2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karier Wanita
Menurut Munandar 2001, hal-hal yang merupakan kendala bagi wanita untuk mengembangkan kariernya dapat bersifat internal tergantung pada diri
pribadi sendiri dan eksternal tergantung kondisi lingkungan mikro-keluarga, komunitas, makro masyarakat, dan budaya. Bagi sebagian wanita karier, kendala-
kendala dalam pengembangan karier dihadapi sebagai suatu tantangan. Namun, sebagian wanita karier lainnya masih terperangkap dalam situasi dan kondisi
eksternal yang terpaku pada konsep tradisional mengenai peranan pria dan wanita, di mana mempunyai dampak terhadap kondisi internal wanita.
Munandar 2001 menyatakan bahwa faktor-faktor internal yang mempengaruhi karier wanita meliputi rasa bersalah, peran ganda, dan ketakutan
untuk sukses takut sukses. Sedangkan faktor-faktor eksternal meliputi dukungan keluarga dan lingkungan kerja. Untuk penggunaan selanjutnya dalam penelitian
ini, variabel takut sukses diubah menjadi variabel berani sukses untuk memberikan pemaknaan yang lebih positif pada variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian. Safitri 2007 merumuskan bahwa faktor internal meliputi motivasi, peran ganda, rasa bersalah, pendidikan, dan pengalaman, serta faktor
eksternal yang meliputi dukungan keluarga dan lingkungan kerja. Berikut ini penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut.
2.3.1 Faktor Internal
1. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada
keberhasilan mengerjakan sesuatu tanpa adanya motivasi. Seorang karyawan yang termotivasi biasanya biasanya bersifat energik dan
bersemangat dalam mengerjakan sesuatu secara konsisten dan aktif mencari peran dengan tanggung jawab yang lebih besar. Beberapa karyawan boleh
jadi tidak takut kalau dihadapkan pada tantangan, bahkan justru termotivasi untuk mengatasinya. Sebaliknya, para karyawan yang memiliki motivasi
kurang, akan sering menampilkan rasa tidak senang akan tugas-tugas dan tujuannya serta cenderung masa bodoh. Akibatnya, kinerja mereka menjadi
buruk dan sering melepaskan tanggung jawabnya Mangkuprawira dan
Vitayala, 2007. Ada beberapa alasan yang menyebabkan wanita bekerja, yaitu untuk menambah penghasilan keluarga, agar mempunyai penghasilan
sendiri keinginan untuk mandiri, memanfaatkan ilmu, mewujudkan cita- cita, dan merupakan hobi mereka Kelompok Studi Wanita FISIP-UI, 1990.
2. Peran Ganda
Peran ganda wanita merupakan masalah yang sering dihadapi oleh wanita pekerja. Dalam bentuknya yang ekstrem, terkadang perempuan harus
memilih antara tidak menikah dan sukses berkarier, atau menikah dan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Meningkatnya peran wanita sebagai
pencari nafkah keluarga dan kenyataan bahwa mereka juga berperan untuk meningkatkan kedudukan keluarga family status production menyebabkan
jumlah masalah yang timbul menjadi bertambah. Kedua peran tersebut sama-sama membutuhkan waktu, tenaga, dan perhatian. Jika peran yang
satu dilakukan dengan baik dan yang lain terabaikan, maka akan menimbulkan konflik peran. Masalah ini timbul terutama bila yang bekerja
adalah ibu rumah tangga yang mempunyai anak-anak yang masih membutuhkan pengasuhan fisik maupun rohaniah. Seorang istri yang
menjadi ibu rumah tangga dan pencari nafkah berperan ganda harus memenuhi tugas sebagai ibu rumah tangga dan diharapkan dapat
menjalankan perannya sebagai seorang istri sekaligus pencari nafkah Kelompok Studi Wanita FISIP-UI, 1990.
Pada wanita single, mereka juga memiliki peran ganda yaitu sebagai seorang anak dan sebagai seorang pekerja. Mereka masih memiliki
tanggung jawab kepada orang tua mereka serta anggota keluarga yang lainnya adikkakak. Tidak hanya wanita yang sudah menikah yang
memiliki peran ganda, karena wanita yang belum menikah pun dapat mengalami konflik peran dalam menjalankan tugasnya di rumah dan
pekerjaannya di luar rumah. Mereka mempunyai kewajiban untuk merawat orang tua mereka dan melakukan pekerjaan mereka dengan baik. Mereka
harus bisa membagi waktu dan perhatiannya seoptimal mungkin, apalagi bila mereka menjadi tulang punggung keluarga yang harus memenuhi segala
kebutuhan keluarganya.
3. Rasa Bersalah