Saran Peran Guru dan Perpustakaan Sekolah terhadap Peningkatan Literasi Informasi Siswa dalam Pendidikan Agama Islam

Nata, Abuddin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. Bandung: Angkasa. _______. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. _______. 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Nata, Abuddin. dan Fauzan eds. 2005. Pendidikan dalam Perspektif Hadits. Ciputat: UIN Jakarta Press. Newsam News. 2011. “Information and Digital Literacies”, diakses pada 24 Agustus 2016 dari https:newsamnews.ioe.ac.uk20110930information- and-digital-literacies Oxford Dictionaries. Oxford University Press. 2016. www.oxforddictionaries.comdefinitionenglishliteracy diakses pada 3 Mei 2016. Partnership for 21 st Century Learning. 2015. http:www.p21.orgour-workp21- framework . PPIM. Riset PPIM: 78 Guru PAI Setuju Penerapan Syariat Islam di Indonesia. http:ppim.uinjkt.ac.ididriset-ppim-78-guru-pai-setuju-penerapan-syariat- islam-di-indonesia diakses pada 19 Desember 2016. Pusat Kurikulum. 2003. Kurikulum PAI SMAMA. Jakarta: Puskur. Ramayulis . 1998. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Kalam Mulia. Riedling, Ann Marlow. 2004. Information Literacy: What Does It Look Like in the School Library Media Center. Connecticut: Libraries Unlimited. Rindyasari. 2008. Literasi Informasi Guru: Studi Kasus SMA Perguruan Islam Al- Izhar Pondok Labu. Universitas Indonesia: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Rosenberg, Marc J. 2001. e-Learning; Strategies for Delivering Knowledge in the Digital. New York: McGraw Hill. Rusman., dkk. 2013. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. S. Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Salmubi. 2007. Peningkatan Daya Saing Bangsa Lewat Program Literasi Informasi: Sebuah Peran Perpustakaan Nasional di Era Informasi. PNRI: Majalah Online PNRI. Sarwono, Sarlito Wirawan . 1982. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Snyder, Lisa Gueldenzoph Mark J. Snyder. 2008. “Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills.” The Delta Pi Epsilon Journal. Sofa, Nuruls. 2010. Penerapan Literasi Informasi di Sekolah Alam Indonesia Rawa Kopi. Depok: Universitas Indonesia. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. _______. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Syarifuddin. 2014. Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makassar: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika BBPPKI. Tafsir, Ahmad . 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Thompson, Helen M., dan Susan A. Henley. 2000. Fostering Information Literacy. Colorado: Libraries Unlimited, Inc. Tutorial Penelitian. 2014. “Triangulasi dan Validitas Penelitian Kualitatif”, diakses pada 22 Februari 2016 dari http:tu.laporanpenelitian.com20141112.html UNESCO. 2004. The Plurality of Literacy and Its Implications for Policies and Programmes. France: UNESCO Education Sector Position Paper. Yusuf, Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press. Wijayanty, Erliya. 2012. Kemampuan Literasi Informasi Siswa di SMP Negeri 4 Depok. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Wiyani. 2013. Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabeta. Yulianingsih, Yuyu. 2011. Upaya Perpustakaan Sekolah Al-Izhar Pondok Labu dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa. UIN Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora. Yusup, Pawit M., dkk. 2010. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi. Jakarta: Prenada Media. Zuhdi, Muhammad. 2015. “Pedagogical Practices in Indonesia” dalam Transforming Teaching and Learning in Asia and The Pasific. Bangkok: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UNESCO Bangkok. Zurkowski, Paul . 1974. The Information Service Environment Relationship and Priorities, Related Paper Number Five. National Program for Library and Information Services . Washington DC: U.S.National Commission on Libraries and Information Science. 103 Lampiran 1 INSTRUMEN WAWANCARA GURU Informan : Meta Saputra, S.H.I Guru PAI kelas X dan XI IPA, Chairiman, MA Guru PAI Kelas XII dan XI IPS. Jabatan : Guru PAI SMA Islam Al-Izhar Pondok Labu Pelaksanaan : Selasa, 18 Oktober 2016 Indikator Soal Soal Uraian Pertanyaan dan Jawaban Metode Mengajar Guru 13 1. Bagaimana cara guru agama mengajar di kelas? Jawaban: Pak Meta : Metode saya, setiap kelas, setiap level itu berbeda-beda. Kadang setiap materi itu berbeda. Biasanya yang saya gunakan ada diskusi, tanya jawab, pemaknaan. Mengenai pemaknaan itu kita putar video, kemudian kita maknai video tersebut. Memang itu sedikit. Kebanyakan karena kita mengejar waktu dalam menyampaikan banyaknya materi, bisa juga dalam satu materi ada yang dihafal, didiskusikan, dan dimaknai, misalnya untuk materi husnuzhan. Pak Chairiman : Setiap materi berbeda penyampaiannya. Bab 1 kita diskusi, Bab 2 ada tugas prakteknya, Bab 3 mereka presentasi, Bab 4 sekarang, mereka memahami lebih dahulu, baru nanti pertemuan berikutnya didiskusikan. 