Metode Perhitungan Bagi Hasil Kebijakan Akuntansi Pengaruh CAR, FDR, Dan NPF Terhadap Return Bagi Hasil

20 ditempatkan dalam giro wajib minimum untuk menjaga likuiditas bank syariah. Giro wajib minimum GWM merupakan dana yang wajib dicadangkan oleh setiap bank untuk mendukung likuiditas bank.

b. Total Dana Investasi

Total dana investasi yang diterima oleh bank syariah akan mempengaruhi bagi hasil yang diterimaoleh nasabah investor. Total dana yang berasal dari investas mudharabah dapat dihitung dengan menggunakan saldo minimum bulanan atau saldo harian. Saldo minimal bulanan merupakan saldo minimal yang pernah mengendap dalam satu bulan. Saldo minimal akan digunakan sebagai dasar perhitungan bagi hasil.

c. Jenis Dana

Investasi mudharabah dalam penghimpunan dana, dapat ditawarkan dalam beberapa jenis, yaitu; tabungan mudharabah, deposito mudharabah, dan sertifikasi investasi mudharabah antar bank syariah. Setiap jenis dana investasi memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga akan berpengaruh pada besarnya bagi hasil.

d. Nisab

Nisab merupakan persentase tertentu yang disebutkan dalam akad kerja sama usaha mudharabah dan musyarakah yang telah disepakati antara bank dan nasabah investor. Nisab dapat berbeda-beda bila dilihat dari beberapa segi : a. Persentase nisab antarbank syariah akan berbeda, hal ini tergantung pada kebijakan masing-masing bank syariah. b. Persentase nisab akan berbeda sesuai dengan jenis dana yang dihimpun, seperti nisab untuk tabungan dan deposito akan berbeda. c. Jangka waktu investasi mudharabah akan berpengaruh pada besarnya persentase nisab bagi hasil. Misalnya, nisab untuk deposito berjangka dengan waktu satu bulan akan berbeda dengan deposito berjangka waktu tiga bulan dan seterusnya.

e. Metode Perhitungan Bagi Hasil

Bagi hasil akan berbeda tergantung pada dasar perhitungan bagi hasil, yaitu bagi hasil yang dihitung dengan menggunakan konsep revenue sharing dan bagi hasil dengan menggunakan profitloss sharing. Bagi hasil yang menggunakan revenue sharing, dihitung dari pendapatan kotor sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil dengan profitloss sharing dihitung berdasarkan persentase nisab dikalikan dengan laba usaha sebelum pajak.

f. Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akntansi juga akan mempengaruhi bagi hasil antar lan penyusutan. Penyusutan akan berpengaruh pada laba usaha bank, bila bagi hasil menggunakan metode profitloss saharing, maka penyusutan Universitas Sumatera Utara 21 akan berpengaruh pada bagi hasil, akan tetapi bila menggunakan revenue saharing, maka penyusutan tidak akan mempengaruhi bagi hasil.

2.7 Pengaruh CAR, FDR, Dan NPF Terhadap Return Bagi Hasil

Deposito Mudharabah A. Capital Adequacy Ratio CAR Pengertian CAR Menurut Koncoro 2002;573, “adalah rasio kecukupan modal yang harus disediakan untuk menjamin dana deposan. Tujuannya adalah agar likuiditaskemampuan bank membayar kepada deposan cukup terjamin. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kreditaktiva produktif yang berisiko ”. Menurut ketentuan Bank Indonesia jika nilai CAR tinggi sesuai ketentuan BI 8 maka bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi profitabilitas dan tentunya akan meningkatkan return bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah deposan Besarnya nilai CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus: Keterangan : ATMR = Aset Tertimbang Menurut Resiko

B. Financing to Deposit Ratio FDR

FDR Financing to Deposit Ratio Menurut wijaya 2005;116, “adalah perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga DPK yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan Universitas Sumatera Utara 22 mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit ”. Semakin tinggi tingkat FDR suatu bank, maka bank tersebut akan berusaha untuk meningkatkan perolehan dananya, salah satunya dari sisi deposito, untuk menarik investor menginvestasikan dananya di bank syariah, maka diberikanlah tingkat bagi hasil yang menarik, sehingga peningkatan FDR akan meningkatkan return bagi hasil deposito mudharabah. Rasio ini merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari FDR suatu bank adalah sekitar 80. Namun, batas toleransi antara 85 dan 100. Sedangkan berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam surat Edaran Bank Indonesia No 265BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya FDR ditetapkan oleh Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110. Dengan ketentuan ini berarti bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga asalkan tidak melebihi 110. Ditetapkannya maksimum pemberian kredit pembiayaan dan FDR yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka bank syariah tidak dapat begitu saja serampangan melakukan ekspansi pembiayaan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya atau untuk secepatnya dapat membesarkan jumlah assetnya. Karena hal itu akan membahayakan kelangsungan hidup bank tersebut dan akan Universitas Sumatera Utara 23 membahayakan dana simpanan para nasabah penyimpan dana dari bank itu Sadjeni, 2007;177 Besarnya nilai FDR suatu bank dapat dihitung dengan rumus:

C. Non Performing Financing NPF

Menurut Rivai 2006;476, “Setiap bank tidak mengharapkan terjadinya NPF, namun dalam kegiatan usaha, walaupun telah dilaksanakan dengan baik, pasti masih ada resiko-resiko lain yang tidak terprediksi sebelumnya dalam perencanaan awal. Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang diberikannya ternyata menjadi bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran cicilan pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan. NPF merupakan situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan mengalami risiko kegagalan. Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu : 1. Pembiayaan yang di dalam pelaksanaannya belum mencapaimemenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank; 2. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam arti luas; 3. Mengalami kesulitan di dalam menyelesaikan kewajiban- kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bungadenda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan ”. Menurut Muhammad 2005;165, “Kredit atau pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak Kelancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi hasilprofit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas pembiayaan dikategorikan menjadi 5 macam, yaitu : 1. Lancar atau Kolektabilitas 2. Kurang Lancar atau Kolektabilitas 3. Diragukan atau Kolektabilitas 4. Perhatian khusus atau Kolektabilitas 5. Macet atau Kolektabilitas Universitas Sumatera Utara 24 I’tikad nasabah untuk menyelesaikan kredit bermasalah, dinilai berdasarkan penilaian mengenai kemauan dan kesediaannya, antara lain : 1. Berinisiatif dan aktif melakukan negosiasi dengan bank. 2. Melakukan full disclosure mengenai keadaan perusahaan dan grupnya kepada nasabah. 3. Memikul beban kerugian yang akan ditetapkan sebagai hasil negosiasi. 4. Mempunyai rencana restrukturisasi atau menyampaikan rencana restrukturisan untuk dibicarakan dengan bank ”. Besarnya nilai NPF suatu bank dapat dihitung dengan rumus:

2.8 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

5 73 122

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Operational Efficiency Ratio, Financing To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia

2 41 105

Pengaruh financing to deposit ratio (FDR) dan return on asset (ROA) terhadap return bagi hasil deposito mudharabah: studi pada PT. Bank muamalat Indonesia, Tbk

0 4 1

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas PT Bank Mega Syariah

1 15 95

Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap pembiayaan bagi hasil perbankan syariah

1 8 126

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

5 20 120

Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing To Deposit Ratio), Dan NPF (Non Performing Financing) Terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Perbankan Syariah Periode 2010-2014

1 7 90