Tabel 4.11 di atas menunjukkan jumlah kematian larva Anopheles spp ada ulangan pertama jumlah kematian larva Anopheles spp dengan dosis 2,0 ppm, 3,0
ppm, dan 4,0 ppm sebanyak 2 ekor, dan pada dosis 1,0 ppm tidak terdapat kematian. Pada ulangan ke dua jumlah kematian larva Anopheles spp dengan dosis 2,0
ppm, 3,0 ppm, dan 4,0 ppm sebanyak 2 ekor, dan pada dosis 1,0 sebanyak 1,0 ppm. Kemudian pada kontainer ulangan ke tiga jumlah kematian larva Anopheles spp
dengan dosis 4,0 ppm sebanyak 3 ekor, pada dosis 2,0 ppm dan 1,0 ppm sebanyak 1 ekor, dan pada dosis 2,0 ppm sebanyak 2 ekor.
Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai F-Hitung FhF-Tabel Fc pada taraf nyata 5 6,2224,07, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan
kematian larva Anopheles spp pada perlakuan S-Metopherene pada hari Kesepuluh.
11. Pengamatan Hari Kesebelas
Hasil penelitian menunjukkan pada ulangan pertama dan kedua jumlah kematian larva Anopheles spp dengan dosis 3,0 ppm dan 4,0 ppm masing-masing 2
ekor, dan pada dosis 1,0 ppm dan 2,0 ppm masing-masing sebanyak 1 ekor 4,0, sedangkan pada ulangan ke tiga, jumlah kematian larva Anopheles spp dengan dosis
1,0 ppm, 2,0 ppm, dan 4,0 ppm masing-masing sebanyak 2 ekor, dan pada dosis 0,0 ppm tidak ditemukan kematian, seperti pada Tabel 4.12
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12. Jumlah Kematian Populasi Larva Anopheles spp dengan Menggunakan Larvasida S-Metophrene pada Hari Kesebelas
Ulangan PerlakuanDosis
I II
III Total
kematian p-
value Dosis 1,0 ppm
1 1
2 4
5,33 Dosis 2,0 ppm
1 1
2 4
5,33 0,596
Dosis 3,0 ppm 2
2 4
5,33 Dosis 4,0 ppm
2 2
2 6
8,00 Kontrol
0,00 Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai F-Hitung FhF-Tabel Fc pada
taraf nyata 5 06674,07, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan kematian larva Anopheles spp pada perlakuan S-Metopherene pada hari Kesebelas.
12. Pengamatan Hari Keduabelas
Pada pengamatan hari ke dua belas, tidak ditemukan kematian larva Anopheles spp pada seluruh kontainer pengamatan.
4.4. Eefektivitas Larvasida dengan B.thurigiensis dengan Kematian Larva
Anopheles spp
Tabel 4. 13. Rata-rata Kematian Larva Anopheles spp Menggunakan B.thurigiensis berdasarkan Hari Pengamatan
Rata-rata Kematian berdasarkan Hari Perlakuan Dosis
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Total Rerata
Kematian P
1 ppm
- 5,33
8,00 8,00
9,33 8,00
8,00 12,00
13,33 -
- -
51 68,0
2 ppm
- 8,00
6,67 8,00
9,33 8,00
9,33 12,00
12,00 -
- -
53 70,7
3 ppm
2,67 6,67
6,67 8,00
9,33 8,00
9,33 12,00
12,00 -
- -
59 78,7
4 ppm
8,00 8,00
8,00 9,33
10,67 12,00
12,00 16,00
16,00 -
- -
75 100
0,006
kontrol
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
Keterangan: Data rata-rata adalah percentase kematian Data Total adalah data seluruh kematian dari 3 ulangan
signifikan pada taraf kepercayaan 95 α0,05
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kematian larva Anopheles spp dengan menggunakan B.thurigiensis diketahui tingkat kematian larva Anopheles spp dengan menggunakan
larvasida B.thurigiensis mayoritas terjadi pada dosis 4,0 ppm 100 diikuti dengan dosis 3,0 ppm 78,7, dan 2,0 ppm 70,7 dan pada dosis 1,0 ppm 68,0.
Hasil uji anova menunjukkan nilai F Hitung 4,746F-Tabel 2,82, , maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, bahwa ada perbedaan secara signifikan jumlah
kematian larva Anopheles spp dengan menggunakan larvasida jenis Vectobac B.thurigiensis .
4.5. Rata-Rata kematian Larva Anopheles spp dengan Larvasida B.thurigiensis 1.
Pengamatan Hari Pertama Tabel 4.14 Jumlah Kematian Populasi Larva Anopheles spp dengan
Menggunakan Larvasida Vektobac B.thurigiensis pada Hari Pertama
Ulangan PerlakuanDosis
I II
III Total
kematian p-
value Dosis 1,0 ppm
0,00 Dosis 2,0 ppm
0,00 0,000
Dosis 3,0 ppm 1
1 2
2,67 Dosis 4,0 ppm
2 2
2 6
8,00 Kontrol
0,00 signifikan pada taraf kepercayaan 95
α0,05 Tabel 4.14 menunjukkan pada ulangan pertama dengan dosis 1,0 ppm dan 2,0
ppm tidak ditemukan kematian larva Anopheles spp sedangkan pada dosis 3,0 ppm terdapat 1 larva Anopheles spp yang mati dan pada dosis 4,0 ppm jumlah kematian
larva Anopheles spp sebanyak 2 ekor. Pada ulangan ke dua, diketahui pada dosis 1,0 ppm, dan 2,0 ppm juga tidak ditemukan larva Anopheles spp yang mati, pada dosis
Universitas Sumatera Utara
3,0 ppm ditemukan 1 ekor larva Anopheles spp yang mati, sedangkan pada dosis 4,0 ppm jumlah kematian larva Anopheles spp sebanyak 2 ekor. Pada ulangan ketiga
diketahui pada dosis 1,0 ppm, 2,0 ppm dan 3,0 ppm tidak ditemukan kematian larva Anopheles spp, sedangkan pada dosis 4,0 ppm jumlah kematian sebanyak 2 ekor.
Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai F-Hitung FhF-Tabel Fc pada taraf nyata 5 32,0004,07, hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan
kematian larva Anopheles spp pada perlakuan menggunakan B.thurigiensis pada hari pertama.
2. Pengamatan Hari Kedua