2. Apakah siswa-siswa SMA Islam Al-Izhar kritis, sering bertanya ketika sedang belajar? Jawaban: Pak Meta : Ya, betul. Sesuai dengan visi dan misi SMA Islam Al-Izhar, bahwa siswa SMA Islam Al-Izhar itu dituntut untuk salah satunya adalah berpikir kritis, jadi mereka tidak mudah menerima informasi yang ada atau langsung ditelan mentah-mentah istilahnya. Dikritisi dulu, apakah yang mereka dapatkan itu benar atau tidak. Terutama dalam kegiatan agama, selalu saya kaitkan dengan kasus-kasus terbaru dan terkini. Itu yang saya kembangkan dan fokuskan agar anak-anak peka terhadap sekitarnya, terutama terkait masalah agama. Pak Chairiman : Ya, sering. Apabila pertanyaan berada di luar materi, mereka izin untuk bertanya. Ada, sering seperti itu. Informasi tentang Berita Keagamaan Terbaru 3. Apakah siswa mengetahui tentang informasi ter-update tentang agama, kemudian mengkritisinya? Jawaban : Pak Meta : Alhamdulillah sebagian besar mereka update. Mengenai kasus-kasus yang besar itu mereka bisa saja dengar dari orang ke orang. Untuk langsung menyaksikannya dari televisi mereka jarang. Selama ini selama saya mengajar agama, itu pertanyaan- pertanyaan banyak sekali yang kaitannya dengan keagamaan. Kadang- kadang materinya apa, mereka berbeda pertanyaannya dengan materi yang sedang dibahas. Saya pikir berarti mereka juga peduli dengan informasi. Pak Chairiman : Ada beberapa kali anak-anak yang menanyakan bagaimana pendapat saya tentang suatu kasus. Itu ada saja. Tetapi mereka pasti meminta izin terlebih dahulu untuk menyampaikan itu apabila di luar materi. Nanti kita diskusi, saling berpendapat. Kemudian kita lihat referensi yang mereka gunakan dalam penyampaian pendapat tersebut. Semuanya harus berbasis referensi data, karena kita juga sedang mengembangkan program literasi di sekolah. Jadi apapun yang disampaikan harus berbasis pada data dan acuan. 4. Bagaimana dengan informasi yang beredar di sosial media tentang keagamaan, apakah mereka literasi dengan informasi-informasi tersebut? Jawaban : Pak Meta : Kalau dikaitkan dengan literasi, sebagian besar siswa sudah paham literasi. Mereka sudah bisa memahami informasi ketika SMA ini sudah mulai terlihat. Pak Chairiman : Pertama, sekolah memiliki peraturan dilarang menggunakan gadget selama berada di lingkungan sekolah, kecuali yang izin. Kalau larangan itu ada, berarti sumber belajar pun tidak menggunakan itu. Whatsapp dan lain- lain itu tidak dapat dipertanggung jawabkan secara akademis, maka itu tidak kita bahas. Jadi informasi yang kita lakukan kalau menggunakan teknologi maka kita menggunakan internet yang bisa dipertanggung jawabkan sumbernya. Jadi tidak sembarangan. Mengenai digunakan atau tidak informasi dari Whatsapp tersebut, karena dasar hukum peraturan awalnya dilarang menggunakan gadget, maka kita tidak pernah bertanya. Apapun efek dari gadget jadi tidak bisa dilakukan. Pemodelan Guru 5. Apakah bapak mencontohkan ke siswa untuk sering membaca buku? Pak Meta : Pemodelan tidak di perlihatkan secara langsung untuk meminta siswa melihat saya membaca buku. Namun dalam pemberian pendapat harus berdasarkan referensi. Saya membiasakan dalam menyampaikan materi di kelas, berdasarkan referensi atau sumber, hal tersebut untuk menarik perhatian mereka juga. Atau juga saya memberi tahu siswa mengenai buku-buku yang sesuai dengan materi yang sedang dibahas. Terkadang saya sebutkan juga ada beberapa perbedaan pendapat ulama tentang suatu hal. Jadi tidak selalu apa yang kita yakini kebenarannya itu adalah yang paling benar. Ketika penyampaian tersebut, saya sering menyampaikan bahwa yang saya sampaikan belum tentu benar, saya memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengkajinya lagi dari sumber- sumber yang lain. Itu menjadi acuan saja setiap mengajar. Sikap Keagamaan Siswa 6. Bagaimana sikap keagamaan siswa dalam kehidupan sehari-hari? Jawaban : Pak Meta : Sikap keagamaan siswa sangat variatif. Ada yang sangat rajin beribadah, ada juga yang malas. Kalau di rumah saya belum tahu persis. Kalau di sekolah ada program