Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
Depdiknas. Pada proses penentuan outline ini juga didasarkan dengan kesesuaian model problem based learning yang diintegrasikan dengan
modul praktikum. Proses penulisan draft modul praktikum ini juga mengalami beberapa
perubahan sesuai dengan saran dan arahan dari dosen pembimbing di antaranya adalah penentuan outline modul, penempatan gambar,
penggunaan jenis dan ukuran huruf, spasi antar kalimat, kombinasi warna, dan penggunaan tata bahasa. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan draft
yang sesuai dengan tujuan dari pengembangan modul praktikum yang dilakukan.
Instrumen hasil belajar pada modul praktikum ini meliputi penugasan individu maupun kelompok yang diberikan pada bagian Chamlab Basics,
serta kegiatan diskusi, kegiatan eksperimen, post-lab untuk setiap judul praktikum, dan evaluasi. Rincian penugasan dapat dilihat pada Lampiran
2. Pada tahap penulisan ini wacana yang dibuat harus dapat
mengorinetasikan siswa pada masalah sesuai dengan model problem based learning. Permasalahan pada wacana dibuat se-autentik mungkin, sesuai
dengan yang dikemukakan Arends bahwa situasi masalah yang baik adalah masalah yang dikaitkan dengan pengalaman real siswa.
10
3. Review
Sebelum modul praktikum hasil pengembangan dilakukan uji coba, peneliti melakukan validasi modul praktikum berbasis problem based
learning untuk kelas X semester genap yang disesuaikan dengan aspek- aspek yang telah dijabarkan pada lembar validasi. Validasi dilakukan oleh
dua orang ahli dosen kimia, dan satu orang praktisi guru mata pelajaran kimia. Saran dari para validator kemudian dijadikan masukan oleh
peneliti untuk melakukan revisi terhadap modul praktikum. Proses validasi dilakukan hingga akhirnya validator menyatakan bahwa modul praktikum
10
Ricard I Arends, Learning to Teach Seventh Edition, New York: Mc Graw-Hill, 2007, h. 390.
yang dikembangkan layak untuk diuji cobakan. Pada penelitian ini validasi modul dilakukan sebanyak dua kali hingga didapatkan hasil keseluruhan
pernyataan “Ya” dalam lembar validasi. Tahap validasi ini betujuan untuk mendapatkan pengakuan atau pengesahan kesesuaian produk yang
dikembangkan dengan kebutuhan sehingga produk tersebut dapat dikatakan layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran.
11
Selain melakukan validasi terhadap modul praktikum, juga dilakukan validasi instrumen angket siswa kepada dua orang ahli dosen kimia, dan
satu orang praktisi pendidikan guru bidang studi kimia. Seperti halnya validasi modul praktikum, saran dan komentar dari para validator
kemudian dijadikan masukan untuk melakukan revisi pada angket siswa yang akan digunakan.
4. Uji coba produk
Setelah modul praktikum dinyatakan layakvalid oleh para validator, maka dilakukan uji coba lapangan. Uji coba dilakukan pada siswa kelas X,
hal ini sesuai dengan modul yang dikembangkan yaitu untuk jenjang SMAMA kelas X semester genap.
Penilaian hasil pengembangan produk dilakukan berdasarkan uji coba modul praktikum dan pemberian angket kepada siswa. Angket tersebut
berisi 30 pernyataan yang diberikan kepada 40 orang siswa, yang selanjutnya data dari angket yang dikumpulkan kemudian diolah sehingga
didapatkan presentase nilai untuk setiap indikatornya yang kemudian dikategorikan sesuai dengan interpretasi skor menurut Riduwan.
a. Aspek karakteristik
Aspek karakteristik terdiri dari empat indikator yaitu self contained, adaptif, self instruction, dan user friendly. Sebagian besar
siswa menilai bahwa modul praktikum telah memuat seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan atau dikatakan bersifat self contained.
Dalam hal ini materi pembelajaran yang dimaksudkan adalah materi-
11
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran, Jakarta: Referensi, 2012, Cet. I, h. 170-171.
materi yang memang dituntut oleh KD untuk dilakukannya kegiatan percobaan. Sehingga siswa dapat mengetahui percobaan apa saja yang
terdapat dalam satu priode pembelajaransemester. Tujuan dari konsep self contained adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas dalam satu kesatuan yang utuh.
