6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BUAH KAKAO Theobroma cacao L.
Indonesia merupakan tiga negara terbesar penghasil buah kakao Theobroma cacao L. didunia. Data dari Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian FAO menyebutkan,
Indonesia memproduksi 574.000 ton kakao di tahun 2010 menyumbang sekitar 16 dari produksi kakao secara global
[ ]. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya
cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara
[ ]. Luas perkebunan kakao di Indonesia sudah mencapai 84.700 ha pada tahun 2013
[ ]. Tabel 2.1 Produksi kakao ribu ton di Sumatera Utara
[ ] Tahun
Produksi ribu ton 2007
64,8 2008
60,3 2009
67,3 2010
63,4 2011
54,5 2012
37,16 2013
36,19 Dari tabel 2.1 di atas dapat dilihat bahwa produksi kakao di Sumatera Utara cukup
besar. Besarnya angka ini berbanding lurus dengan jumlah limbah dari kakao itu sendiri yaitu kulit kakao. Untuk itu dilakukanlah berbagai penelitian untuk menambah nilai
guna dari kulit buah kakao ini. Adapun komposisi kulit buah kakao sebagai berikut:
7 Tabel 2.2 komposisi kulit buah kakao
[ ] [ ] [ ]
Komponen Jumlah
serat kasar 40,03
protein 9,71
selulosa 36,23
hemiselulosa 1,14
lignin 20-27,95
abu 41,60
lemak kasar 21,74
Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen BETN 31,41
Total Digestible Nutrient TDN 52,88
Neutral Detergent Fiber NDF 75,36
Acid Detergent Fiber ADF 68,70
Dari tabel 2.2 di atas dengan komposisi selulosa yang cukup banyak dapat dilihat bahwa kulit kakao memiliki potensi untuk mengonversi glukosa yang ada pada
substratnya menghasilkan bioetanol. Selain biji, limbahnya sangant sangat bermanfaat, baik kulit buah, pulp, maupun
plasentanya. Kulit buah cokelat dapat digunakan untuk campuran bahan makanan ternak, sumber gas bio, dan bahan pembuatan pectin. Pulp dan plasenta sebagai limbah
pada fermentasi biji cokelat berguna untuk pembuatan alkohol dan cocoa jelly [ ].
Melihat kondisi di atas, maka sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk mengembangkan BBN Bahan Bakar Nabati dari kulit buah kakao. Terlebih
lagi kakao telah benar-benar dicanangkan untuk dikembangkan secara besar-besaran oleh pemerintah. Hal ini akan menjadi nilai positif bagi Indonesia karena produksi
bijinya ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas serta limbahnya dimanfaatkan sebagai BBN Bahan Bakar Nabati. Jadi tidak akan ada limbah yang terbuang percuma
dan akan menjadi keuntungan bagi Indonesia [ ].
Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo 1988 sistematika tanaman
ini sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta Anak divisi
: Angioospermae Kelas
: Dicotyledoneae