pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional dalam meningkatkan
pemahaman mahasiswa pada konsep magnet.
8
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lutfi, dkk. yang berjudul Pembuatan dan Implementasi Modul
Praktikum Fisika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI, dihasilkan bahwa dengan diterapkannya modul
praktikum berbasis masalah dapat meningkatkan kemandirian yang diikuti pula oleh peningkatan hasil belajar siswa.
9
Penerapan model pembelajaran problem based learning bertujuan juga agar peserta didik terbiasa menggunakan kecerdaannya untuk menyelesaikan
masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Karena suatu masalah dapat memicu konteks keterkaitan, rasa ingin tahu, dan inkuiri.
10
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul
“Pengembangan Modul Praktikum Berbasis Problem Based Learning Untuk Kimia Kelas X Semester Genap
”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat diidentifakisan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masih terdapat guru yang menggunakan metode ceramah pada materi yang
dalam kompetensi dasar yang menuntut untuk dilakukan praktikum. 2.
Praktikum kimia untuk jenjang SMA yang ada saat ini masih menggunakan lembar kerja yang bersifat terlalu menuntun sehingga
kreativitas dan kemandirian siswa kurang tersalurkan. 3.
Guru masih kesulitan memfokuskan perhatian terhadap kualitas praktikum yang dilakukan siswa
8
Aslıhan Kartal Taşoğlu dan Mustafa Bakaç, The Effect of Problem Based Learning Approach on Conceptual Understanding in Teaching of Magnetism Topics, Eurasian J. Phys.
Chem. Educ. 62, 2014, h. 110.
9
Lutfi Fidiana, Bambang S, dan Pratiwi D, Pembuatan Dan Implementasi Modul Praktikum Fisika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas XI,
Unnes Physics Education Journal, 11, 2012, h. 38.
10
Oon-Seng Tan, Problem-Based Learning and Cretivity, Singapore: Cengage Learning, 2009, h. 6.
4. Belum adanya bahan ajar di sekolah yang menuntun siswa untuk
mengkonstruksikan pengetahuan mereka dalam menemukan konsep- konsep kimia.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka diperlukan pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada: 1.
Modul praktikum yang akan dibuat hanya berisi materi-materi kimia kelas X semester genap yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit, dan reaksi
reduksi oksidasi. 2.
Proses pengembangan modul praktikum berbasis problem based learing untuk kelas X semester genap.
3. Penilaian siswa terhadap modul praktikum berbasis problem based
learning.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pengembangan modul praktikum berbasis problem
based learning untuk kimia kelas X semester genap. 2.
Bagaimana hasil penilaian siswa terhadap modul praktikum berbasis problem based learning untuk kimia kelas X semester genap.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembagan modul praktikum berbasis problem based learning ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan modul praktikum kimia berbasis problem based learning
khususnya pada materi kimia kelas X semester genap. 2.
Mengetahui penilaian siswa terhadap modul praktikum berbasis problem based learning untuk kimia kelas X semester genap.
F. Manfaat Penelitian
Peneltian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:
1. Bagi siswa, memberikan pengalaman dalam kegiatan praktikum dengan
menggunakan model problem based learning. 2.
Bagi guru, memberikan informasi tentang penerapan model problem based learning dalam melakukan kegiatan praktikum.
3. Bagi sekolah, diperoleh modul yang dapat digunkan untuk kegiatan
praktikum dalam mata pelajaran kimia kelas X semester genap. 4.
Bagi peneliti, menambah pengalaman dan wawasan mengenai pengembangan modul praktikum berbasis problem based learning serta
menambah bekal bagi peneliti sebagai calon pendidik untuk dapat mengembangkan sendiri bahan ajar kimia yang inovatif.
5. Bagi pihak lainnya, dapat digunakan sebagai referensi untuk turut serta
menerapkan model problem based learning melalui kegiatan praktikum pada materi maupun kegiatan belajar lainnya.
7
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teoretik
1. Modul
a. Pengertian Modul
Salah satu jenis bahan ajar cetak yang ada saat ini adalah modul. Bahan ajar adalah segala bahan baik informasi, alat, maupun teks
yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh satu kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan
tujuan perencanaan
dan penelaahan
implementasi pembelajaran
1
. Sedangkan istilah modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu suatu alat ukur yang lengkap dan merupakan
satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan.
2
Menurut Daryanto, “Modul adalah bahan ajar yang dikemas secara utuh dan
sistematis, di dalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu siswa mengasai tujuan belajar
yang spesifik”.
3
Depdiknas menjelaskan bahwa “Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa
atau dengan bimbingan guru”.
4
Sedangkan menurut Rudi dan Cepi, “Modul yaitu suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan
tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa”.
5
Dari uraian di atas mengenai modul, dapat ditarik kesimpulan bahwa modul adalah sebuah bahan ajar cetak yang dibuat secara
1
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajara Inovatif, Jakarta: Diva Perss, 2011, Cet. I, h. 17.
2
Daryanto dan Dwicahyono, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar, Yogyakarta: Gava Media, 2014, Cet. I, h.177.
3
Daryanto, Menyusun Modul, Yogyakarta: Gava Media, 2013, h. 9.
4
Depdiknas. Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Depdiknas, 2008, h. 13.
5
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2009, h 15.