kumulatif masih belum sesuai dengan pendapatan yang diperolehnya dari pekerjaanya sebagai PLKB, sehingga sangat berdampak terhadap motivasi mereka untuk bekerja
secara profesional dan memenuhi target yang diharapkan. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa petugas PLKB
tidak memperoleh imbalan yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya sehingga berdampak terhadap motivasi kerja dalam melakukan tugas-tugasnya sebagai petugas
PLKB dalam mencapai visi dan misi dari BKKBN. Untuk itu BKKBN sebagai lembaga yang sangat berwewenang terhadap pengelolaan PLKB perlu
memperhatikan kebutuhan petugas PLKB melalui peningkatan imbalan dalam hal ini berupa imbalan langsung seperti mengusulkan peningkatan anggaran untuk insentif
bagi petugas PLKB dan rutin diberikan setiap bulannya.
5.3. Pengaruh Afiliasi Sosial Terhadap Motivasi Kerja PLKB di Kota Medan
Afiliasi sosial adalah suatu kebutuhan yang dirasakan PLKB untuk meningkatkan hubungan sosial yang lebih baik. Beberapa indikator dari afiliasi sosial
yaitu hubungan dengan rekan kerja, masyarakat dan hubungan dengan atasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,8 menyatakan tidak puas terhadap
hubungan dengan teman kerja, demikian juga hubungan dengan masyarakat 56,3 menyatakan tidak puas serta 48,8 juga tidak puas menjalin hubungan terhadap
atasan. Keadaan ini mengindikasikan bahwa tingkat afiliasi sosial petugas PLKB termasuk rendah, dibuktikan secara akumulasi variabel afiliasi sosial 48,8 termasuk
kategori sangat rendah dan hanya 8,8 afiliasi sosial termasuk kategori sangat tinggi.
Rendahnya afiliasi sosial tersebut tentunya akan berdampak terhadap motivasi kerja petugas PLKB dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini dapat ditunjukkan
oleh hasil uji regresi linear berganda bahwa variabel afiliasi sosial berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi kerja petugas PLKB di Kota Medan. Pengaruh tersebut
berpola negatif yang ditunjukkan oleh nilai = -0,245, artinya afiliasi sosial mempengaruhi motivasi kerja meskipun berpola negatif dan mengindikasikan bahwa
meskipun afiliasi sosial di tingkatkan perubahan motivasi kerja PLKB relatif kecil karena berpengaruh tidak searah.
Afiliasi sosial ini penting diperhatikan dalam meningkatkan motivasi kerja sumber daya manusia suatu organisasi termasuk petugas PLKB mengingat bahwa
afiliasi sosial merupakan suatu kebutuhan dasar dalam kehidupan maupun dalam pekerjaan. Afiliasi sosial erat kaitannya dengan interaksi sosial, karena ada hubungan
timbal balik antara manusia dengan manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Gerungan 2004 bahwa interaksi sosial
adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain, atau sebaliknya. Artinya dengan adanya afiliasi sosial yang harmonis dalam bekerja secara psikologis akan meningkatkan motivasi kerja begitu juga
sebalikya motivasi kerja tidak akan terbentuk jika ada kesenjangan dalam hubungan
sesama baik sesama rekan kerja, atasan maupun masyarakat sebagai sasaran dari implementasi suatu pekerjaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan dilihat dari indikator afiliasi sosial bagi petugas PLKB hanya sebagian kecil yang menyatakan
puas dan sangat puas khususnya pada indikator hubungan dengan rekan kerja serta hubungan dengan atasan masing-masing hanya 10. Hal ini secara implisit
menunjukkan dalam organisasi sendiri ada indikasi kesenjangan dalam bekerja. Apalagi hubungan dengan masyarakat yang merupakan objek dari implementasi
program KB, Sehingga berdampak terhadap motivasi kerjanya dan akhirnya juga berdampak terhadap kualitas pelayanan yang diberikan serta cakupan-cakupan dari
program KB yang telah direncanakan. Rendahnya afiliasi sosial tersebut diduga disebabkan oleh adanya konflik
internal atau terbatasanya komunikasi antara rekan kerja maupun dengan atasan apalagi berdasarkan analisis pada indikator variabel motivasi kerja justru atasan
cenderung tidak memberikan pengakuan terhadap hasil kerja mereka, yaitu umum menyatakan 28,8 tidak setuju dan 31,3 agak setuju dari kebanggaan terhadap
pengakuan atasan atas pekerjaanya. Selain itu dapat juga didukung oleh alasan jawaban dari responden yang
menjelaskan bahwa, hubungan dengan atasan yang kurang baik diwujudkan dalam bentuk mengabaikan perintah atasan. Sebagai contoh, instruksi atasan agar petugas
PLKB segera melaksanakan kegiatan lapangan seperti pendataan dan pemetaan peserta KB baru serta kunjungan ke posyandu, sebagian tidak dipatuhi dengan
berbagai alasan, seperti posyandu sebagai sasaran kerja selama ini kurang aktif dan partisipasi masyarakat sebagai mitra kerja tidak terjalin dengan baik.
Hasil penelitian ini tidak selaras dengan teori kebutuhan McClelland, diantaranya kebutuhan akan afiliasi yaitu suatu keinginan atau hasrat untuk hubungan
antar pribadi yang dekat dan akrab. Seorang karyawan akan terdorong bekerja dengan sungguh-sungguh apabila diberi kesempatan untuk mengembangkan prestasinya,
merasa ada persahabatan di lingkungan tempat ia bekerja, dan merasa ada kesempatan untuk menduduki suatu jabatan job agar ia dapat menguasai orang lain
Secara kumulatif dapat disimpulkan bahwa afiliasi sosial merupakan faktor yang sangat penting dipertimbangkan dalam meningkatka motivasi kerja petugas
PLKB mengingat sumber utama dari afiliasi sosial berasal dari organiasi BKKBN sendiri, artinya jika dalam organisasi saja ada permasalahan hubungan sosial, maka
kemungkinan besar berdampak terhadap motivasi dan hasil kerja petugas PLKB.
5.4. Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Motivasi Kerja PLKB di Kota