Bagaimana menurut anda, bijaksanakah tindakan guru yang demikian? Sebelum anda menjawab pertanyaan tersebut marilah kita tinjau beberapa hal yang dilakukan guru dalam
proses belajar mengajar di atas. Pertama, ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang
diajarkan sudah dipahami siswa atau belum. Kurangnya perhatian siswa seperti dalam peristiwa belajar mengajar di atas, jelas disebabkan karena siswa sudah memahami informasi yang
disampaikan guru, sehingga mereka menganggap materi itu tidak penting lagi Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak siswa berpikir.
Komunikasi terjadi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Guru menganggap bahwa siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan
berpikir. Ketiga, guru tidak berusaha mencari umpan balik mengapa siswa tidak mau
mendengarkan penjelasannya. Keempat, guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai
pelajaran dibandingkan dengan siswa. Siswa dianggap sebagai “tong kosong” yang harus didisi dengan sesuatu yang dianggapnya penting.
Keempat hal itu, merupakan kekeliruan guru dalam mengajar. Mengapa demikian? Mari kita analisis keempat hal diatas.
1. Guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
Seorang yang profesional dalam bidangnya, sebelum ia melakukan tindakan akan didahului dengan langkah diagnosis, sehingga langkah ini merupakan bagian dari langkah
profesionalnya. Kemudian bagaimana dengan guru seperti cerita di atas? Tampaknya ia tidak melakukan langkah diagnosis tentang keadaan siswa, sehingga tidak mengetahui apakah siswa
sudah membaca buku yang ia baca. Jangan-jangan siswa lebih paham dari gurunya tentang materi pelajaran yang akan diajarkan, karena selain siswa membaca buku yang menjadi rujukan
guru, siswa pun membaca buku lain yang relevan.
2. Guru tidak pernah mengajak siswa berpikir
Dalam pembelajaran, bukan hanya menyampaikan materi pelajaran akan tetapi melatih kemampuan siswa untuk berpikir, menggunakan struktur kognitifnya secara penuh dan terarah.
Materi pelajaran mestinya digunakan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir bukan tujuan. Mengajar yang hanya menyampaikan informasi akan membuat siswa kehilangan
motivasi dan konsentrasinya. Mengajar adalah mengajak siswa berpikir, sehingga melalui kemampuan berpikir akan terbentuk siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap
persoalan yang dihadapinya.
3. Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik
Proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan oleh seorang guru seharusnya mengarah pada pencapaian tujuan. Apa bedanya seorang guru
dengan seorang penjual obat? Ya, perbedaannya terletak pada tujuan yang ingin dicapai. Walau keduanya sama-sama bicara , tapi bicaranya penjual obat berbeda dengan bicaranya guru. Apa
yang keluar dari mulut penjual obat, tidak lebih dari keinginannya untuk menarik perhatian orang, sedangkan apa yang keluar dari mulut seorang guru selalu diarahkan untuk mencapai
tujuan belajar yakni perubahan tingkah laku..
4. Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran