan devisa dan Bank Sentral juga tidak perlu mengintervensi pasar karena kurs valuta asing ditetapkan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Semakin tinggi harga suatu mata uang, semakin sedikit permintaan mata uang tersebut. sebaliknya semakin rendah harga suatu mata uang semakin besar permintaan terhadap maat uang tersebut. Menurut Supriana 2008:204-205, terdapat 6 sistem nilai tukar yang dipakai oleh banyak negara di dunia, yaitu: 1. Sistem Fixed Pegged, dimana otoritas moneter selalu mengintervensi pasar untuk mempertahankan nilai tukar mata uang sendiri terhadap satu mata uang asing tertentu. Intervensi tersebut memerlukan cadangan devisa yang relatif besar. Universitas Sumatera Utara 31 2. Sistem Adjustable Peg, dimana otoritas moneter terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing. Namun otoritas moneter berhak mengubah kurs apabila terjadi perubahan kebijakan. 3. Sistem Crawling Peg, dimana otoritas moneter menguatkan mata uang dalam negeri terhadap satu atau beberapa mata uang asing. Nilai tukar valuta asing dalam sistem ini diubah secara periodik dan berangsur-angsur dalam persentase yang kecil. 4. Sistem Managed Float, dimana otoritas moneter tidak terikat untuk mempertahankan nilai tukar valuta asing tertentu. Namin otoritas moneter secara kontinu mengintervensi pasar berdasarkan pertimbangan- pertimbangan tertentu, misalnya karena cadangan devisa yang menipis. 5. Sistem Wider Band, dimana otoritas moneter membiarkan nilai tukar valuta asing mengambang atau berfluktuasi diantara dua titik tertinggi atau terendah, misalnya di antara Rp. 4.000 – Rp. 3.000 US Dollar. Jika keadaan perekonomian menyebabkan kurs bergerak melampaui dua titik tersebut, maka otoritas moneter akan mengintervensi pasar dengan cara membeli atau menjual Rupiah atau US Dollar.

2.1.5. Faktor Fundamental

Faktor fundamental sering dipakai sebagai salah satu faktor yang dipergunakan dalam menganalisis harga saham. Analisis fundamental didasarkan pada premis bahwa sekuritas mempunyai nilai intrinsik atau nilai sesungguhnya yang dapat diestimasi oleh seorang investor. Bagi seorang investor, analisis fundamental berguna untuk dapat memperkirakan nilai intrinsik suatu saham Universitas Sumatera Utara 32 Fahmi, 2006:31. Menurut Jogiyanto 2003:89, analisis fundamental adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan. Menurut Siswoyo 2011:3-4, analisis fundamental memperhitungkan berbagai faktor yang dapat mempengatuhi perekonomian, baik perekonomian secara makro maupun mikro. Secara makro seperti kondisi perekonomian global, perekonomian suatu negara, adanya krisis atau masalah perekonomian dalam suatu negara dan sebagainya. Secara mikro, dengan mempelajari laporan keuangan perusahaan, menganalisis kebijakan perusahaan dan sebagainya. Anoraga dan Pakarti 2006:109 menyatakan bahwa analisis fundamental menyangkut analisis tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan, bagimana kegiatan operasionalnya, dan juga bagaimana prospeknya di masa yang akan datang. Fungsi analisis fundamental adalah untuk mendapat informasi apakah suatu saham layak untuk dibeli dan dipertahankan dalam jangka panjang atau tidak. Tujuan analisis fundametal adalah untuk memilih saham-saham yang baik untuk berinvestai. Widoatmodjo, 2012:132

2.1.5.1. Price Earning Ratio PER

PER menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Jogiyanto, 2003:105. Menurut Darmadji dan Fakhruddin 2006:198, PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan Universitas Sumatera Utara 33 perusahaan dalam menghasilkan laba. Bagi investor, semakin kecil PER suatu saham, semakin bagus, karena saham tersebut termasuk dalam kategori murah. Rumusnya adalah: PER = harga pasar saham laba bersih Jogiyanto, 2003:105

2.1.5.2. Return on Investment ROI

ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya Kasmir, 2013:114. Menurut Sartono 2010:123, ROI menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktivitas yang dipergunakan. Rumusnya adalah: ROI = laba setelah bunga dan pajak total aset Kasmir, 2013:114

2.1.5.3. Debt to Equity Ratio DER

DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Kasmir, 2013:112. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang redah untuk membiayai aktiva. Sartono, 2010:121 Rumusnya adalah: DER = total hutang ekuitas Kasmir, 2013:112 Universitas Sumatera Utara 34

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Metode Analisis Variabel yang Diteliti Hasil Penelitian Amanda dan Pratomo 2013 Analisis Fundamental dan Resiko Sistematis terhadap Harga Saham Perbankan yang Terdaftar pada Indeks LQ45 Model regresi data panel Variabel independen : 1. ROA 2. ROE 3. DER 4. EPS 5. PER 6. BETA Variabel dependen: harga saham DER dan BETA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham EPS dan PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham Wijaya 2013 Pengaruh Fundamental Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2002- 2011 Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Independen: 1. inflasi 2. suku bunga 3. nilai tukar 4. jumlah uang beredar Variabel dependen: IHSG Secara parsial hanya nilai tukar yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG Inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang yang beredar secara simultan berpengaruh terhadap IHSG Kewal 2012 Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Independen: 1. inflasi 2. suku bunga 3. kurs 4.pertumbuhan PDB Variabel dependen: IHSG Secara parsial, hanya variabel kurs yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG Inflasi,suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG Universitas Sumatera Utara 35 Priatinah dan Kusuma 2012 Pengaruh Return on Investment ROI, Earning per Share EPS, dan Dividen per Share DPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008– 2010 Analisis Regresi Linear Berganda Variabel independen : 1. ROI 2. EPS 3. DPS Variabel dependen: harga saham Return on Investment, Earning per Share dan Dividen per Share secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham Return on Investment, Earning per Share dan Dividen per Share secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham Murni 2010 Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dengan Volume Perdagangan Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus di BEJ Periode Januari 2004 – Desember 2008 pengujian asumsi regresi dilanjutk an Hierarky Mutiple Regres- sion Analysis Variabel independen : 1. nilai tukar uang 2. suku bunga 3. tingkat inflasi Variabel dependen: 1. volume perdagangan saham 2. harga saham IHSG Nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG Suku Bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG Amanda dan Pratomo 2013 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Fundamental dan Resiko Sistematis terhadap Harga Saham Perbankan yang Terdaftar pada Indeks LQ45”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DER dan Universitas Sumatera Utara 36 BETA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham sedangkan EPS dan PER berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Wijaya 2013 dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Fundamental Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2011”. Hasil penelitian ini menunjukkan secara simultan variabel Inflasi, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang yang beredar berpengaruh terhadap IHSG. Secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel nilai tukar yang berpengauh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Kewal 2012 dalam penelitiannya berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inflasi,suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB secara simultan berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Secara parsial hanya variabel kurs yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Prabandaru dan Kusuma 2012 melakukan penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Return on Investment ROI, Earning per Share EPS, dan Dividen per Share DPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008–2010”. Hasil penelitian ini menunjukkan secara simultan variabel Return on Investment, Earning per Share dan Dividen per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel Return on Investment, Earning per Share dan Dividen per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Universitas Sumatera Utara 37 Murni 2010 dalam penelitiannnya yang berjudul “Pengaruh Faktor Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dengan Volume Perdagangan Sebagai Variabel Intervening Studi Kasus di BEJ Periode Januari 2004 – Desember 2008”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai tukar dan Suku Bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

2.3. Kerangka Konseptual