shalat zuhur berjamaah, dari situ terlihat keseriusan mereka dalam menjalankan ibadah. Walaupun begitu, ada siswa yang rajin shalat dhuha, puasa, namun presentasinya sedikit. Kebanyakan siswa baru melakukan ibadah yang sifatnya wajib saja. Pak Chairiman : Banyak aspeknya ya. Misalnya dalam shalat. Untuk shalat zuhur, kita berjamaah, selalu berjamaah. Hal itu menjadi bagian dari rutinitas yang ada, dan menjadi bagian dari program akademik. Untuk mengaji, tidak ada mata pelajaran khusus untuk mengaji, karena di SMA sifatnya sudah kajian ayat. Akan tetapi, ada penilaian baca al-Quran. Di dalam kerangka aspek-aspek penilaian di mata pelajaran agama salah satunya ada tes membaca al-Quran. Tes membaca tersebut saya membuat empat indikator penilaian tes membaca, yaitu makhraj dengan point 10, kelancaran membaca 30, tajwid 25, dan makna ayat 35. Paling tinggi makna ayat karena memang kita orientasinya adalah kajian tematik ayat- ayat al-Quran. Anak-anak yang belum bisa membaca al- Quran ada, tetapi kita akan merekomendasikan kepada orang tuanya untuk mendatangkan guru ngaji dari luar. Walaupun begitu, ketika pulang sekolah, saya memberi luangan waktu kepada siswa untuk membantu siapa saja dari mereka yang ingin belajar mengaji. 7. Apakah ada kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh siswa? Jawaban : Pak Meta : Kalau disini ada rohis, tapi rohis itu masuk ke osis. Disitu biasanya ada kegiatan-kegiatan keagamaan. Ada diantara anggotanya adalah anak yang bagus agamanya, dan lebih rajin. Ada kegiatan KALAM dari hari Senin sampai Kamis, dari situ terlihat bahwa siswa sudah mulai kritis terhadap imformasi yang mereka dapatkan. Untuk hari Jumat, ada kegiatan khutbah, yaitu siswa sebagai khatibnya. Pak Chairiman : Di sini sering mengadakan kegiatan keagamaan seperti sumbangan. Apapun yang kita lakukan, kegiatan- kegiatan keagamaan itu selalu ada makna dan mereka harus tahu alasannya. Semua kegiatan. Apabila mereka tidak tahu alasannya, kita minta mereka tidak melakukan itu. Contoh untuk kegiatan idul fitri dan idul adha, anak-anak diminta siapa yang mau, sifatnya volunteer. Bukan dari osis, karena osis adalah organisasi yang sifatnya meng-create kegiatan. Kegiatan menolong banjir dan lain-lain, guru cukup menginformasikan saja apa yang dibutuhkan untuk banjir, kemudian saya bertanya siapa yang mau bantu dan kenapa mau membantu. Jadi sifatnya tidak instruksi. Sekolah ada memang dalam penanganan program-program tertentu, contoh program peduli Garut. Kalau barang agak sulit untuk mengirim. Kita bekerja sama dengan Dompet Dhuafa. Kita lakukan penggalangan dana, yng melakukan OSIS. Donasi dilakukan selama satu minggu, dengan menggunakan uang jajan siswa sendiri yang disisihkan. Dari situlah kemudian kita maknai. Apapun kegiatan yang dilakukan, jangan sampai tidak ada makna. Berbuat baik, harus ada makna. Pemberian Tugas kepada Siswa 8. Bagaimana Bapak memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk mencari informasinya? Jawaban: Pak Meta : Tugas-tugas yang selama ini saya lakukan memang macam-macam. Kelas X yang sudah saya berikan kebanyakan tentang pemaknaan. Yaitu siswa mencari sebuah berita terkini, mereka beri opini terkait kasus tersebut, dan memberikan hikmah yang dapat diambil dari kasus tersebut. Selain itu juga kadang tugas- tugas bentuknya menjawab pertanyaan dari buku. Tergantung materi saja. Apabila materi hafalan, misalnya asmaul husna, maka saya minta mereka untuk menghafal, kemudian menyebutkan artinya. Untuk tugas pembuatan makalah, biasanya per kelompok. Saya memberikan arahan mengenai teknik penulisannya. Pak Chairiman : Beberapa tugas yang saya berikan terkait dengan pengayaan literasi, pertama , anak-anak saya minta untuk membuat salah satunya presentasi. Presentasi itu mereka harus cari referensinya buku-buku di luar teks yang ada. Berarti mereka harus mencarinya di perpustakaan, maupun video-video yang terkait. Kedua , untuk pengembangannya juga, tugas yang dilakukan antara lain melakukan aktivitas dari makna buku yang ada untuk dipraktekkan di lingkungan sekitar. Kemudian mencari pembenaran alasan mengapa mereka melakukan itu dari referensi, buku-buku yang mendukung apa yang mereka lakukan. Pertanyaan tentang alasan itulah yang kemudian membuka wawasan anak untuk berpikir secara logis apa yang mereka lakukan. Ketika mereka sudah melakukan itu, mereka punya dasar, yaitu dari buku atau data-data yang mendukung. Setelah itu mereka mencari referensinya. Setelah selesai mereka membuat laporan. Saya menilai apa