Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data Ganbaran Umum Kantor Asuransi Bumiputera

Penyajian data bisa berbentuk teks naratif, tabel dan sebagainya. Namun dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dalam bentuk teks naratif dan gambar. 3. Verifikasi Data Menurut Creswell 2010, 285 bahwaverifikasi dalam penelitian kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur tertentu. Verifikasi data dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan untuk menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah dikumpulkan dari proses penelitian berlangsung.

3.7 Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan data penelitian, maka peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu tehnik yang dilakukan dengan meminta penjelasan lebih lanjut menggenai data yang diperoleh dengan mencari informasi lebih dari satu orang. Denzin dalam Moloeng 2006, 330 membedakan macam, trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber data, metode, dan teori. 1. Triangulasi Data Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, hasil wawancara dan hasil observasi pada Kantor Asuransi Bumiputera Cabang Tanjung Balai. 2. Triangulasi Teori Penggunaan berbagai teori untuk memastikan bahwa data yang di kumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada bab II telah dijelaskan melalui teori yang akan digunakan untuk menguji hasil dari semua data yang terkumpul. 3. Triangulasi Metode Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ganbaran Umum Kantor Asuransi Bumiputera

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 AJB Bumiputera 1912 berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng Dwidjosewojo, sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda PGHB sekaligus sebagai sekretaris I pengurus besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian perusahaan asuransi karena di dorong oleh keprihatinan mendalam terhadap nasib para guru bumiputera pribumi. Ia mencetuskan gagasannya pertama kali pada Kongres Budi Utomo tahun 1910 dan kemudian terealisasi menjadi badan usaha, sebagai salah satu keputusan kongres pertama PGHB di Magelang pada tanggal 12 Februari 1912. Sebagai pengurus, selain M. Ng Dwisewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai Bendahara. Ketiga orang inilah yang kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”, yang mendirikan suatu perkumpulan yang bergerak di bidang Asuransi Jiwa dengan nama Onderlinge Levensverzekering Maatschappij Persatuan Guru-guru Hindia Belanda yang disingkat OLMij PGHB. Bahwa OLMij PGHB didirikan dengan Akta Notaris De Hondt yang berkedudukan di Yogyakarta sah menurut hukum sejak berdirinya sebagai suatu bentuk usaha yang melakukan perbuatan hukum perdata sebagaimana hak dan kewajibannya. OLMij PGHB didirikan tanpa modal. Modal yang didapat adalah bantuan dari Pemerintah Hindia Belanda yang diberikan setiap bulan sebesar 300 tiga ratus Gulden dari bulan Oktober 1913 sampai akhir tahun 1923. Namanya kemudian berubah menjadi OLMij Boemi Poetera yang dalam perkembangannya berganti nama menjadi Asuransi Jiwa Bumiputera 1912. M. Ng. Dwisewojo, M.K.H Soebroto dan M. Adimidjojo ini juga sekaligus sebagai peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia. Tidak seperti perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas PT yang kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu, sejak awal pendiriannya AJB Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha yang “ Mutual” atau “ Usaha Bersama”. Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan yang mempercayakan wakil-wakilnya di Badan Perwakilan Anggota BPA untuk mengawasi jalannya perusahaan. Atas mutualisme ini, yang kemudian dipadukannya dengan idealisme dan profesionalisme pengelolaannya merupakan kekuatan utama AJB Bumiputera 1912 hingga saat ini. Perjalanan AJB Bumiputera 1912 yang saat ini mencapai 9 sembilan dasawarsa, menghadapi perkembangan yang tidak terlepas dari pasang surut. Sejarah AJB Bumiputera 1912 sekaligus mencatat perjalanan Bangsa Indonesia, termasuk misalnya peristiwa snering mata uang rupiah di tahun 1965, yang memangkas aset perusahaan ini dan bencana paling besar yaitu multi krisis di penghujung millenium kedua. Di luar itu, AJB Bumiputera 1912 juga menyaksikan tumbuh, berkembang dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup menghadapi ujian zaman dan mungkin karena persaingan dan badai krisis. Semua ini menjadi cermin utama dan sangat berharga dari lingkungan yang menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk upaya mempertahankan keberlangsungan. Bahwa sebagai badan uasaha yang lahir di masa pergerakan nasional yang bertujuan meningkatkan derajat ekonomi bangsa maka AJB Bumiputera 1912 senantiasa terus berupaya meningkatkan usahanya secara sehat dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan serta norma-norma yang berlaku dalam industri asuransi. Memasuki millennium ketiga, AJB Bumiputera 1912 yang mengkaryakan sekitar 18.000 pekerja, melindungi lebih dari 9,7 juta jiwa rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor 576 di seluruh pelosok Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu dan menggarap pasar domestik. Mereka menjadi rekan sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-sama membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri AJB Bumiputera 1912, 96 tahun yang lalu. Bagi AJB Bumiputera 1912, iklim kompetisi ini memberikan semangat baru karena makin menegaskan perlunya komitmen, kerja keras dan profesionalisme. Namun berbekal pengalaman panjang melayani rakyat Indonesia berasuransi hampir seabad, menjadikan AJB Bumiputera 1912 bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia sebagaimana falsafah, visi dan misi awal pendiriannya yang senantiasa menempatkan AJB Bumiputera 1912 berada di benak dan hati rakyat Indonesia.

4.2 Karakteristik Informan