Konsep Gender dan Seks Kesadaran Gender

memasuki pasar kerja sektor formal, mereka seringkali menjadi sasaran perlakuan diskriminasi gender Oey Gardiner dkk, 1996. Pekerjaan dapat menjadi sumber ketegangan dan stres yang besar bagi para wanita bekerja. Peraturan kerja yang kaku, pemimpin yang tidak bijaksana, beban kerja yang berat, ketidakadilan yang dirasakan di tempat kerja, rekan-rekan yang sulit diajak bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, atau ketidaknyamanan psikologis yang dialami di tempat kerja akan menyebabkan pekerja wanita merasakan lingkungan kerja yang tidak kondusif.

2.4. Gender

2.4.1 Konsep Gender dan Seks

Konsep penting yang perlu dipahami dalam membahas masalah kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks jenis kelamin dan gender. Dalam hal ini, pemahaman dalam membedakan kedua konsep tersebut sangat diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan oleh adanya kaitan yang erat antara perbedaan gender dan ketidakadilan gender dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih luas Handayani dan Sugiarti, 2001. Menurut Suparno 1994, gender adalah konsep pembedaan pria dan wanita yang bersifat sosial, kultural, berbeda dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain, dari kurun waktu yang satu ke kurun waktu yang lain, sedangkan jenis kelamin atau seks merupakan sesuatu yang bersifat alami atau tetap. Jadi, sifat-sifat yang melekat pada konsep gender bukanlah kodrat karena tidak abadi dan dapat dipertukarkan. Menurut Handayani dan Sugiarti 2001, seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya laki-laki memiliki penis, testis, jakun, memproduksi sperma, sedangkan perempuan memiliki rahim dan saluran- saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki vagina, serta mempunyai alat untuk menyusui. Konsep gender adalah pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan kultural budaya. Misalnya, perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah lembut, emosional, keibuan, dan sebagainya. Di sisi lain, laki-laki dianggap sebagai makhluk yang kuat, rasional, perkasa, dan sebagainya. Oleh karena itu, gender dapat diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan antara peran laki-laki dan perempuan Handayani dan Sugiarti, 2001.

2.4.2 Kesadaran Gender

Subakti 1994 dalam Munandar 1994 mengartikan kesadaran gender sebagai kesadaran akan konstruksi sosial gender yang mengatur alokasi peranan, hak, kewajiban, tanggung jawab, dan harapan yang diletakkan baik pada pria maupun wanita. Menurut Suparno 1994, kesadaran gender berarti mengetahui, menghayati, dan memiliki keterikatan terhadap potensi, kebutuhan aktual needs, peluang, hak, dan kewajiban antara pria dan wanita. Kesadaran gender harus dimiliki bukan saja oleh pria, melainkan harus dimiliki bersama-sama oleh pria maupun wanita, karena pria dan wanita sama-sama sebagai pihak yang bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya manusia. Jang Mutalib 1994 dalam Munandar 1994 juga menekankan bahwa kesadaran gender tidak hanya berfokus pada peranan wanita saja, tetapi juga pada peranan pria, dan selalu melihat bagai.mana keduanya saling terkait dan saling mengisi. Kesadaran gender mengisyaratkan tingkat penyadaran yang tinggi dalam melihat berbagai permasalahan wanita dalam pembangunan, yang menyangkut kesadaran bahwa hambatan yang dihadapi oleh wanita bukan terutama disebabkan oleh kekurangan pada diri mereka, melainkan karena sistem sosial yang mendiskriminasikan mereka. Diskriminasi itu tidak dilakukan secara sadar oleh pria terhadap wanita, tetapi merupakan dampak dari sosiokultural yang membentuk pola perilaku dalam masyarakat,sehingga dianggap sebagai sesuatu yang wajar. Pengetahuan tentang gender yang berbeda-beda pada setiap orang akan membentuk tingkat kesadaran gender yang berbeda-beda, dan diduga akan berpengaruh terhadap karier yang dicapai oleh seorang wanita karier. Melihat begitu pentingnya tingkat kesadaran gender terutama pada diri wanita sebagai pihak yang seringkali tersubordinasi, maka dalam penelitian ini ditambahkan variabel tingkat kesadaran gender ke dalam faktor internal yang diduga dapat mempengaruhi pengembangan karier wanita.

2.5. Perlindungan Terhadap Wanita