yang mereka kerjakan. Ada juga tugas wakaf. Kalau di saya kebetulan ada perpustakaan kelas, hampir semua buku agama. Hanya ada 15 buku umum. Ini adalah hasil dari kegiatan wakaf. Tapi mereka harus mempunyai alasan, bukan hanya memberikan saja. Jadi ketika mereka ada tugas wakaf buku, saya meminta alasan mereka kenapa mereka mewakafkan buku. Alasan tersebut dibuat dalam bentuk laporan. Isi dari laporan tersebut adalah, apa yang diwakafkan, kemana mewakafkan, dokumentasinya berupa foto, alasan mengapa mereka mewakafkannya dan di tempat tersebut. Program Literasi Sekolah 9. Apakah di sekolah harus membaca buku sebelum belajar? Jawaban: Pak Meta : Literasinya lebih kepada membaca buku. Anak-anak diminta untuk membaca buku di perpustakaan. Kalau saya, karena di kelas ada buku, wakaf dari tahun-tahun sebelumnya, itu saya manfaatkan untuk dibaca oleh siswa. Biasanya ada kerja sama dengan guru Bahasa Indonesia dan guru lain untuk siswa menyelesaikan membaca beberapa buku dalam satu tahun. Rata-rata semua guru menggunakan metode itu untuk literasi. Selain itu, memang setiap hari Selasa, Rabu, dan Kamis kita punya program literasi, program ini sudah dikembangkan dan diperkuat tahun ini. Yaitu diberikan waktu 10 menit untuk siswa membaca buku apa saja sebelum dimulai pelajaran pertama. Anak-anak diminta untuk membawa buku yang bukan buku paket untuk menambah wawasan mereka. Saya memberi anjuran saja, kalau bisa jangan hanya novel yang dibaca, tetapi juga buku-buku agama. Pak Chairiman : Dalam proses pembelajaran ini di awal pagi, kita selalu memberikan ruang untuk membaca. Ada program 10 menit membaca sebelum belajar. Jam pertama masuk kelas, baca buku 10 menit, bukunya bebas. Kolaborasi dengan Perpustakaan 10. Apakah sering ada kegiatan kolaborasi dengan perpustakaan? Jawaban: Pak Meta : Selama ini saya belum. Biasanya di SMA ada program dalam satu hari ada satu kelas yang diutus bersama wali kelasnya untuk pergi ke perpustakaan. Untuk bidang studi saya selama ini belum. Hanya saya sudah minta ke anak-anak untuk mencari buku dalam penugasan membuat makalah dari buku di perpustakaan, atau boleh juga di rumah. Saya belum, karena buku yang terkait itu di perpustakaan kadang-kadang terbatas. Jadi apabila dikaitkan dengan materi itu belum, jadi kami kaitkan dengan keagamaan saja. Sejauh ini saya belum sempat, hanya untuk anjuran mengerjakan tugas saja ke perpustakaan untuk mencari referensinya. Biasanya di akhir semester kami meminta mereka ke perpustakaan untuk membaca buku agama untuk menambah wawasan mereka. Buku-buku keagamaan di perpustakaan banyak, namun bervariasi. Pak Chairiman : Di sini ada program perwalian setiap hari Senin dan Kamis. Itu setiap minggunya bergantian. Anak- anak bergantian ke perpustakaan dengan guru wali kelasnya. Mata pelajaran Literasi 11. Apakah di SMA Islam Al-Izhar ada pelajaran khusus terkait literasi? Jawaban: Pak Meta: Karya ilmiah itu adalah pelajaran muatan lokal. Mulai dikelas XI semester satu. Ketika semester dua siswa melakukan penelitian di luar sekolah untuk pembuatan karya ilmiah, nama kegiatannya adalah PLASA. Mereka diberi kebebasan untuk membuat judul. Setiap guru diminta untuk menjadi pembimbing. Termasuk saya membimbing siswa yang mengambil tema agama. 12. Menurut Bapak, apakah siswa-siswa SMA Islam Al-Izhar sudah literasi terhadap informasi? Jawaban: Pak Meta : Selama ini yang kami lakukan adalah kami tidak menggiring, tetapi kami mencoba membuka wawasan siswa dengan cara tugas-tugas, membuat mereka peka terhadap lingkungan, terhadap informasi, sehingga mereka bisa mengkritisi, tidak langsung menelan mentah-mentah tentang agama. Biasanya anak-anak di kelas XI mereka dalam belajar sudah bisa mengkritisi, dan memahami, mengetahui yang benar dan salah, dan bagaimana solusi tentang suatu permasalahan. Pembuatan soal analisis 13. Apakah pembuatan soal-soal agama mengedepankan analisis siswa? Jawaban: Pak Meta : Kita ada forum guru. Yaitu guru-guru satu bidang studi antar unit di Al- Izhar digabungkan sebulan sekali untuk pelevelan materi dan soal. Lampiran 2 INSTRUMEN WAWANCARA PERPUSTAKAAN Informan : Yayat dan Wanty Zahara Jabatan : Pustakawan SMA Islam Al-Izhar Pondok Labu Pelaksanaan : Selasa, 18 Oktober 2016 Indikator Soal Soal Uraian Pertanyaan dan Jawaban Penyediaan Sumber Informasi 11 1. Apa yang dilakukan perpustakaan untuk membantu meningkatkan literasi informasi siswa? Jawaban: Pak Yayat : Pertama, kita memperkaya koleksi. Koleksi harus sesuai dengan kurikulum yang digunakan di SMA Islam Al-Izhar, terutama tema-tema tentang materi yang diajarkan. Ketika siswa mencari sumber untuk pengayaan dalam materi, kita menyiapkan koleksi yang berkaitan dengan itu. