3. Diperlukan pemisahan ruangan untuk kegiatan tertentu sesuai dengan fungsi
kegiatan produksi. 4.
Ruangan yang diperlukan untuk pembutan steril harus terpisah dari kegiatan lainnya.
5. Untuk daerah produksi, permukaan bagian dalam ruangan dinding, lantai, dan
langit-langit harus licin, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka, mudah didesinfeksi dan dibersihkan. Lantai dibuat dari bahan kedap air, permukaan
rata, dan mudah dibersihkan. 6.
Daerah penyimpanan hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih,
dan teratur. Hendaknya disediakan daerah khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar, yang mudah meledak, yang sangat beracun, narkotika
dan bahan berbahaya lain serta untuk produk atau bahan yang ditolak.. Berdasarkan kelompok kegiatan dan tingkat kebersihannya, maka tata ruang
bangunan industri farmasi terdiri atas: 1.
White area Daerah putih, termasuk kelas I dan II. Untuk kelas I, jumlah partikel maksimum permeter kubik m
3
sebanyak 3.500 sedangkan untuk kelas II jumlah partikel maksimum permeter kubik m
3
sebanyak 350.000. Meliputi ruang penyaringan steril, pengolahan, pengisian salep
mata, pengisian injeksi, pengolahan aseptis, dan pengisian bubuk steril. 2.
Grey area Daerah abu-abu, termasuk kelas III dimana, jumlah partikel permeter kubik m
3
sebanyak 3.500.000. Meliputi ruang pengolahan dan pengemasan obat nonsteril dan ruang pembuatan salep selain salep mata.
3. Black area Daerah hitam termasuk kelas IV yang meliputi ruang ganti
pakaian, ruang masuk, kantor penerimaan bahan awal, gudang bahan awaldan obat jadi, ruang generator, ruang makan, ruang istirahat, dan
toilet.
c. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki rancangan bangunan dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, dan
ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu setiap produk terjamin secara seragam dari batch ke batch serta memudahkan pembersihan dan perawatannya.
Rancangan bangunan dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara,
produk jadi tidak boleh bereaksi. Mengadisi atau mengabsorbsi, yang dapat mengubah identitas, mutu atau kemurniannya diluar batas yang ditentukan.
2. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk.
3. Bahan-bahan yang diperlukan untuk suatu tujuan khusus, seperti pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan langsung dengan bahan yang diolah. 4.
Peralatan hendaknya dapat dibersihkan dengan mudah, baik bagian dalam maupun bagian luar.
5. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan
mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta dikalibrasi menurut suatu program dan prosedur yang tepat.
6. Peralatan hendaknya dirawat sesuai dengan jadwal yang tepat.
7. Alat-alat harus dikalibrasi dan divalidasi untuk menjamin kelancaran kerja.
8. Daerah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan yang mudah
terbakar hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang eksploisasi serta dibumikan dengan sempurna.
d. Sanitasi dan Higiene
Sanitasi dan Higiene mutlak diperlukan dalam setiap aspek pembuatan obat Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi semua sumber pencemaran
produk seperti personalia, bangunan, peralatan, bahan awlal serta wadahnya. Sumber pencemaran hendaklah dihilangkan dengan program sanitasi dan higiene
yang menyeluruh dan terpadu. 1.
Personalia Seluruh karyawan hendaknya menjalani kesehatan baik sebelum
maupun setelah diterima sebagai karyawan selama bekerja. Higiene perorangan harus dilatih dan diterapkan semua karyawan yang berhubungan
dengan proses produksi, dan semua karyawan hendaknya menghindari untuk bersentuhan langsung dengan produksi, sehingga diperlukan pakaian
pengaman yang memadai dan sesuai dengan tugasnya. 2.
Bangunan Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaknya dirancang
dan dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik. Bangunan hendaknya dilengkapi fasilitas sanitasi yang memadai
seperti toilet, loker, bak cuci, tempat penyimpanan bahan pembersih, insektisida, bahan fungi dan lain-lain. Hendaknya disusun pula suatu
prosedur yang merupakan prosedur tetap untuk melaksanakan sanitasi dengan jadwal yang teratur, serta diuraikan dengan cukup rinci.
3. Peralatan.
Peralatan harus dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Suatu prosedur yang dirinci untuk
pembersihan dan sanitasi peralatan sekurang-kurangnya meliputi penanggung jawab, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai
dalam pembersihan, merupakan prosedur tetap untuk melaksanakan sanitasi dengan jadwal yang teratur yang tidak bersamaan dengan jadwal produksi.