12
Hasil penilaian siswa pada indikator adaptif juga sangat baik karena modul praktikum dapat menyesuaikan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Penyampaian isu-isu terbaru disesuaikan dengan masing-masing materi yang terdapat di dalam modul
praktikum dan disajikan dalam kolom “did you know?”. Indikator self instruction walaupun mendapat presentase terendah
dari keempat indikator yang ada pada aspek karakteristik namun masih termasuk ke dalam kategori baik. Self instruction merupakan
karakteristik penting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri.
13
b. Aspek elemen mutu
Penilaian siswa terhadap format kolom kolom tunggal dan kertas portrait dengan penggunaan kertas ukuran A4 8,27 inch x 11,69
inch pada modul praktikum yang dikembangkan sangat baik. Andriani dalam Prastowo menyatakan bahwa aspek layouttata letak tidak kalah
penting dalam melakukan pengembangan modul yang dipengaruhi oleh tiga variabel, yaitu ukuran kertas dipengaruhi oleh materi serta
target pembaca. Format kertas yang dapat dipilih dalam bentuk portrait, landscap, atau gabungan keduanya. Untuk format kolom,
kolom tunggal akan lebih mudah ditangani. Sedangkan untuk penempatan tabel, gambar, serta diagram diatur secara konsisten.
14
12
Daryanto, Menyusun …op.cit., h. 10.
13
Ibid., h. 9.
14
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Jogjakarta: Diva Press, 2013, Cet. 5, h. 163.
Hasil penilaian siswa untuk indikator daya tarik modul termasuk ke dalam kategori baik. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa menilai
kombinasi warna, gambar, bentuk dan ukuran huruf yang terdapat dalam cover serasi. Daya tarik siswa terhadap bahan ajar terkadang
lebih terfokus pada bagian cover, sehingga pada sampul diberikan gambar, kombinasi warna, dan ukuran yang sesuai.
15
Selain itu sesuai dengan standar BSNP, desain kulit buku merupakan daya tarik awal
dari sebuah buku yang ditentukan oleh ketepatan dalam penempatan unsurmateri desain yang ingin ditampilkan sehingga memperjelas
tampilan teks maupun ilustrasi dan elemen dekoratif lainnya.
16
Bentuk huruf yang digunakan pada bagian isi modul adalah liberation sherif dengan ukuran 11,5. Pemilihan jenis dan huruf ini
sesuai dengan standar kegrafikan yang dirumuskan oleh BSNP dimana jenis huruf tersebut bukan merupakan huruf hias yang sulit untuk di
baca.
17
Indikator ruangspasi kosong pada aspek elemen mutu mendapat presentase terendah dengan kategori baik. Ketidak proporsionalan
spasi kosong terutama terdapat pada bagian penyediaan ruang kosong untuk mengisi jawaban post-lab, beberapa siswa tidak dapat
menuliskan jawaban dengan baik karena ruang kosong yang tersedia kurang mencukupi.
c. Aspek Kebahasaan
Indikator keterbacaan mendapatkan hasil presentase terendah dari siswa di antara indikator-indikator pada aspek kebahasaan lainnya.
Siwa menilai beberapa istilah yang terdapat dalam modul praktikum
15
Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008, Cet 1, h. 53.
16
BSNP, loc.cit.
17
Ibid., h. 2.
sulit untuk dipahami. Hal ini dapat disebabkan karena terdapat istilah yang kurang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
18
Penggunaan bahasa dinilai sudah efektif dan efisien oleh siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil presentase yang didapat dan merupakan
presentase tertinggi dibanding dengan indikator lainnya. Hal ini karena bahasa yang digunakan tidak bertele-tele sehingga informasi yang
ingin disampaikan pun dapat dengan mudah ditangkap oleh siswa. Presentase rata-rata aspek kebahasaan secara keseluruhan termasuk
ke dalam kategori baik, sesuai dengan penelitian Dias Fatchul Jannah yang mendapat kriteria layak pada aspek bahasa dikarenakan bahasa
yang digunakan dalam buku ajar yang dikembangkan merupakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
yang baku.
19
Penulisan bahasa tidak menggunakan bahasa daerah, sehingga bersifat umum dan dapat dipahami oleh semua siswa dengan
berbagai latar belakang daerah yang berbeda. d.