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan sumber-sumber informasi yang berada di perpustakaan, kita akan selalu siapkan. 2. Selain buku, koleksi apa yang dimiliki perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi siswa? Jawaban: Pak Yayat : Kita ada film, CD, majalah, ya lumayan disini ada beragam jenisnya. 3. Apakah fasilitas internet atau fasilitas pendukung lainnya sudah memadai? Jawaban: Pak Yayat : Ya, di SMP dan SMA kita sediakan fasilitas internet, wifi. Untuk searching -nya kita sediakan enam unit komputer, dan siswa juga dibebaskan untuk membawa laptop masing- masing. 4. Bagaimana jumlah koleksi yang berkaitan dengan pelajaran agama? Jawaban: Pak Yayat : Agama lumayan banyak. Dari sisi jumlah koleksinya lumayan memadai. Karena dari materi umumnya banyak. Untuk referensinya kita menyiapkan tafsir, hadits, itu banyak sekali. Namun untuk koleksi digital, agama cenderung sedikit. Kegiatan Kolaborasi Perpustakaan dengan Guru Agama 5. Apakah guru agama sering mengadakan kunjungan ke perpustakaan? Jawaban: Ibu Wanty : Kalau dilihat dari statistik kunjungan, guru agama cenderung lebih jarang. Agama ada, namun jarang. Biasanya guru agama survey dahulu ke perpustakaan untuk pengadaan buku, kalau jumlahnya banyak, guru mengajak siswa ke perpustakaan. Atau guru meminta untuk perpustakaan menyiapkan buku- buku yang akan digunakan. Sehingga ketika siswa tiba di perpustakaan, mereka tidak mencari lagi karena sudah disediakan. 6. Apakah ada program kolaborasi antara perpustakaan dengan guru? Jawaban: Ibu Wanty : Disini ada namanya jam perwalian. Jadi siswa bersama wali kelasnya belajar di perpustakaan. Sehingga mereka dituntut untuk membaca. Kita juga membuat permainan kuis agar siswa mencari buku. Setelah buku ditemukan, mereka diminta untuk membuat sinopsisnya. Sebenarnya kegiatan itu bertujuan agar siswa mengetahui cara untuk mencari buku. Pak Yayat : Untuk program yang sifatnya tentative, kami juga bekerja sama dengan guru agama. Terutama Pak Chairiman. Bahwa anak-anak yang mempunyai tugas agama, kita berharap ada satu atau dua sumber yang diambil dari perpustakaan kita. Sehingga tidak melulu dari internet. Pak Chairiman menekankan kepada siswa untuk mencari informasi di perpustakaan, tidak di google sebagai daftar pustakanya. Peran Pustakawan dalam Membantu Siswa Mencari Informasi 7. Apakah pustakawan aktif membantu siswa dalam pencarian informasi? Jawaban: Ibu Wanty : Siswa ketika masuk ke perpustakaan, diberi briefing terlebih dahulu mengenai peraturan oleh petugas perpustakaan. Karena mereka sudah banyak yang mengetahui, biasanya siswa langsung searching ke OPAC. Sebenarnya mereka sudah tahu ketika kami memberikan informasi pada Kegiatan Awal Tahun KAT siswa. Untuk siswa yang meminta bantuan, biasanya mereka datang ke petugas untuk dicarikan. Kalau saya tidak mau mencarikan begitu saja, saya menyuruh mereka mencarinya dahulu di OPAC, apabila mereka menemukan kesulitan dan tidak menemukan bukunya padahal di komputer bukunya tersedia, baru mereka boleh ke saya. Kemudian kita tuntun langkah-langkahnya, dibantu sampai ke rak dan sampai menemukan bukunya. Program-program Perpustakaan 8. Bagaimana program perpustakaan mengenai pendidikan pengguna? Jawaban: Pak Yayat : Biasanya memang untuk pendidikan pengguna itu di awal tahun kita berikan pengenalan tentang OPAC, shelving buku, dan lain-lain. 9. Apakah ada program lainnya yang menunjang peningkatan literasi informasi siswa? Jawaban: Ibu Wanty : Ya, ada. Setiap bulan Oktober kami mengadakan kegiatan bulan bahasa. Mengenai bulan Bahasa, biasanya diadakan lomba-lomba sinopsis buku, resensi. Mereka harus mencantumkan tahun terbitnya, pengarang, informasi-informasi seperti itu. Kita juga selalu mengadakan kegiatan bazaar buku. Jadi sebenarnya untuk literasi itu sudah ada mata pelajarannya yaitu literasi. Literasi Informasi 10. Apakah siswa-siswa SMA Islam Al-Izhar sudah mengenal literasi informasi? Jawaban : Pak Yayat : Sudah. Secara sekilas kita sudah mengenalkan mereka bagaimana cara atau proses yang mereka lakukan ketika mereka membuat suatu karya tulis. Mulai dari mereka menemukan bukunya, menentukan bukunya, menganalisa buku, dan memilah bukunya, bagaimana merangkum informasi dari buku tersebut menjadi sebuah informasi yang baru. Bagaimana mereka menulis sesuai dengan karakter yang mereka miliki dan bagaimana mereka mengikuti tahapan-tahapan tersebut disesuaikan dengan program- program sekolah. 