11 difermentasi. Bioetanol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar cair untuk mesin
pembakaran internal, baik sebagai bahan bakar tunggal yang digunakan maupun bercampur dengan minyak bumi
[ ].
2.4 ETANOL
Etanol yang disebut juga sebagi etil alkohol, mempunyai sifat berupa cairan yang tidak stabil, mudah terbakar dan tidak berwarna. Etanol merupakan alkohol rantai lurus
dengan rumus molekul C
2
H
5
OH [ ], larut dalam air, eter, aseton, benzene, dan semua
pelarut organik, serta memiliki bau khas alkohol. Sifat-sifat kimia dan fisis ethanol sangat tergantung pada gugus hidroksil. Pada tekanan 0,114 bar 11,5 kPa etanol dan
air dapat membentuk larutan azeotrop
[ ].
Tabel 2.3 Sifat Fisika Etanol [ ]
Properti Nilai
Berat Molekul gmol 46,1
Titik Beku
o
C -114,1
Titik Didih Normal
o
C 78,32
Densitas gml 0,7983
Viskositas Cp 1,17
Panas penguapan normal Jkg 839,31
Panas pembakaran Jkg 29676,6
Panas jenis Jkg 2,42
Nilai oktan Indeks Bias
106-111 1,36143
Etanol terbagi dalam tiga grade, yaitu grade industri dengan kadar alkohol 90-94, netral dengan kadar alkohol 96-99,5 umumnya digunakan untuk minuman keras atau
bahan baku farmasi dan grade bahan bakar dengan kadar alkohol diatas 99,5
[ ].
Etanol murni jarang digunakan untuk transportasi melainkan biasanya dicampur dengan bensin, yang paling terkenal digunakan untuk kendaraan adalah campuran E85,
dimana 85 etanol dan 15 bensin. Etanol yang mengandung oksigen lebih banyak daripada bensin akan menghasilkan pembakaran yang sempurna, sehingga dapat
mengurangi emisi dari hidrokarbon dan bahan partikulat yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bensin. Bahkan, permintaan bioetanol akan tumbuh sangat
12 cepat sampai tahun 2015 karena adanya larangan penggunaan metil tert-butyl eter
MTBE dalam bensin. Peraturan perundang-undangan baru yang mendukung penggunaan bahan bakar bio sudah diterapkan di Brazil dan belahan lain dunia
[ ].
2.5 FERMENTASI
Proses sintesis bioetanol meliputi perlakuan awal, hidrolisis, fermentasi dan distilasi. Bahan yang mengandung gula dapat langsung difermentasi, akan tetapi bahan
yang mengandung pati dan selulosa harus dihidrolisis terlebih dahulu menjadi komponen yang sederhana
[ ]. Pada tahap sakarifikasi, selulosa diubah menjadi selobiosa dan selanjutnya menjadi
gula-gula sederhana seperti glukosa. Hidrolisis selulosa dapat dilakukan menggunakan larutan asam atau secara enzimatis
[ ]. Hidrolisis yang paling sering digunakan untuk menghidrolisis selulosa adalah
hidrolisis secara asam. Beberapa asam yang umum digunakan untuk hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat H
2
SO
4
, asam perklorat dan HCl. Keuntungan dari penggunaan asam ini mengandung konversi gula hingga mencapai konversi 90
[ ]. Dalam hidrolisis menggunakan bahan kimia, perlakuan awal dan hidrolisis dapat
dilakukan dalam satu langkah. Ada dua jenis dasar dari proses hidrolisis asam yang umum digunakan, yakni asam encer dan asam pekat. Keuntungan terbesar dari asam
encer proses reaksi berlangsung cepat. Asam pekat menggunakan suhu relatif rendah sehingga memerlukan tekanan yang memompa bahan dari suatu bejana ke bejana lain.
Hidrolisis asam pekat biasanya membutuhkan waktu lebih lama daripada menggunakan asam encer
[ ]. Proses sakarifikasi menggunakan asam bersifat tidak spesifik. Selain glukosa,
sakarifikasi dengan asam dapat menghasilkan produk samping seperti senyawa furan, fenolik, dan asam asetat
[ ] .
Produk samping tersebut apabila tidak dihilangkan dapat menghambat proses selanjutnya, yakni fermentasi. Sakarifikasi menggunakan asam juga
dapat memicu degradasi glukosa sehingga rendemen glukosa dan etanol menurun [ ].