Aspek Tahap Problem Based Learning Aspek tahap problem based leaning dinilai sangat baik oleh peserta
didik diantara ketiga aspek lainnya Hasil yang didapat ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujiono yang termasuk ke
dalam kategori sangat baik aspek keterkaitan modul dengan model problem based learning pada uji coba skala kecil.
20
Modul praktikum berbasis problem based learning dinilai siswa sangat baik untuk melatih siswa dalam melakukan penyelidikan baik
secara teoritis mengumpulkan dasar teori maupun melalui kegiatan percobaan. Selain itu siswa menilai modul praktikum sangat baik
dalam mendorong siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil
18
Uski Apriliyana, Herlina Fitrihidayati, dan Rahardjo, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri Pada Materi Pencemaran Lingkungan Dalam Upaya Melatih
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA”, Jurnal BioEdu, Vol. 1 No. 3, 2012, h. 43.
19
Dias Facthtul Jannah, Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorienatasi Quantum Learning pada Materi Pokok Kimia Unsur untuk Siswa Kelas XII SMA, Unesa Journal of Chemical
Education, Vol. 2, No. 2, 2013, h. 177.
20
Sujiono, op.cit., h. 688.
karya dalam bentuk laporan praktikum. Sedangkan untuk indikator pengorganisasian belajar mendapat presentase tertinggi dibandingkan
dengan indikator lainnya. Hal ini dikarenakan siswa merasa diarahkan dengan baik untuk melakukan pembelajaran secara berkelompok untuk
bekerja sama dalam menjawab beberapa pertanyaan yang terdapat pada modul praktikum. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Heru,
dkk., bahwa dengan menerapakan model problem based learning siswa dapat bekerja sama dalam kelompok dan saling memberikan
motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan kemampuan berfikir siswa.
21
Indikator orientasi siswa pada masalah pun mendapat tanggapan baik dari siswa. Orientasi masalah merupakan tahap awal dari model
problem based learning, pada modul praktikum orientasi masalah disajikan melalui wacana, yang akan menggiring siswa menemukan
dan merumuskan masalah yang harus diselesaikan. Dalam tahap ini rasa ingin tahu dan gemar membaca akan mendominasi untuk bisa
muncul dari diri siswa dengan mengungkapkan masalah dan jawaban secara jujur.
22
Selain itu, menurut Tan sebuah masalah dapat memberikan tantangan terhadap pengetahuan yang telah dimiliki
siswa, sikap, dan kemampuannya, maka disebut juga sebagai identifikasi kebutuhan belajar dan arena belajar baru.
23
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yang terdapat di dalam modul praktikum mendapat penilaian terendah dari
siswa bila dibandingkan dengan indikator lainnya. Tahap ini diimplementasikan dalam bentuk kegiatan refleksi yang terdapat pada
setiap bagian akhir kegiatan praktikum yang dilakukan.
21
Heru Edi Kurniawan, Sarwanto, dan Cari, Pengembangan Modul IPA SMP Berbasis Problem Based Learning Terintegrasi Pendidikan Karakter pada Materi Getaran dan Gelombang,
Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika, Surakarta, 2013, h,53.
22
Ibid., h, 52.
23
Oon-Seng Tan, Problem-Based Learning Innovation: Using Problem to Power Learning in the 21
st
Century, Singapura: Cengange Learning Asia, 2003, h.31.
Hasil ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif pada
model pembelajaran
problem based
learning yang
diimplementasikan pada modul praktikum. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Desy Rosmalinda, dkk. diperoleh hasil bahwa
modul praktikum kimia berbasis problem based learning yang dikembangkannya mendapat respon positif dari siswa dan dapat
diterapkan pada siswa dengan kemampuan kognitif yang beragam, hanya saja siswa dengan kemampuan kognitif yang rendah
memerlukan bimbingan guru terutama dalam memahami soal analisis.
24
Presentase rata-rata keseluruhan per aspek yang diperoleh dari angket siswa terhadap modul praktikum berbasis problem based
learning adalah 79,42 dan termasuk ke dalam kategori baik sesuai dengan kriteria interpretasi skor yang terdapat dalam buku Riduwan
bahwa kategori baik ada pada rentang nilai 70-80.
25
24
Rosmalinda, op.cit., h. 1.
25
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Muda, Bandung: Alfabet, 2013, Cet 9, h. 87.
83