11. Apakah program literasi informasi sudah digalakkan di SMA Islam Al-Izhar? Jawaban: Pak Yayat : Ya, betul. Jadi pengenalan literasi itu kita sudah mulai dari tingkat TK. Sehingga untuk tingkat SMA sudah mulai melakukan penelitian sederhana dari apa yang mereka temukan di perpustakaan. Lampiran 3 INSTRUMEN WAWANCARA SISWA Informan : Marsha Kelas X, Winny Kelas XI, Wylova Talitha Brenna Kelas XI Jabatan : Peserta Didik Kelas X dan XI Pelaksanaan : Selasa, 18 Oktober 2016 Indikator Soal Soal Uraian Pertanyaan dan Jawaban Metode Mengajar Guru 14 1. Bagaimana cara guru agama mengajar di kelas? Jawaban: Marsha : Ngajarnya jelas, ga bikin bosan juga, soalnya dikit-dikit suka bikin tugas kaya presentasi, nanti dibikin kelompok, jadi ga bikin bosan kalau presentasi. Winny: Siswa maju di depan kelas mempresentasikan materi. Misalnya materi tentang iman kepada Rasul, 1 anak mempresentasikan 1 Nabi di depan kelas. Siswa bertanya, diskusi juga. Kadang guru menyampaikan materi lewat slide, biar bisa kita catat juga, setelah itu kita bertanya kemudian saling diskusi dan saling memberi masukan. Wylova : Kalau jelasin pelajaran pakai slide, terus diterangkan. Nah enak jadinya kita jadi punya catatan dan buat ulangan belajarnya gampang. Semester ini sih belum dikasih tugas buat makalah, cuma kita diminta presentasi tentang kisah-kisah Nabi. 2. Apabila tidak paham, apakah siswa sering bertanya atau memberikan pendapat? Jawaban: Marsha : Ya, sering. Kalau belum paham, minta dijelaskan lagi. Ada juga yang kasih pendapat. Lebih sering sih masih belum paham, terus minta dijelasin lagi. Winny : Iya nanya, sebenernya kadang-kadang suka ada misalnya lagi jelasin tentang apa, nanyanya apa. Terkadang juga ada kaitannya. Wylova : Iya suka gitu kalau abis diterangin 3. Apabila guru sedang membahas suatu materi, apakah ada siswa yang bertanya di luar dari materi yang sedang dibahas? Marsha : Ada aja sih, kaya yang pengen taunya tentang apa, jadi nanya tentang itu. Ketika membahas materi kadang ada pertanyaan di luar materi. Winny : Ya. Pertanyaan kadang berada di luar materi. Yang terkadang juga ada kaitannya. Wylova : Ya, suka begitu. Tapi nanti dikaitkan sama apa yang sedang dipelajari. 4. Menurut kamu, apakah siswa di kelas kritis dalam belajar? Jawaban: Marsha : Mengikuti apa yang dibilang guru aja. Kritis itu kalau belum ngerti. Biasanya bilang, “Pak, saya masih belum ngerti, tolong dijelaskan la gi”. Winny : Contohnya kaya biasanya di kelas mulok dulu waktu zamannya sidang Jessica- Mirna, itu pernah kita bahas. Bahas LGBT juga didiskusiin. Tentang perilaku menyimpang, ga boleh sama agama, karena melawan kodrat. Wylova : Ya kak, begitu kalau belajar di kelas. Informasi tentang Berita Keagamaan Terbaru 5. Apakah kamu tahu tentang informasi ter- update tentang agama? Jawaban : Marsha : Jarang menonton tv, jadi tidak terlalu tahu infonya. Keseringan nonton lewat youtube . Kalau tentang Dimas Kanjeng tahu, tapi tidak terlalu banyak. Winny : Oh ya, yang dimas kanjeng itu ya? Yang menggandakan uang kan? Sering di kelas membahas kasus terupdate, sidang mirna, kasus LGBT. Wylova : Yang kemarin-kemarin dimas kanjeng itu ya? Tahu, tapi ngga tahu detailnya tentang informasinya. Cuma sekedar tahu aja. 6. Bagaimana tanggapan kamu tentang kasus tersebut? Jawaban: Marsha : Tidak benar. Winny : Menurut aku, sebenernya gak masuk akal juga sih. Kalau orang bisa menggandakan uang gitu kenapa dia ga menghidupi diri sendiri dengan uang sendiri aja. Kalau dipikir-pikir ya ga benar juga. Pas dia disuruh ngebuktiin sama polisi, ternyata dia ga bisa buktiinnya. Wylova : Itu bohongan lah pasti dia. Menurut aku, ga beneran dia bisa gandain uang. Kan dia menipu, kalau beneran paling menurut aku pake jin gitu. 7. Bagaimana menurut kamu tentang informasi- informasi yang sering beredar di sosial media? Jawaban : Marsha : Ga terlalu menanggapi infonya. Malah suka kadang ga dibaca, karena infonya ga bener. Winny : Tergantung kak. Kalau misalkan yang di share tentang agama itu infonya positif dan kalau dilakukan tidak dosa, maka kita terapin aja. Tetapi kalau kita ngga tahu benar atau salahnya, kita lihat dulu itu konteksnya gimana dan kira-kira kita liat juga di internet. Jadi ga langsung percaya begitu aja. Wylova : Iya kadang kalau lagi liat-liat sosmed suka ada Perbedaan Pendapat dalam Agama 8. Banyaknya pendapat ulama tentang suatu masalah, bagaimana menurut kamu? Marsha : Guru belum