Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian

G. Teknik Pengolahan Data

1. Data Validitas Modul Data validitas modul menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak”. Setiap jawaban “Ya” bernilai 1 dan jawaban “Tidak” bernilai 0. 7 Selanjutnya peneliti hanya tinggal menjumlahkan total jawaban dan dianalisa seperti pada skala Likert. 8 Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Skala Guttman No Alternatif Jawaban Skor 1. Ya 1 2. Tidak 2. Data Angket Siswa Dari data hasil pengisian angket siswa dicari frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban pada setiap pernyataannya. Frekuensi yang tertinggi ditafsirkan sebagai kecenderungan jawaban alat ukur tersebut. Sebaliknya frekuensi terendah dapat ditafsirkan sebagai kecenderungan jawaban yang tidak menggambarkan pendapat kebanyakan responden. Angket yang telah diisi oleh peserta didik 7 Arikunto, op.cit., h. 285. 8 Riduwan, loc.cit. Mengorganisasikan siswa untuk belajar 25, 26 2 Membimbing penyelidikan individukelompok 27,28 2 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 29 1 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 30 1 Jumlah 20 10 30 kemudian diperiksa dan diolah dengan meghitung frekuensi jawaban seluruh peserta didik terhadap setiap pernyataan tersebut. 9 Pemberian skor pada setiap jawaban dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan yang digunakan dalam skala Likert untuk mengetahui penilaian siswa adalah pernyataan positif dan negatif. Adapun kriteria penilaian berdasarkan skala Likert adalah sebagai berikut: 10 Tabel 3.4 Kriteria Penskoran Skala Likert No Alternatif Jawaban Bobot Skor Positif + Negatif - 1 Sangat Setuju SS 5 1 2 Setuju S 4 2 3 Kurang Setuju KS 3 3 4 Tidak Setuju TS 2 4 5 Sangat Tidak Setuju STS 1 5 Selanjutnya, data yang diperoleh ditabulasikan dan dicari presentasenya dengan menggunakan rumus: 11

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menyederhanakan data yang diperoleh dari angket siswa ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Sehingga data yang telah terkumpul dapat dianalisis kemudian diambil kesimpulan. Peneliti menentukan kategori penilaian untuk menentukkan apakah pengambangan modul praktikum berbabasis problem based learning untuk kimia kelas X 9 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 128-129. 10 Riduwan, op.cit., h. 87. 11 Ibid., h. 89. Presentase = x100 semester genap termasuk ke dalam kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, atau sangat kurang berdasarkan tabel berikut: 12 Tabel 3.5 Kategori Interpretasi Skor No. Interval Skor Kategori 1. 81 – 100 Sangat Baik 2. 61 – 80 Baik 3. 41 – 60 Cukup 4. 21 – 40 Kurang 5. – 20 Sangat Kurang 12 Ibid. 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini berorientasi pada pengembangan produk dimana proses pengembangannya dideskripsikan seteliti mungkin dan produk akhirnya dievaluasi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa proses pengembangan dan uji coba produk. Proses pengembangan modul praktikum berbasis problem based learning untuk kimia kelas X semester genap meliputi empat tahap yaitu tahap perencanaan, penyusunan, Review, dan uji coba. Proses validasi dilakukan oleh dua orang ahli dosen kimia dan satu orang praktisi pendidikan guru bidang studi kimia. Untuk data hasil uji coba modul praktikum diperoleh melalui angket siswa terhadap penggunaan modul praktikum berbasis problem based learning. Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil yang diperoleh dari setiap tahapan pengembangan modul praktikum berbasis problem based learning, yakni sebagai berikut: a. Tahap perancanaan Pada tahap awal, peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara di sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat uji coba produk. Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia diperoleh informasi terkait kegiatan praktikum dan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan dalam melakukan suatu kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum yang biasa dilakukan di SMA Negeri 1 Karawang untuk kelas X semester genap adalah larutan elektrolit dan non elektrolit, dan reaksi reduksi oksidasi redoks. Pelaksannaan praktikum yang dilakukan ini sudah sesuai dengan dua kompetensi dasar yang memang menuntut dilakukannya percobaan yakni pada KD 4.8 dan 4.9, namun bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum siswa bersifat sangat menuntun atau recipe style. Sehingga jalannya kegiatan praktikum yang dilakukan dapat dikatakan belum