tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia
tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 00.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 00.000 penduduk,
dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Pada tahun 995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TB Paru dengan kematian 3 juta orang
WHO, reatment of B Paru, Guidelines for National Programmes, 1997.
Di negara-negara berkembang, kematian TB Paru merupakan 25 dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan
95 penderita TB Paru berada di negara berkembang, 75 penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 5-50 tahun Depkes RI, 2002. .
2.1.3. Kuman dan Cara Penularan Tuberkulosis
Kuman, Mycobacterium uberculosis sebagai kuman penyebab uberkulosis yang ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 882, adalah suatu basil
yang bersifat tahan asam pada pewarnaan sehingga disebut pula sebagai Basil Tahan Asam BTA. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang bersifat aerob,
panjangnya -4 mikron, lebarnya antara 0,3 sampai 0,6 mikron. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37°C yang memang kebetulan sesuai dengan tubuh
manusia, basil tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan dalam ruangan yang gelap dan lembab, dan cepat mati terkena sinar matahari langsung sinar
ultraviolet, dalam jaringan tubuh kuman ini bersifat dormant tertidur lama selama beberapa tahun dan dapat kembali aktif jika mekanisme pertahanan tubuh lemah
Alsagaff, 2005.
2 Kuman TB Paru bersifat aerob dan lambat tumbuh . Suhu optimum
pertumbuhannya 37-38 C. Kuman TB Paru cepat mati pada paparan sinar matahari langsung tapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap dan lembab serta
dapat bertahan hidup 8-0 hari pada sputum kering yang melekat pada debu Depkes RI, 2002. Sumber infeksi yang terpenting adalah dahak penderita TB Paru Positif.
Penularan terjadi melalui percikan dahak droplet Infection saat penderita batuk, berbicara atau meludah Soediman, 995. Kuman TB Paru dari percikan tersebut
melayang di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam sistem respirasi dan selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada penderita yang menghirupnya.
Dengan demikian penyakit ini sangat erat kaitanya dengan lingkungan, penyakit TB Paru dapat terjadi akibat dari komponen lingkungan yang tidak seimbang
pencemaran udara. Masalah pencemaran udara di permukaan bumi sudah ada sejak zaman pembentukan bumi itu sendiri. Namun dampak bagi kesehatan manusia, tentu
dimulai sejak manusia pertama itu terbentuk. Udara adalah salah satu media transmisi penularan TB Paru dimana manusia memerlukan oksigen untuk kehidupan.
Jadi jika seorang penderita TB Paru positif membuang dahak di sembarang tempat, maka kuman TB dalam jumlah besar berada di udara Achmadi U F, 20.
Kuman TB Paru dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh dan lebih memilih bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat predileksi utama
kuman TB Paru. Gambaran TB Paru pada paru yang dapat di jumpai adalah kavitasi, fibrosis, pneumonia progresif dan TB Paru endobronkhial. Sedangkan bagian tubuh
ekstra paru yang sering terkena TB Paru adalah pleura, kelenjar getah bening, susunan saraf pusat, abdomen dan tulang WHO, 2002. Kemungkinan suatu infeksi
3 berkembang menjadi penyakit, tergantung pada konsentrasi kuman yang terhirup dan
daya tahan tubuh Depkes RI, 2002. Sumber penularan adalah pasien TB Paru BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak droplet nuclei. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung
dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya
kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan
seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan
dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of uberculosis
Infection ARI yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi TB selama satu
tahun. ARTI sebesar , berarti 0 sepuluh orang diantara 000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di Indonesia bervariasi antara -3. Infeksi TB dibuktikan
dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif.
2.1.4. ejala TBC Tuberkulosis Paru