menyampaikan itu. Ikut apa yang ada di buku aja. Winny : Banyak perbedaan pendapat dalam penafsiran al-Quran, karena kita ga tau yang benar yang mana, yang salah yang mana, mending kita jalanin semuanya aja, karena ga salah juga kalau yang sunnah-sunnah dijalankan, yang penting dapat pahala. Wylova : Misalnya tentang doa qunut gitu, menurut aku sih ya di setiap daerah dan lingkungan itu pemikiran orang kan berbeda-beda, misalnya di daerah A shalat subuhnya pake qunut, dan di daerah B ga pake qunut ga apa-apa. Jadi tergantung orang-orang di daerah itu, karena pemikiran orang-orang itu pasti luas dan pasti mereka bisa cari tahu tentang informasi itu. Nah biasanya kan suka ada ulama di daerah-daerah itu, jadi kalau ulama di situ pake qunut, ya biasanya orang di daerah itu pake qunut karena ikut sama yang dibilang ulama itu. Sikap Keagamaan Siswa 9. Apakah kamu sering melaksanakan shalat? Jawaban : Marsha : Ya. Di rumah mama menyuruh shalat terus. Sering ngaji, les dua kali seminggu, ada guru lesnya. Ngajinya sudah di al- Quran. Shalat di sekolah selalu berjamaah. Winny : Ya, selalu. Zuhur karena wajib berjamaah di sekolah. Ashar sudah di rumah. Ada guru ngaji, seminggu sekali. Sudah al-Quran. Wylova: Ya, alhamdulillah shalat kak. Klo di sekolah emang harus ikut berjamaah. 10. Apabila ada teman yang kesulitan mendapat informasi, apakah kamu membantunya? Bagaimana sikap terhadap teman yang non- muslim? Jawaban : Marsha: Ya. Suka nanya di grup kelas. Jadi saling bantu gitu, caranya begini begini. Sikap terhadap teman non muslim biasa aja sih. Saling toleransi. Winny: Sikap terhadap teman non muslim tetap berteman baik, tapi kepercayaan masing-masing. Wylova: Ya kak, kalau ada teman yang minta bantuan ya aku bantuin. 11. Di SMA Al-Izhar ada organisasi keagamaan? Bagaimana tugasnya? Jawaban: Marsha : Rohis ada, masuk ke osis. Harus jadi osis dulu, nanti baru kita milih divisi apa. Rohis itu ada amal, tiap jumat nanti kita amal. Terus kalau hari raya, jadi pelaksana shalat di lapangan. Kalau hari raya qurban, kita bagi-bagi daging sapi. Rohis sebagai pelaksana kegiatan- kegiatan keagamaan yang ada di sekolah. Winny : Tidak banyak. Kalau rohis ada, masuk divisi yang ada di osis. Wylova : Ada rohis. Untuk tugasnya aku kurang tahu soalnya aku bukan osis. Pemberian Tugas dari Guru untuk ke Perpustakaan 12. Di sekolah ada tugas keagamaan kalam? Kamu mendapat ide dari mana untuk tugas kalam ? Jawaban: Marsha : Belum kalau kelas X, nanti kebagian. Aku ada ide tentang feminisme dalam Islam. Feminisme itu hak antara perempuan dan laki-laki. Biasanya kalau sekarang perempuan suka diangggap lebih lemah, laki-laki lebih kuat. Feminisme itu gerakan yang bikin hak antara perempuan dengan laki-laki itu jadi setara. Itu boleh dalam Islam, malah Islam yang membuat adanya feminisme. Aku tertarik sama itu. Idenya dari pernah baca-baca aja sih. Winny : Ada kalam, ujian praktek kelas 12, boleh juga menggunakan kostum. Kelas 11 masih latihan, belum memakai kostum. Temanya terserah siswa. Kalau aku masih belum kepikiran ambil tema apa. Wylova : Ya, ada. Kalam itu ngomong di depan kaya pidato, temanya bebas apa aja tapi harus positif, yang membawa makna buat pendengar. Kalam tujuannya untuk melatih diri biar berani ngomong di depan orang-orang. 13. Ketika guru memberi tugas, apakah kamu pergi ke perpustakaan untuk mencari buku? Jawaban: Marsha: Ngga, mencari di rumah. Cari sendiri aja. Sering ke perpustakaan pelajaran Bahasa Indonesia, tentang sumber, merangkum buku yang kita baca. Kalau agama belum. Winny : Sejauh ini hanya ketika ada tugas untuk meminjam internetnya saja ke perpustakaan, selain itu juga ada project aksi sosial ke panti asuhan sebagai tugas kelompok. Wylova : Sejauh ini belum ada, mungkin nanti di semester 2. Program Literasi Sekolah 14. Apakah di sekolah harus membaca buku sebelum belajar? Jawaban: Marsha : Pas awal pelajaran, 10 menit biasanya. Baca buku dulu baru mulai pelajaran. Bukunya bebas. Biasanya sih novel kalau aku. Winny : Biasanya kalau di sekolah waktunya hari Rabu, 15 menit sebelum belajar kita baca buku. Aku sering baca bukunya fiksi, sejenis novel-novel. Kalau buku agama jarang. Wylova : Ya, pas sebelum mulai jam pertama. Biasanya dikasih waktu 10 menit buat baca buku. Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PBL Nama Sekolah : SMA ISLAM AL-IZHAR Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam Kelas : X Waktu : 4 x 45 menit Aspek : Akhlak Tema : Perilaku Terpuji A. Standar Kompetensi 4. Membiasakan perilaku terpuji.