Selain itu prosedur sanitasi dengan higiene hendaknya diatur dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa seluruh prosedur telah memenuhi
syarat dan telah dilakukan secara efektif.
e Produksi
Produksi obat-obatan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan agar senantiasa diperoleh obat jadi yang memenuhi
spesifikasi yang ditentukan. Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan produk meliputi:
1. Bahan awal
Pemeriksaan bahan awal dilakukan oleh bagian pemastian mutu berdasarkan spesifikasi yang ditentukan dan dikarantina, sampai diluluskan
untuk dipakai. Bahan awal yang tidak memenuhi syarat disimpan terpisah untuk dikembalikan kepada pemasok atau dimusnahkan.
2. Validasi proses
Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tetap dan dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan. Proses dan prosedur
tersebut hendaknya secara rutin dievaluasi ulang untuk memastikan bahwa proses dan prosedur tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.
3. Pencemaran.
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan kesehatan atau mempengaruhi daya terapeutik serta
mempengaruhi kualitas produk tidak dapat diterima. Perhatian khusus hendaklah diberikan pada masalah pencemaran silang, karena sekalipun
sifat dan tingkatanya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, hal ini menunjukan pelaksanaan obat yang tidak sesuai CPOB
4. Sistem penomoran batch atau lot Suatu system yang menjabarkan cara penomoran batch dan lot secara
rinci diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau obat jadi suatu batch dan lot dapat dikenali dengan nomor batch dan lot
tertentu tidak digunakan secara berulang 5. Penimbangan dan penyerahan
Penimbangan atau perhitungan dan penyerhan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari
siklus produksi dan memerlukan dokumentasi yang lengkap 6. Pengembalian
Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang dikembalikan ketempat penyimpanan hendaklah didokumentasikan
dan dicek dengan baik. Bahan-bahan tersebut tidak boleh dikembalikan kecuali memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
7. Pengelolaan
Pemeriksaan awal pada pengolahan baik bahan, kondisi daerah pengolahan, wadah dan peralatan harus mengikuti prosedur tertulis yang
telah ditetapkan. Pencegahan pencemaran silang dalam seluruh tahap pengolahan.
8. Produk steril Produk steril hendaklah dibuat dengan pengawasan khusus untuk
menghilangkan pencemaran mikroba dan partikel lain. Produksi steril dapat digolongkan dalam dua kategori utama, yaitu yang harus diperoses dengan
cara aseptic pada semua tahap, dan yang disterilkan dalam wadah akhir yang disebut juga sterilisasi akhir. Untuk membuat produk steril diperlukan
suatu ruangan terpisah yang selalu bebas debu dan dialiri udara yang melewati saringan bakteri. Tekanan udara dalam ruangan hendaklah lebih
tinggi dari ruangan disebelahnya. 9. Pengemasan
Produk ruahan menjadi obat jadi, yang dilaksanakan dengan pengawasan yang tepat untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas
barang yang sudah dikemas. Semua kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan bahan
pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk. 10. Bahan atau produk pulihan
Bahan atau produk dapat diolah ulang atau dipulihkan asalkan bahan tersebut layak untuk diolah ulang melalui prosedur tertentu yang telah
disahkan, serta hasilnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan dan tidak terjadi perubahan yang berarti terhadap mutunya Sisa
produk yang tidak layak untuk diolah ulang atau bahan pulihan yang tidak memiliki spesifikasi, mutu kemanjuran atau keamanan tidak boleh
ditambahkan kedalam batch berikutnya. 11. Obat kembalian
Obat jadi yang dikembalikan dari gudang pabrik jika, ditemukan adanya kerusakan kualitas teknis obat atau adanya reaksi merugikan dari
obat misal karena label atau kemasan luar kotor atau rusak, dapat diberi label kembali atau diolah ulang kebatch berikut asalkan tidak ada resiko
terhadap mutu produk dan pengerjaan pengolahan ulang hendaklah disahkan dan didokumentasikan secara khusus. Obat kembalian dari peredaran dapat
dijual kembali, diberi label kembali atau diolah kembali jika telah dilakukan evaluasi secara cermat dan hasil pemeriksaan ulang olah Bagian Pemastian
Mutu dinyatakan memenuhi syarat. 12. Karantina obat jadi dan penyerahan kegudang obat jadi
Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat jadi diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan.
13. Pengawasan distribusi obat jadi Sistem distribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga menjadi
obat jadi yang pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu First In First Out.
14. Penyimpanan bahan awal, Produk antara, produk ruahan dan obat jadi. Bahan tersebut disimpan rapi dan teratur untuk mencegah resiko
tercampur baur atau pencemaran sera memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.
f. Pengawasan Mutu