B. Kompetensi Dasar

4.1 Menjelaskan pengertian husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban. 4.2. Menampilkan contoh perilaku husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban.

4.3 Membiasakan husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban dalam

kehidupan sehari-hari C. Indikator Pencapaian Kompetensi : Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa  Mampu menjelaskan husnuzhan.  Mampu menjelaskan pengertian gigih.  Mampu menjelaskan pengertian inisiatif.  Mampu menjelaskan pengertian rela berkorban.  Menampilkan contoh sikap husnuzhan.  Menampilkan contoh perilaku gigih.  Menampilkan contoh perilaku inisiatif.  Menampilkan contoh perilaku rela berkorban.  Menunjukkan sikap husnuzhan.  Menunjukkan perilaku gigih.  Menunjukkan perilaku inisiatif.  Menunjukkan contoh perilaku rela berkorban Religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil.

D. Materi Ajar Materi Pokok

 Husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban.

E. Metode Pembelajaran:

 Dialog dan tanya jawab membangun logika berfikir dan analisa kasus.

F. Tujuan Pembelajaran

Siswa diharapkan mampu untuk :  Mampu menjelaskan husnuzhan.  Mampu menjelaskan pengertian gigih.  Mampu menjelaskan pengertian inisiatif.  Mampu menjelaskan pengertian rela berkorban.  Menampilkan contoh sikap husnuzhan.  Menampilkan contoh perilaku gigih.  Menampilkan contoh perilaku inisiatif.  Menampilkan contoh perilaku rela berkorban.  Menunjukkan sikap husnuzhan.  Menunjukkan perilaku gigih.  Menunjukkan perilaku inisiatif.  Menunjukkan contoh perilaku rela berkorban

G. Strategi Pembelajaran

Tatap Muka Terstruktur Mandiri  Mendiskusikan pengertian husnuzhan.  Mendiskusikan pengertian gigih.  Mendiskusikan pengertian inisiatif.  Mendiskusikan pengertian rela berkorban.  Berlatih berperilaku husnuzhan.  Berlatih berperilaku gigih.  Berlatih berperilaku inisiatif.  Berlatih berperilaku rela berkorban.  Siswa membiasakan perilaku husnuzhan.  Siswa membiasakan perilaku gigih.  Siswa membiasakan perilaku inisiatif.  Siswa membiasakan perilaku rela berkorban. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

a. Kegiatan Awal

- Guru-Siswa memberi salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan kemudian berdoá bersama sebelum memulai pelajaran. - Guru menunjukkan gambar-gambar yang terkait dengan permasalahan yang ada di sekitar lingkungan masyarakat. - Refleksi dari gambar tersebut.

b. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti, guru dan para siswa melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut: Elaborasi Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban, - guru mengawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan, contohnya: - Pernahkah kalian mendengar tentang husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban? - Siapakah diantara kalian yang sudah mengerti dan faham tentang husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban ?. - - Guru meminta beberapa siswa untuk menjelaskan pandangannya tentang husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban. Eksplorasi - Mendiskusikan pengertian husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban - Mempraktikkan pengertian husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban - Berlatih bersikap husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban dalam sebuah sosial drama. Konfirmasi - Dalam materi husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban banyak mengandung nilai-nilai sikap dan perilaku yang utama, yaitu prasangka manusia sangat berpengaruh terhadap pencapaian dalam hidupnya, gigih dalam menggapai cita-cita, memulai dalam inisiatif kebaikan, dan rela berkorban adalah sikap-sikap positif yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam.

c. Kegiatan Akhir Penutup

- Guru meminta Siswasiswi untuk mengamati lingkungan di sekitar rumahnya. - Siswasiswi diminta untuk membuat sebuah laporan dari hasil pengamatannya dengan menjawab pertanyaan berikut:  Apa masalah yang ada sekitar rumah kamu, terkait kerusakan lingkungan ?  Apa penyebab kerusakan tersebut ?  Apa dampak yang ditimbulkan dari kerusakan tersebut ?  Bagaimana solusi untuk permasalahan tersebut ?  Tunjukkan dokumentasi dari kerusakan lingkungan tersebut ? - Siswasiswi menuliskan laporannya dan mempresentasikannya di hadapan teman-temannya. - Siswasiswi melaksanakan program solusi yang sudah dibuatnya dalam jangka waktu 2 minggu. - Guru meminta agar para siswa sekali lagi membaca kesimpulan tentang materi husnuzhan, gigih, inisiatif, dan rela berkorban sebagai penutup materi pembelajaran. - Guru menutup mengakhiri pelajaran tersebut dengan membaca hamdalahdoá. - Guru mengucapkan salam kepada para siswa sebelum keluar kelas dan siswa menjawab salam.

H. Penilaian dengan metode ”Problem based learning”

 Tes perbuatan Performance Individu Jakarta, 29 Oktober 2016 Guru Mapel PAI SMA Al Izhar Meta Saputra, S.H.I Lampiran 5 STRUKTUR ORGANISASI SMA ISLAM AL-IZHAR PONDOK LABU

Dokumen yang terkait

Peran guru pendidikan agama islam di sekolah multikultural

5 42 98

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Multikultural

0 8 98

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di MTs Muhammadiyah Surakarta Dan Smp Ta’mirul Islam S

1 6 22

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Di MTs Muhammadiyah Surakarta Dan Smp Ta’mirul Islam S

0 2 20

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMK Muhammadiyah Kartasura.

0 1 15

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMK Muhammadiyah Kartasura.

0 2 16

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

0 0 64

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM (2)

0 2 74

BAB II PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANGANI SISWA INTROVERT PADA MATA PELAJARAN PAI MELALUI PENDEKATAN BEHAVIORISTIK A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam - PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

0 1 34

PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA

0 1 11